Kami Mengucapkan Terimakasih kepada Semua Pihak yang telah membantu Menyukseskan Perhelatan Akbar
Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2009

di Jakarta 3 s.d. 9 Agustus 2009

Sampai Ketemu di OSN Tahun 2010 di Medan, Sumatera Utara

Headline News

NATIONAL NEWS

Translate Here

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini

Jumat, Juli 10, 2009

Target Semua Guru Tersertifikasi pada 2014 Diragukan

04 Juli 2009 23:17 WIB

PONTIANAK--MI: Kepala Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Barat, Abdul Hadi, pesimis target seluruh guru sudah lulus sertifikasi pada 2014 akan terealisasi.

"Tidak mungkin terkejar. Jumlah guru yang belum ikut terlalu banyak dan belum semua mampu memenuhi persyaratan minimal untuk ikut sertifikasi," kata Abdul Hadi saat dihubungi di Pontianak, Sabtu (4/7). Salah satu syarat untuk ikut sertifikasi adalah sudah mengenyam pendidikan Strata 1 (S1). Setidaknya, butuh empat tahun menyelesaikannya.

Namun, lanjut dia, dari sekitar 56 ribu guru di Kalbar, baru 30 persen di antaranya yang sudah S1. Sementara, guru yang hampir memasuki masa pensiun dan belum menempuh pendidikan S1 akan mendapat prioritas dan kemudahan.

"Sedangkan sejak program sertifikasi digulirkan, baru sekitar lima ribu guru yang ikut program ini, termasuk untuk 2009," katanya.

Ia menambahkan, untuk tahun 2009, kuota guru yang ikut program sertifikasi sebanyak 2.331 orang. "Saat ini sudah memasuki tahapan pemeriksaan portofolio," kata Abdul Hadi. (Ant/OL-04)





Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Guru yang Malas akan Dicabut Sertifikatnya

Jumat, 10 Juli 2009 13:30 WIB
Penulis : Heru Prihmantoro

JAKARTA--MI: Guru yang tidak mengajar selama 24 jam, tidak menjalankan profesinya dengan benar. maka setifikat profesi guru akan dicabut.

Achmad Dasuki, Direktur Profesi Pendidik, Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Depdiknas mengatakan di Jakarta, Jumat (10/7), "Saat ini, kami tengah menyusun evaluasi sertifikasi guru yang akan berjalan selama 2007 hingga 2012."

"Jika guru bersitifikat tidak memenuhi profesinya. maka sertifikat itu akan kami cabut. Dia tetap PNS tapi tidak jadi guru lagi. Jadi tukang ketik saja di kantor pendidikan setempat," ujarnya. Ini karena adanya kecenderungan guru menjadi malas mengajar akibat pendidikan gratis, sehingga tidak ada lagi obyekan sebagai penghasilan sampingan.

Dasuki juga mengatakan pemerintah saat ini sudah mensertifikasi lebih dari 600 ribu guru dengan alokasi dana Rp9 triliun. Dari 2,3 juta guru yang ada, guru yang layak mendapat sertifikat hanya 600 ribuan. Sisanya, guru yang akan pensiun dan mereka yang tidak mmenuhi syarat,

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MenPAN) akan mengeluarkan aturan profesi guru yang dibagi empat jenjang, yakni pratama, muda, madya, dan utama. "Setiap peningkatan jenjang hanya bisa terjadi bila guru membuat karya ilmiah," ujar Dasuki. (Hru/OL-04)





Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Wakil Bupati Terkejut Ada Anak Nelayan tidak Bisa Sekolah

Kamis, 09 Juli 2009 17:18 WIB

KETAPANG--MI: Nelayan di kampung nelayan Desa Sampit, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, mengeluhkan tingginya biaya pendidikan sehingga tidak mampu menyekolahkan anak yang sudah cukup umur untuk mengikuti pendidikan dasar sembilan tahun.

"Anak saya yang bungsu tahun ini genap berusia tujuh tahun dan sudah merengek-rengek minta disekolahkan. Tetapi apa daya, saya hanya nelayan tradisional. Saya tidak mampu menyediakan biaya pendaftaran masuk sekolah dasar," kata seorang nelayan dari perkampungan nelayan Desa Sampit, Amirudin, di Ketapang, Kamis (9/7).

Ia mengatakan sudah pernah mendaftarkan anaknya ke Sekolah Dasar Negeri 05 Sampit. Namun, di SD tersebut biaya daftar ulangnya sangat tinggi. "Saya tidak sanggup membayar biaya daftar ulang," katanya.

Menurutnya, biaya operasional untuk melaut saja sangat besar sekitar Rp30.000 untuk enam liter solar. "Belum lagi biaya makan dan persiapan lainnya," kata Amirudin. Dia mengakui tidak mampu membiayai sekolah anak-anaknya. Karena pendapatannya kecil dan mahalnya biaya hidup dan biaya pendidikan saat ini.

Menanggapi keluhan itu, Wakil Bupati Ketapang, Henrikus, mengatakan akan segera menginstruksikan kepada Kepala Dinas Pendidikan setempat untuk mendata dan menentukan langkah yang dapat dilakukan menangani masalah tersebut. Ia mengaku terkejut karena perkampungan nelayan di Desa Sampit, cukup dekat dengan pusat pemerintahan Kabupaten Ketapang. (Ant/OL-04)





Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

19 Pelajar Indonesia Siap Berlaga di Olimpiade Internasional

Selasa, 07 Juli 2009 18:09 WIB
Penulis : Sidik Pramono

HONG KONG--MI: Sebanyak 19 pelajar mewakili Indonesia untuk bertarung di ajang olimpiade internasional bidang matematika, fisika, kimia, dan biologi.

Untuk bidang matematika, tim Indonesia diwakili enam pelajar untuk tampil dalam ajang Olimpiade Matematika Internasional atau International Mathematical Olympiad (IMO) ke-50 pada 10-22 Juli di Bremen, Jerman. Kemudian, lima pelajar akan bertarung di Olimpiade Fisika Internasional atau International Physics Olympiad (IPhO) ke-40 yang berlangsung di Merida Yucatan, Meksiko, pada 12-19 Juli.

Selanjutnya, empat pelajar akan berlaga di Olimpiade Kimia Internasional atau International Chemistry Olmpiad (ICho) ke-41 di London, Inggris, pada 18-27 Juli. Lantas, empat pelajar akan bertanding di Olimpiade Biologi Internasional atau International Biology Olympiad (IBO) ke-20 di Tsubuka, Jepang.

Leader Tim IMO Indonesia Hery Susanto mengatakan, keempat tim olimpiade tersebut selama ini selalu menyumbang medali. Hanya dari bidang matematika sajalah yang belum pernah menyumbangkan medali emas.

"Tahun ini, kami menargetkan semua anggota tim mendapatkan medali, yaitu dua perak dan empat perunggu. Tapi kami juga berusaha mendapatkan emas pertama tahun ini," ujar Hery kepada pers, di Jakarta, Selasa (7/7). (Dik/OL-04)





Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Enam Siswa SD Juara Olimpiade Sains di Sulbar Dapat Rp30 Juta

Minggu, 05 Juli 2009 07:02 WIB

MAMUJU--MI: Sebanyak enam orang siswa tingkat SD yang menjuarai olimpiade sains di Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) diberikan hadiah pembinaan sebesar Rp30 juta oleh pemerintah setempat.

Kepala seksi pembinaan SD Dinas Pendidikan Nasional (Diknas) Provinsi Sulbar, Drs. Aminuddin, MSi, di Mamuju, Sabtu (4/7), mengatakan, hadiah bagi siswa berprestasi dengan menjuarai olimpiade sains di Sulbar tersebut dianggarkan melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daearah (APBD) Provinsi itu.

Ia mengatakan, hadiah tersebut akan dibagikan kepada enam orang siswa yang menjuarai olimpiade sains pada dua mata pelajaran yang diujikan, yakni mata pelajaran Matematika dan Ilmu pengetahuan alam (IPA).

Hadiah sebesar Rp30 juta tersebut akan dibagi, untuk juara satu pada dua mata pelajaran yang diujikan tersebut diberikan hadiah Rp6 juta. Juara dua diberikan hadiah Rp5 juta. Juara tiga Rp3 juta.

Aminuddin mengatakan, dalam ujian seleksi olimpiade sains yang digelar hari ini (4/7) diikuti 15 orang siswa SD dari lima Kabupaten di Provinsi Sulbar. (Ant/OL-04)





Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

SMPN 1 Jakpus Terima Satu Kelas RSBI Lagi

Jumat, 10 Juli 2009 18:22 WIB

JAKARTA--MI: Sebanyak 39 calon siswa baru yang telah diterima di SMP Negeri 1 Jakarta Pusat melalui penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahap pertama mengikuti tes tertulis untuk kelas rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI) di sekolah tersebut, Jumat (10/7).

Ketua Panitia PPDB SMP Negeri 1 Jakarta, Sukirman di Jakarta, Jumat (10/7), mengatakan, SMP Negeri 1 Jakarta di Jalan Cikini Raya itu akan membuka empat kelas RSBI pada tahun ajaran 2009-2010 dari delapan kelas untuk kelas tujuh di sekolah tersebut.

"Pada PPDB tahap pertama, kami baru mendapatkan tiga kelas RSBI dan satu kelas lagi kami seleksi pada PPDB tahap kedua," kata Sukirman.

Dijelaskannya, calon siswa yang boleh mendaftar untuk kelas RSBI pada PPDB tahap kedua adalah calon siswa yang sudah diterima untuk kelas reguler pada PPDB tahap pertama.

Dari seluruh calon orang tua murid yang putranya telah diterima di kelas reguler SMP Negeri 1, kata dia, setelah diberikan informasi dan penjelasan dari sekolah ada sebanyak 39 calon siswa yang berminat untuk ke kelas RSBI.

"Sesuai persyaratan yang ditetapkan Depdiknas dan Dinas Pendidikan DKI Jakarta terhadap calon siswa RSBI harus dilakukan seleksi administratif dan tes kompetensi," kata Sukirman yang juga Kepala Tata Usaha SMP Negeri 1 Jakarta ini.

Ditanya berapa calon siswa yang akan diterima, Sukirman mengatakan, belum tahu karena masih akan melihat hasil tes uji kompetensi.

Dijelaskannya, formasi penerimaan siswa baru tahun ajaran 2009-2010 di SMP Negeri 1 sebanyak 241 siswa terdiri atas empat kelas reguler dan empat kelas RSBI. Kelas reguler maksimal 40 siswa per kelas serta kelas RSBI maksimal 30 siswa per kelas.

Dengan asumsi kelas reguler jumlah siswanya maksimal yakni sebanyak 160 siswa, maka jumlah siswa untuk kelas RSBI sebanyak 241 siswa dikurangi 160 siswa menjadi 81 siswa.

Menurut Sukirman, PPDB tahap pertama SMP Negeri 1 telah menerima sebanyak 58 calon siswa untukkelas RSBI. Itu berarti calon siswa kelas RSBI yang akan diterima pada PPBD tahap kedua sebanyak 23 calon siswa.

"Kami menerima calon siswa baru sesuai aturan dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta," katanya.

Ditambahkannya, bersamaan dengan penerimaan kelas RSBI, SMP Negeri1 juga menerima sebanyak 11 calon siswa baru untuk kelas reguler pada PPDB tahap kedua, karena masih ada bangku kosong pada PPDBP tahap pertama.

Pengumuman penerimaan siswa baru baik kelas RSBI maupun kelas reguler, kata dia, diumumkan secara bersamaan pada Jumat (10/7) sekitar pukul 15.30.

Orang tua siswa bisa melihat pengumuman tersebut di website yang disediakan Dinas Pendidikan DKI Jakarta maupun langsung datang ke sekolah.

Calon siswa baru yang diterima, katanya, harus melapor diri pada Jumat sore (10/7 )juga dan paling lambat pada Sabtu (11/7) yang juga dilakukan pembukaan masa orientasi sekolah (MOS). (Ant/OL-04)





Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Kekalahan JK Tanggung Jawab Semua Kader Golkar


Jumat, 10/07/2009 18:19 WIB

Elvan Dany Sutrisno - detikPemilu

Jakarta - Wakil Sekjen DPP Partai Golkar Iskandar Mandji menilai kekalahan pasangan JK-Wiranto dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 2009 kemarin sangat dipengaruhi oleh prilaku elit Partai Golkar sendiri. Ketidaksolidan para elit memenangkan JK merupakan faktor penentu terpuruknya perolehan suara JK-Wiranto.

"Saya bingung, kenapa elit dan kader Golkar tidak punya kebanggaan ketua umumnya maju sebagai capres. Padahal moment ini sejarah bagi Golkar. Malah beberapa elit partai ini ke sana kemari nggak punya komitmen," kata Iskandar kepada detikcom, Jum’at (10/07/2009).

Menurut orang dekatnya JK ini, semua kader Golkar harus bertanggungjawab atas kekalahan JK-Wiranto ini. Sangat tidak fair dan rasional jika kekalahan calon Golkar dalam pilpres kemarin hanya dibebankan kepada JK semata.

"Pak JK itu sudah mengeluarkan dana besar untuk membiyai partai. Beliau sudah berkorban materi dan moral untuk menjaga partai ini. Seharusnya kader Golkar angkat topi memberikan penghargaan, bukan mencaci dan menghakiminya," pintanya.

Sekretaris Tim Kampanye Nasional JK-Wiranto ini menambahkan, manuver sejumlah elite Golkar yang akan menggelar musyawarah nasional luar biasa (munaslub) atau munas dipercepat cukup mempengaruhi psikologi kader Golkar. Akibatnya, perolehan suara JK anjlok dalam pilpres.

"Saya kira semua kader harus ikut bertanggungjawab atas kondisi Golkar saat ini. Kalau kita kompak, saya kira tidak bakal kita kalah seperti ini," pungkasnya.

Meskipun tidak menyebut nama, politisi asal Makassar itu sepertinya ingin menyindir gerakan Triple A (Akbar Tandjung, Aburizal Bakrie, dan Agung Laksono). Hal ini disebabkan karena Triple A sudah sejak lama disebut-sebut menggalang kekuatan ke daerah-daerah untuk agenda munas dipercepat.

Konsolidasi itu dilakukan dalam rangka mengegolkan agenda pengantian JK dan mereformasi kepengurusan Golkar dengan komposisi ketua umum, Aburizal Bakrie, Akbar Tandjung sebagai ketua dewan penasehat dan Agung Laksono sebagai sekretaris jenderal DPP Partai Golkar.

( yid / ndr )



Sumber: detikPemilu



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Hasil Sementara Penghitungan Suara Pilpres 2009


Hasil Sementara Pilpres 2009
versi Komisi Pemilihan Umum (KPU)






Sumber: detikNews



Hasil Sementara Pilpres 2009
versi Quick Count





Sumber: detikNews




Hasil Sementara Pilpres 2009
versi Metro TV dan KPU












Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Aburizal Bakrie Calon Kuat Ketum Partai Golkar


Jumat, 10 Juli 2009 | 17:32 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Suhartono

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Tingkat I Sulawesi Tenggara (Sultra) Ridwan Bae memastikan bahwa kandidat calon ketua umum DPP Partai Golkar yang terkuat dalam musyawarah nasional (munas) dalam waktu dekat ini adalah Aburizal Bakrie, yang juga Menko Kesra.

Setidaknya, Ical—begitu ia akrab dipanggil—didukung oleh lebih dari 500 DPD Tingkat I Provinsi dan Tingkat II Kabupaten. Pesaingnya yang kuat disebut-sebut Surya Paloh, Ketua Dewan Penasehat (Wanhat) Partai Golkar.

Menurut Ridwan Bae, yang ditanya pers seusai bertemu dan makan siang bersama dengan Ketua Umum DPP Partai Golkar Muhammad Jusuf Kalla dan jajaran pengurus Partai Golkar lainnya di Istana Wapres, Jumat (10/7), meskipun diakui jarang turun ke bawah (akar rumput) di daerah, diakui Aburizal Bakrie mempunyai kedekatan dengan seluruh kader.

"Dia juga punya pengalaman yang bisa dipertanggungjawabkan, selain juga memiliki integritas dan keikhlasan terhadap organisasi," tambah Ridwan.

Ridwan mengatakan, "Ditambah satu lagi, dia tak ingin menawarkan diri untuk duduk di kabinet dan dia hanya mau berkonsentrasi diri untuk sepenuhnya pimpin Partai Golkar."

Bantah Ical didukung SBY

Ditanya, apakah dukungan dari 500 DPD Tingkat I dan Tingkat II ke Ical karena adanya politik uang, Ridwan membantah. "Bang Ical tidak datang bawa-bawa uang, akan tetapi datang membawa program dan janji kemajuan masa depan," tangkisnya.

Ditanya lagi mengapa Ical yang diakui jarang turun ke daerah, tetapi bisa didukung oleh banyak daerah, Ridwan berkata lagi, "Itu karena spontanitas yang datang dari berbagai kabupaten dan provinsi. Bahwa ada kelompok tersendiri yang melakukan komunikasi, itu bukan hal yang mustahil."

Ridwan juga membantah kalau Ical yang berpeluang jadi ketua umum (ketum) Partai Golkar didukung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Namun, menjawab pertanyaan pers, Ridwan mengakui, posisi Akbar Tandjung sebagai ketua wanhat Golkar, Ical ketum Golkar, dan Agung Laksono sebagai sekjen Partai Golkar.

Sementara itu, diperoleh informasi, pesaing lainnya yang akan maju adalah Kalla sebagai ketua wanhat, Surya Paloh ketum Golkar, dan Siswono Judohusodo sebagai sekjen.


Sumber: Kompas




Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Munas Golkar, Lebih Cepat Lebih Baik


Jumat, 10 Juli 2009 | 17:42 WIB

BATU, KOMPAS.com - Gubernur Provinsi Gorontalo Fadel Muhammad mengaku kecewa dengan hasil yang diperoleh Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla sebagai calon presiden dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009, sejauh yang tampak dari hasil quick count, yang menempatkan pasangan JK-Wiranto pada posisi buncit atau ketiga. Fadel setuju, perlunya Musyawarah Nasional (Munas) yang dipercepat, untuk membahas kepemimpinan Jusuf Kalla.

Percepatan Munas lebih cepat lebih baik, kata Fadel kepada wartawan yang mencegatnya seusai beribadah shalat Jumat di Masjid An Nur, Jumat (10/7). Fadel hadir di Malang juga untuk memberikan kuliah kepada mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Brawijaya, Malang. Ia berada di Batu, ditemani Wali Kota Batu Eddy Rumpoko. Seusai shalat ia memberikan ceramah bagi PNS di lingkungan Pemkot Batu.

"Saya kecewa dan sedih, karena hasilnya (perolehan pasangan JK-Win pada Pilpres 2009) lebih rendah dibanding perolehan suara Parta Golkar dalam Pemilihan Legislatif," katanya.

Padahal, sambungnya, Pilpres kali ini Partai Golkar berkoalisi dengan Partai Hanura, sehingga seharusnya perolehan suara Pilpres lebih tinggi daripada hasil Pileg. Menurut Fadel, pihaknya minta seyogianya Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar melakukan penelitian kenapa perolehan suara pasangan Capres-Cawapres yang diajukan koalisi Partai Golkar bisa teramat rendah. Kita perlu evaluasi lagi, supaya Golkar ke depan jangan semakin hancur," katanya.

Ditanya tentang kemungkinan penyelenggaraan Musyawarah Nasional sebagai evaluasi atas hasil Pilpres, Fadel menjelaskan, Munas ini dulu dijanjikan oleh Jusuf Kalla kalau tidak terpilih. "Munas, janjinya Pak JK sendiri. Untuk membicarakan ini minggu depan akan ada Rapimnas, ini akan dibicarakan, lihat hasilnya Rapimnas," katanya.


ODY


Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Yuddy: Tidak Ada Munaslub


Kamis, 9 Juli 2009 | 17:20 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi Golkar, Yuddy Chrisnandi, beranggapan bahwa musyawarah nasional luar biasa (munaslub) yang bisa diselenggarakan untuk menggulingkan Jusuf Kalla dari kursi ketua umum tak mungkin dapat dilakukan, apalagi jika mendengar kabar bahwa munaslub dipercepat dari waktu yang seharusnya pada bulan Desember.

Menurut Yuddy, saat ini pimpinan pusat Golkar justru sedang mempersiapkan musyawarah nasional yang sedianya akan diselenggarakan pada bulan Oktober, bertepatan dengan ulang tahun Golkar. "Tidak ada dasar yang cukup logis menurut aturan dan juga kecukupan waktu untuk menyelenggarakan munaslub," ungkap Yuddy yang menjabat sebagai Juru Bicara Tim Kampanye Nasional JK-Wiranto.

Namun, ada masukan baru yang berkembang dalam rapat persiapan munas yang dihadiri oleh para petinggi Golkar, antara lain Jusuf Kalla, Soemarsono, Agung Laksono, dan Fahmi Idris. "Berkembang usulan soal perkembangan munas bahwa munas ditetapkan oleh rapimnas. Dalam rapimnas baru ditemukan jadwal munas berlangsung. Jadi tidak ada munaslub," ucap Yuddy di Posko Mangunsarkoro, Kamis (9/7).

Yuddy menegaskan kepada seluruh kader Golkar di Indonesia bahwa momen yang akan mereka siapkan ke depan bukanlah munaslub, melainkan munas. Alasannya, ungkap Yuddy, antara lain munaslub baru bisa dilakukan jika ketua umum dinilai telah melanggar AD/ART atau atas permintaan lebih dari 50 persen DPD.

Oleh karena itu, menurut Yuddy, pelaksanaan munaslub itu tidak memiliki dasar, baik dari segi alasan, maupun waktu persiapannya. "Saya berkeyakinan, seluruh pimpinan Golkar adalah orang-orang yang taat asas dan loyal kepada organisasi daripada pada ambisi-ambisi pribadi. Munas akan dilaksanakan sesuai jadwal," tandas Yuddy.


LIN


Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Wacana Munaslub Golkar Terlalu Dini Dibicarakan

Kamis, 9 Juli 2009 | 08:37 WIB
Laporan wartawan KOMPAS.com Caroline Damanik

JAKARTA, KOMPAS.com — Wacana Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar dinilai masih terlalu dini untuk dibicarakan karena Pemilihan Umum Presiden 2009 baru saja berlangsung kemarin, Rabu (8/7). Hasil resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) pun belum dikeluarkan.

Hal ini disampaikan Wakil Bendahara Umum DPP Partai Golkar Poempida Hidayatulloh dalam pesan singkatnya, Rabu malam. "Tidaklah beralasan dan terlalu dini, jika ada DPD Partai Golkar yang menyuarakan Munaslub, karena proses perhitungan suara belum berakhir," ungkap Poempida.

Pasca pencalonan diri Ketua Umum Golkar Jusuf Kalla menjadi calon presiden, berembus kabar penyelenggaraan Munaslub segera dari internal Golkar jika pria asal Sulawesi Selatan ini gagal meraih tampuk kekuasaan istana.

Berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei hingga H+1 Pilpres ini, posisi JK-Wiranto masih berada di posisi juru kunci setelah SBY-Boediono dan Mega-Prabowo. Poempida berharap semua kader Golkar tidak mudah terprovokasi oleh hasil hitung cepat yang disebutnya hanya bersifat indikasi dan tidak mengikat.

"Perlu saya ingatkan kembali bahwa quick count tersebut pasti bermasalah, karena DPT bermasalah belum 100 persen diperbaiki. Laporan mengenai orang yang tidak memilih pun belum jelas. Kita tunggu saja laporan dari KPU untuk menyikapi semua ini," tandas Poempida.

Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Alasan Kalah Pilpres Tidak Relevan Dorong Munaslub Golkar

Jumat, 10 Juli 2009 | 13:51 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kegagalan ketua umum dalam membawa partai menang dalam pemilu legislatif atau pemilu presiden dinilai tidak cukup menjadi alasan yang signifikan untuk mendorong diselenggarakannya Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub).

Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Partai Golkar hanya mengatur bahwa Munaslub dapat diselenggarakan jika terdapat kader yang melakukan pelanggaran berat atau pidana, terjadi perpecahan dalam partai atau terdapat pelanggaran terhadap AD/ART partai. Persyaratan lainnya, jika Munaslub diusulkan oleh lebih dari dua pertiga dari anggota.

Hal ini disampaikan Ketua DPP Partai Golkar Syamsul Ma'arif kepada Kompas.com, Jumat (10/7), menanggapi wacana Munaslub untuk menggeser Jusuf Kalla dari Ketua Umum Golkar menyusul indikasi kekalahan pasangan capres dan cawapres Jusuf Kalla dan Wiranto dalam Pemilu Presiden 2009. "Kalau kalah itu dijadikan alasan untuk mengadakan Munaslub, itu tidak relevan," tutur Syamsul.

Namun, ungkap Syamsul, akan berbeda jika memang diusulkan lebih dari dua pertiga jumlah anggota. Itu pun, tegasnya, tetap harus disertai alasan yang masuk akal untuk menyelenggarakan Munaslub.

Dijelaskan, berdasarkan hasil Rapimnas terakhir, Partai Golkar akan mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) di bulan Desember dengan didahului Musyawarah Daerah di masing-masing wilayah di sekitar bulan Agustus. "Tapi kalau mau Munas dipercepat bisa. Hanya saja, kalau daerah-daerah mau begitu, ya harus Rapimnas lagi sebelumnya," tandas Syamsul.


LIN


Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Golkar Masih Berduka, Keputusan Oposisi Nanti Dulu



Jumat, 10 Juli 2009 | 12:14 WIB
Laporan wartawan KOMPAS.com Caroline Damanik

JAKARTA, KOMPAS.com — Partai Golkar masih berduka atas kekalahan sementara pasangan capres dan cawapres yang diusungnya, Jusuf Kalla dan Wiranto, berdasarkan sejumlah hasil quick count terhadap Pemilu Presiden 2009 Rabu lalu.

Oleh karena itu, pembicaraan terkait posisi partai berlambang pohon beringin ini dalam pemerintahan ke depan belum menjadi prioritas utama saat ini. "Belum ada pembicaraan. Kita masih berduka begini, jadi ke sananya belum terpikir," tutur Wasekjen DPP Partai Golkar Iskandar Mandji kepada Kompas.com, Jumat (10/7).

Iskandar memastikan nantinya pasti akan ada pembicaraan soal posisi Partai Golkar. Namun, ia mengatakan, keputusan untuk menjadi oposisi atau tidak merupakan keputusan yang sulit sehingga Partai Golkar tidak akan terburu-buru dalam memutuskannya. "Kita perlu merenung dulu, bukan sikap yang mudah untuk memutuskan itu," ujar dia.

Iskandar membantah bahwa keputusan terakhir ada di tangan Jusuf Kalla sebagai Ketua Umum yang masih menjabat. Keputusan tertinggi, lanjut Iskandar, ada di tangan musyawarah pimpinan dan anggota. "Pak JK bukan orang yang mau mengambil keputusan sendiri," tandas Iskandar.


Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Partai Golkar Harus Belajar Jadi Oposisi


PASCAPILPRES


Jumat, 10 Juli 2009 | 05:32 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Dewan Penasihat Partai Golongan Karya, Sultan Hamengku Buwono X, menyatakan, Partai Golkar kini perlu belajar menjadi partai oposisi. Pilihan menjadi oposisi tetap terhormat dan membawa manfaat besar bagi proses demokratisasi dan kepentingan rakyat.

”Toh jadi oposisi juga bisa memberikan keseimbangan yang baik untuk masyarakat. Selama oposisi lemah, mungkin ada sesuatu yang kurang menguntungkan untuk masyarakat. Balance itu penting,” ungkap Sultan, Kamis (9/7) di Yogyakarta.

Menurut dia, Partai Golkar selama ini memiliki kemampuan sebagai partai pemerintah dan ikut berkuasa. Itu berarti Partai Golkar pun seharusnya bisa menjadi partai oposisi. ”Tidak mesti harus berkuasa,” ungkapnya.

Sultan juga mengingatkan agar jajaran Partai Golkar tidak mencari kambing hitam atas kekalahan Jusuf Kalla-Wiranto. Partai Golkar harus tetap kompak dan jangan terjadi saling sikut di internal partai. ”Kalau memang kalah, ya kalah. Jangan cari kambing hitam,” ungkapnya.

Terkait munculnya isu Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar untuk mengganti JK, menurut Sultan, itu bertujuan mendelegitimasi Partai Golkar untuk kepentingan-kepentingan perebutan kekuasaan di organisasi Partai Golkar. ”Saya tidak setuju dengan cara begitu,” ujarnya.

Tak ada munaslub

Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla bersama pimpinan DPP lainnya, Kamis di Posko Mangunsarkoro, mulai membicarakan persiapan Munas Partai Golkar. Topik ini dibicarakan terkait adanya upaya sejumlah kader Golkar yang mendorong dilaksanakan munaslub dalam waktu dekat.

Hal itu disampaikan Ketua Departemen Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan Partai Golkar Yuddy Chrisnandi. Rapat informal, antara lain, dihadiri Jusuf Kalla, Wakil Ketua Umum Agung Laksono, Sekjen Soemarsono, dan anggota Dewan Penasihat Fahmi Idris. ”Jadi, tidak ada munaslub. Yang ada adalah munas rutin yang diselenggarakan pada saat ulang tahun Partai Golkar setiap Oktober,” kata Yuddy.

Fahmi Idris mengakui adanya pihak-pihak yang sejak awal pencalonan capres hingga kampanye mempersiapkan munaslub. ”Banyak yang menjadi kandidatnya untuk menjadi pimpinan Partai Golkar. Yang saya tahu berminat adalah Aburizal Bakrie serta beberapa orang lagi,” ungkapnya.

Fahmi juga mengungkapkan, Partai Golkar sulit menjadi partai oposisi karena sejarah dan karakter Partai Golkar yang sudah lebih dari 30 tahun. ”Dulu saya pernah mencoba mengusulkan Partai Golkar menjadi oposisi, tetapi tidak bisa,” ujarnya.

Koalisi berubah

Pagi harinya, Agung Laksono menyebutkan, kelanjutan keberadaan Partai Golkar dalam koalisi besar termasuk salah satu materi evaluasi pasca-Pemilu 2009. ”Keputusan Partai Golkar bisa berubah, tergantung kepemimpinan partai,” kata Agung.

Agung mengakui, ada sebagian yang menyuarakan penyelenggaraan munaslub, tetapi pihak pengurus pusat Partai Golkar belum merapatkannya. Yang pasti, katanya, kekalahan Partai Golkar dalam pemilu legislatif dan pilpres akan dievaluasi. Agung mengakui mesin parpol tidak berjalan sebagaimana mestinya, baik di pusat maupun di daerah.

Tak sampai ke rakyat

Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate Sukardi Rinakit menilai kekalahan JK-Win akibat ide dan program-program yang disampaikan pasangan ini tidak sampai ke masyarakat kecil yang berpendidikan di bawah SMP. Padahal, jumlah pemilih kelompok ini mencapai 80 persen dari total pemilih.

Dari aspek kultural, lanjut Sukardi, sebagian besar pemilih yang beretnis Jawa dan Sunda juga masih melihat penampilan fisik pemimpin sebagai laki-laki yang gagah dan berwibawa.

Kondisi itu diperparah dengan kegagalan tim sukses JK-Win menyampaikan ide-ide pasangan itu ke masyarakat, sementara mesin politik Partai Golkar tak solid dan terpecah-pecah.

Kecewa, tetapi menerima

Meskipun kecewa, masyarakat Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, daerah kelahiran calon presiden Jusuf Kalla, bisa menerima hasil hitung cepat raihan suara untuk Kalla dalam pilpres Rabu lalu dengan berbesar hati.

”Pastilah sangat kecewa. Namun, di balik itu ada kebanggaan bahwa sudah ada orang Bugis yang berani tampil bersaing meraih kursi Presiden RI. Apa pun hasilnya, kami hanya bisa pasrah dan berbesar hati. Tentu kita masih tetap menunggu hasil KPU,” kata Abdul Latif (69), teman masa kecil JK.

Hal senada dikatakan Abdul Rahman (50), pedagang di Pasar Lama Watampone. ”Yang saya tidak sangka hanya satu putaran. Tadinya saya berpikir pilpres dua putaran,” katanya.

Menyusul anjloknya suara Partai Golkar di 15 kabupaten/kota dalam pilpres 8 Juli lalu, Pelaksana Tugas Ketua Partai Golkar Sulawesi Utara Max Lumintang meminta diberhentikan dari jabatannya. Permintaan itu ia sampaikan kepada Jusuf Kalla melalui telepon, Kamis.

Lumintang mengatakan, kekalahan telak pasangan JK-Win di Sulut cukup memalukan bagi jajarannya, khususnya di kabupaten-kabupaten yang dikenal sebagai lumbung suara Golkar.

Lumintang menduga suara JK-Wiranto digembosi sejumlah kader partai di kabupaten/kota untuk melemahkan posisi dirinya sebagai pelaksana tugas. ”Saya bilang kalau tidak suka sama saya berhentikan saja, tapi jangan permalukan Pak JK,” katanya.

(DIK/SEM/REN/ZAL/RWN/MZW)
Sumber : Kompas Cetak


Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Sultan: Tidak Usah Cari Kambing Hitam


Kamis, 9 Juli 2009 | 22:22 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Dewan Penasihat Partai Golkar, Sultan Hamengku Buwono X, mengingatkan jajaran Partai Golkar untuk tidak mencari kambing hitam atas kekalahan calon presiden yang diusung Partai Golkar, Jusuf Kalla, pada Pilpres 8 Juli 2009. Sultan juga mengingatkan elite Partai Golkar harus tetap kompak dan tidak saling sikut sendiri agar tidak merugikan rakyat.

"Kalau memang kalah, ya kalah. Enggak usah cari kambing hitam," ungkap Sultan saat ditanya wartawan tentang munculnya isu mengganti Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla karena kekalahan telak dalam Pemilu Presiden 2009, Kamis (9/7) di Yogyakarta. Menurut Sultan, jika terjadi saling sikut di internal organisasi partai, ujung-ujungnya adalah untuk kekuasaan saja.

"Karena itu, justru ini akan merugikan rakyat. Ya memang pilihan masyarakatnya ke SBY, faktanya kan itu, ya sudah," ucapnya.

Jika saat ini sudah muncul isu Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar untuk mengganti JK, menurut Sultan, bertujuan mendelegitimasi Partai Golkar untuk kepentingan-kepentingan kekuasaan saja di Golkar. "Kalau saya tidak setuju dengan cara begitu," ungkapnya.

Sultan menilai masih terlalu dini untuk mengatakan, salah satu pasangan capres-cawapres sudah menang. Sebab, penghitungan resmi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) belum selesai. Keputusan akhir penghitungan tetap berada di KPU.

Lebih lanjut, Sultan mengatakan, dalam negara demokrasi, kekalahan dalam pilpres adalah wajar. Karena itu, Partai Golkar tidak masalah jika nanti memutuskan menjadi partai oposisi setelah kalah dalam pemilihan legislatif dan pilpres. Pilihan oposisi tetap baik dan pilihan terhormat. Namun, Sultan menyerahkan sepenuhnya pilihan sikap Partai Golkar ke depan kepada pengurus partai Golkar. "Kalaupun jadi oposisi tidak masalah, wong ini demokrasi," katanya.

Menurut Sultan, faktor utama kekalahan pasangan JK-Wiranto bukan akibat partai. Sebab, pilpres berbeda dengan pileg. Dalam pileg, peran partai sangat besar. "Partai ini kan sebetulnya bukan faktor utama. Rata-rata capres punya tim sukses sendiri, pada waktu aktivitas kampanye kan tidak pakai seragam partai karena ini bukan pileg," katanya.

Figur capres juga menentukan pilihan masyarakat. Menurut Sultan, kampanye yang dilakukan pasangan JK-Wiranto sebenarya sudah berjalan dengan baik. "Ya memang pilihan masyarakatnya ke SBY, faktanya kan itu," ungkapnya.


RWN


Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Sultan: Golkar Sebaiknya Jadi Oposisi


Kamis, 9 Juli 2009 | 19:41 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Erwin Edhi Prasetyo

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Menyusul kekalahan calon presiden Partai Golongan Karya, M Jusuf Kalla, dalam pilpres, anggota Dewan Penasihat Partai Golongan Karya, Sultan Hamengku Buwono X, menyatakan bahwa Golkar kini perlu belajar menjadi partai oposisi. Pilihan menjadi oposisi tetap terhormat dan membawa manfaat besar bagi proses demokratisasi dan untuk kepentingan rakyat.

"Toh jadi oposisi juga bisa memberikan keseimbangan yang baik untuk masyarakat. Selama oposisi lemah kan, mungkin juga ada sesuatu yang kurang menguntungkan untuk masyarakat. Balance itu kan penting," ungkap Sultan HB X, Kamis (9/7) di Yogyakarta.

Sultan mengemukakan, Partai Golkar selama ini memiliki kemampuan sebagai partai pemerintah dan ikut berkuasa. "Itu berarti, Partai Golkar pun seharusnya bisa menjadi partai oposisi. Tidak mesti harus berkuasa," ungkapnya.

Berdasarkan hasil quick count meski ini belum perhitungan final, menurut Sultan, perolehan suara pasangan JK-Wiranto jelas di bawah target 30 persen. Itu menunjukkan indikasi adanya persoalan di Partai Golkar. Karena itu, Golkar harus melakukan introspeksi bahwa untuk membangun negara ini tidak hanya Golkar lagi yang bisa. "Yang lain toh bisa juga, ya kan. Bagi saya itu alat introspeksi Golkar bagaimana menghadapi 2014," katanya.

Sultan meminta pihak yang kalah dalam pilpres bisa menerima kekalahan dengan kebesaran jiwa. Sementara itu, pemenang jangan sombong karena kemenangan adalah amanah rakyat yang harus dijalankan. Sultan menilai masih terlalu dini untuk mengatakan salah satu pasangan capres-cawapres sudah menang. Sebab, penghitungan resmi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sampai kini belum selesai. Keputusan akhir penghitungan tetap berada di KPU.



Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Soal Posisi Golkar ke Depan, Beda Pendapat Sah-sah Saja


Jumat, 10 Juli 2009 | 14:14 WIB
Laporan wartawan KOMPAS.com
Caroline Damanik

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua DPP Partai Golkar Syamsul Maarif menegaskan, hingga saat ini Partai Golkar belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait sikap partai pascapelaksanaan Pilpres 2009.

Sejumlah pernyataan yang beredar di media, ditegaskannya, merupakan pendapat pribadi, bukan pendapat partai. "Itu kan baru pendapat tapi kalau tanya Golkar, belum (ada). Biarkanlah perbedaan pendapat, tapi nanti musyawarah yang menentukan," tutur Syamsul kepada Kompas.com, Jumat (10/7).

Ketika ditanyakan pendapatnya secara pribadi terhadap pernyataan Sultan Hamengku Buwono X dan Fahmi Idris yang mengatakan bahwa Golkar tidak terbiasa beroposisi, Syamsul enggan berkomentar. "Itu yang saya menghindar. Saya lebih pada menjaga aturan organisasi," lanjut Syamsul.

Ia mengatakan, Golkar masih menunggu hasil penghitungan suara resmi yang dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) meskipun diakuinya, penghitungan sementara memang mendekati kebenaran. Saat ini, tim masih fokus untuk mengevaluasi jalannya penyelenggaraan Pemilu Presiden 2009.

Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Golkar Boleh Merapat, tetapi Jangan Ganggu Power Sharing

Jumat, 10 Juli 2009 | 16:57 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebagai partai yang telah terbiasa berada di lingkaran kekuasaan, kecil kemungkinan bagi Partai Golkar menjadi oposisi. Kemungkinan Golkar akan merapat ke kubu pemenang Pilpres 2009 pun masih terbuka.

Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mahfud Siddiq mengatakan, pihaknya tidak akan mempermasalahkan jika hal itu terjadi, asalkan tidak mengganggu proses pembagian kekuasaan (power sharing) yang telah disepakai antarpartai koalisi pendukung SBY.

"Kemungkinan itu (Golkar merapat ke koalisi) bisa terjadi, asalkan jika mereka merapat tidak mengganggu power sharing yang sudah disepakati," katanya seusai acara diskusi di DPR RI, Jakarta, Jumat (10/9).

Secara pribadi, Mahfud menilai, saat ini merupakan momentum yang tepat bagi Partai Golkar untuk menjadi oposisi, bersama dengan PDI Perjuangan. Sebab, menurutnya, jika Golkar dan PDI-P bergabung menjadi oposisi di parlemen, maka fungsi oposisi sebagai pengontrol pemerintah akan efektif.

Mengenai pembagian kekuasaan di pemerintahan antarpartai koalisi pendukung SBY, ia mengaku bahwa hal itu baru akan dilakukan setelah KPU secara resmi mengumumkan hasil Pilpres 2009. Karenanya ia berharap pembagian kekuasaan tersebut bisa dilakukan secara profesional.

"Dan kalau ada partai lain yang mau bergabung, itu diambil dari profesional," tandasnya.


C10-09


Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Kalla "Ngantor" Lagi di Istana Wapres


Jumat, 10 Juli 2009 | 15:31 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Suhartono

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Presiden Jusuf Kalla, Jumat (10/7) siang, mulai ngantor lagi di Istana Wapres, Jakarta. Namun, meskipun berkantor, hingga pukul 15.00, relatif tidak ada kegiatan yang penting yang dilakukan Kalla. Ia hanya menandatangani sejumlah surat-surat dinas.

Sebelumnya, Kalla menunaikan shalat Jumat di Masjid Baitulrahman di lingkungan Istana Wapres. Ia ditemani oleh Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin, Wakil Ketua MPR Aksa Mahmud, yang juga adik iparnya, serta sejumlah pengurus Partai Golkar seperti Ferry Mursidan Baldan, Ketua DPD Partai Golkar Sulawesi Tenggara Ridwan Bae, dan Presiden Partai Demokrasi Kebangsaan Ryaas Rasyid.

Belakangan, datang pula menemani Kalla, yaitu Ketua DPP Partai Golkar Rully Chairul Aswar dan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Nasional Indonesia (Apindo) Sofyan Wanandi.

Kemarin, sehari setelah pilpres, Kalla memilih tinggal di rumah dinasnya sambil menerima laporan sejumlah Deputi Wapres dan menandatangani surat-surat dinas, selain memimpin rapat evaluasi hasil pilpres sebagai capres bersama cawapres Wiranto. Pada malam harinya, ia menyampaikan uneg-unegnya kepada para senior editor.


Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

PKS Berharap Jatah Menteri Lebih dari Tiga

Jumat, 10 Juli 2009 | 17:19 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berharap mendapatkan lebih dari 3 kursi menteri dalam kabinet pemerintahan Presiden SBY yang akan datang. Hal ini didasarkan pada pertambahan jumlah kursi yang didapatkan PKS di DPR RI periode 2009-2014. "Saat ini jumlah kursi kita di DPR ada 45 kursi dan kita dapat 3 kursi menteri, dan di periode 2009-2014 kita dapat 57 kursi, dan logikanya kursi kabinet juga bertambah, tidak hanya 3 kursi, tapi lebih," kata Ketua DPP PKS, Mahfud Sidiiq di DPR RI, Jakarta, Jumat (10/7).

Ia mengaku, saat PKS melakukan kontrak politik mendukung SBY menjadi capres di Pilpres 2009 beberapa waktu yang lalu, PKS telah mengajukan 8 nama kader PKS untuk dipilih SBY mengisi posisi menteri di kabinet yang akan datang, dan mengenai siapa yang akan dipilih, PKS menyerahkan sepenuhnya kepada SBY. "Dari 8 orang itu ada nama pak Tiffatul Sembiring, Hidayat Nur Wahid, Irwan Prayitno," katanya.

Meski demikian, ia mengaku, PKS tidak meminta jumlah kursi menteri tertentu kepada SBY. Namun ia berharap pembagian tersebut dapat dilakukan secara profesional. "PKS berharap pembagian itu dilakukan secara profesional berdasarkan power sharing dari partai koalisi," katanya.


C10-09

Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Kamis, Juli 09, 2009

SBY: Alhamdulillah Pemilu Berjalan dengan Baik



By Republika Newsroom
Rabu, 08 Juli 2009 pukul 20:50:00

JAKARTA-–Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang juga menjadi salah satu capres, bersyukur Pemilihan Presiden 2009 berlangsung dengan aman dan lancar. SBY menilai, Indonesia tengah mengukir sejarah baru dalam berdemokrasi.

"Alhamdulillah, pemilu di seluruh Indonesia berjalan dengan baik," kata SBY dalam keterangan persnya di Puri Cikeas, Bogor, Rabu (8/7) malam. Sebagai presiden yang ikut bertarung dalam Pilpres 2009, SBY mengaku masih mengemban amanah dari rakyat untuk menyukseskan Pemilu 2009.

Semua proses demokrasi ini, kata SBY, merupakan bukti kepada dunia yang juga memberikan perhatian, bahwa Pemilu 2009 sesuai dengan harapan langsung umum, jujur adil, tertib, dan lancar. Menurut SBY, konsolidasi yang dilakukannya dengan seluruh gubernur di Indonesia sehari menjelang pilpres terlaksana dengan baik.

Hingga pilpres berlangsung hari ini (8/7), SBY mengaku terus memantau dan menerima laporan dari pejabat terkait, yakni menkopolkam, mendagri, dan kapolri terkait pelaksanaan Pilpres 2009. "Ini (Pemilu 2009) suatu tongggak penting menuju demokrasi bangsa yang lebih mapan," kata SBY.

dri/rif




Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

SBY-Boediono Rajai Nusakambangan


Kamis, 9 Juli 2009 | 01:07 WIB

CILACAP, KOMPAS.com-Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono berhasil memenangkan Pemilu Presiden 2009 di tujuh tempat pemungutan suara (TPS) di Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.

Berdasarkan data yang dihimpun ANTARA dari Panitia Pemungutan Suara (PPS) Kelurahan Tambakreja, Kecamatan Cilacap Selatan, Rabu malam, pasangan SBY-Boediono meraih 712 suara, sedangkan Megawati Soekarnoputri (Mega-Pro) memperoleh 501 suara dan Jusuf Kalla-Wiranto mendapat 196 suara.

Perolehan suara tersebut terkumpul dari enam TPS di dalam lingkungan lembaga pemasyarakatan (LP) dan satu TPS reguler di luar LP, yakni TPS 37 dengan perolehan suara Mega-Pro sebanyak lima suara, SBY-Boediono meraih 218, dan JK-Win memperoleh sembilan suara.

Sementara untuk enam TPS di dalam LP, terdiri TPS 38 LP Batu (gabungan LP Batu dan LP Terbuka, red.), pasangan Mega-Pro meraih 87 suara, SBY-Boediono memperoleh 92 suara, JK-Win mendapat 39 suara.

Di TPS 39 LP Narkotika, pasangan Mega-Pro 105 suara, SBY-Boediono memperoleh 58 suara, dan JK-Win mendapat 29 suara, sedangkan di TPS 40 LP Besi, pasangan Mega-Pro meraih 87, SBY-Boediono memperoleh 137 suara, dan JK-Win mendapat 45 suara.

Sementara TPS 41 LP Kembang Kuning, pasangan Mega-Pro meraih 65 suara, SBY-Boediono memperoleh 43 suara, dan JK-Win mendapat 23 suara, serta TPS 42 LP Permisan, pasangan Mega-Pro mendapat 104 suara, SBY-Boediono meraih 59 suara, dan JK-Win memperoleh sembilan suara.

Dalam penghitungan suara di TPS 43 LP Pasir Putih, pasangan Mega-Pro memperoleh 48 suara, SBY-Boediono mendapat 105, dan JK-Win meraih 42 suara.

Seperti yang diwartakan sebelumnya, jumlah pemilih dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pilpres 2009 di Pulau Nusakambangan sebanyak 1.691 orang, terdiri 1.340 narapidana dan 351 warga/pegawai LP.


ONO
Sumber : Ant


Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

KPU: Rekapitulasi Nasional 18 Juli


Rabu, 8 Juli 2009 | 19:02 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com- Hasil rekapitulasi penghitungan suara nasional akan disampaikan Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 18 Juli 2009 mendatang.

"Rekapitulasi suara nasional sekitar 10 hingga 12 hari setelah pemungutan suara," kata anggota KPU Abdul Aziz, Rabu (8/7), ketika ditemui di Kantor KPU, Jakarta.

Aziz mengatakan, Kabupaten membutuhkan waktu sekitar empat hari untuk melakukan penghitungan manual. Saat ini, tambahnya, sudah ada beberapa daerah yang menyampaikan laporan hasil penghitungan suara ke KPU.

Namun, ketika ditanya lebih jauh, Aziz enggan menyebutnya secara rinci berapa jumlah penghitungan suara yang sudah masuk. "Belum cek lagi saya. Belum tahu," ujarnya.

Terkait tabulasi elektronik yang menggunakan sistem layanan pesan singkat (SMS), Aziz mengatakan, KPU akan menampilkan hasilnya di Media Center Kantor KPU, petang ini. "Layanan ini mencakup sekitar 100.000 KPPS yang terdaftar. Nanti publik boleh melihat dan akan dibuka," ucapnya.

Namun, ia menegaskan penayangan tabulasi elektronik ini tidak untuk menggambarkan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Melainkan agar masyarakat mendapatkan informasi awal penghitungan suara cepat.

"Hanya untuk gambaran awal saja. Kita melengkapi informasi quick count yang dilakukan berbagai lembaga survei kepada masyarakat," tegasnya.

ANI


Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Susilo Bambang Yudhoyono: "Tak Puas Hasil Pemilu, Gunakan Jalur Hukum"



"Hati-hati keluarkan statement dengan mengatakan kalau pemilu tidak demokratis."

Rabu, 8 Juli 2009, 21:14 WIB
Arry Anggadha, Muhammad Hasits

VIVAnews – Calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyayangkan berbagai pihak yang mengatakan pemilihan presiden tidak berlangsung demokratis. Menurutnya, penilaian pelaksanaan pemilu ada di tangan rakyat.

"Berhati-hati dalam mengeluarkan statement dengan mengatakan kalau pemilu tidak demokratis," kata Yudhoyono dalam keterangan pers di kediaman pribadinya, Puri Cikeas, Bogor, Rabu 8 Juli 2009.

Menurut Yudhoyono, dalam pelaksanaan pilpres saat ini banyak juga pemantau baik dari dalam atau luar negeri. Karena itu, sebaiknya dikembalikan kepada masyarakat Indonesia sendiri.

Sebelumnya, ada pihak yang menyatakan bahwa pelaksanaan pilpres tidak berlangsung demokrastis. Dalam pelaksanaanya, pilpres diniali masih banyak persoalan mulai dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan penggunaan Kartu Tanda Penduduk (KTP).

Untuk itu, Yudhoyono mengharapkan jika adanya persoalan dalam pelaksanaan pilpres, sebaiknya digunakan lewat jalur hukum. "Kita juga menghormati kebebasan berpendapat," tegasnya.

arry.anggadha@vivanews.com

Sumber: VIVAnews



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

SBY Belum Terima Ucapan dari JK dan Mega



Yudhoyono akan tetap menjalin silaturrahmi. "Saya yakin semua mempunyai pikiran baik."

Rabu, 8 Juli 2009, 21:31 WIB
Arry Anggadha, Muhammad Hasits

VIVAnews – Calon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersyukur atas hasil perhitungan sementara Pemilihan Presiden 2009. Namun, keunggulan itu belum mendapatkan ucapan selamat dari calon Presiden Jusuf Kalla dan Megawati Soekarnoputri.

"Memang belum sempat berkomunikasi dengan saya (Kalla dan Mega)," kata Yudhoyono dalam keterangan pers di kediaman pribadinya, Puri Cikeas, Bogor, Rabu 8 Juli 2009.

Meski demikian, Yudhoyono akan tetap menjalin silaturrahmi. "Saya yakin semua mempunyai pikiran yang baik," terangnya.

Namun, Yudhoyono lega dalam pelaksanaan pemilihan presiden disemua daerah berjalan dengan baik. "Di tengah pilpres, saya tetap bekerja untuk memantau situasi," paparnya.

Perhitungan cepat sejumlah lembaga survei mencatat pasangan SBY-Boediono meraih suara terbanyak yakni di atas 50 persen. Pasangan ini meninggalkan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianti dan Jusuf Kalla-Wiranto.

Sedangkan berdasarkan penghitungan sementara suara nasional pilpres dari KPU untuk sementara, pasangan Megawati-Prabowo meraih 29,67 persen, pasangan SBY-Boediono meraih 60,72 persen, dan pasangan Jusuf Kalla-Wiranto meraih 9,62 persen.

arry.anggadha@vivanews.com

Sumber: VivaNews



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

SBY: Hati-Hati Keluarkan Pernyataan!

Rabu, 8 Juli 2009 - 20:19 wib
Amirul Hasan - Okezone


JAKARTA - Terkait dua pasangan capres-cawapres yang belum mau menerima hasil sementara quick count, capres Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan. Menurutnya sudah seharusnya berbagai pihak berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataan terkait Pilpres.

"Mesti berhati-hati untuik mengeluarkan pernyataan bahwa pemilu tidak transparan dan demokratis," kata SBY saat menggelar jumpa pers di kediamannya, Puri Cikeas, Bogor, Rabu (8/7/2009).

Semua pihak lanjutnya memang berhak menyampaikan pernyataan dan menilai apakah pemilu ini demokratis, tranparan atau tidak. Namun jika ada permasalahan, sudah selayaknya disampaikan ke lembaga yang mengurusi pelaporan.

Pemilihan Presiden kali ini, menurut SBY, sudah sangat transparan. Kecuali saat pemilih memberikan suaranya di bilik suara.

"Ada pengawasnya, pengamatnya, baik dari dalam maupun luar negeri. Di Pemilu saat ini sudah sangat demokratis, jangan sampai kita melakukan upaya-upaya yang justru tidak demokratis," tuturnya. (hri)

Sumber: Okezone



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Ketua KPU: Secara Keseluruhan, Pilpres Lancar

Rabu, 8 Juli 2009 - 16:52 wib
Irma Yani - Okezone

JAKARTA - Ketua KPU Abdul Hafiz Anshary mengklaim pelaksanaan Pilpres berjalan aman, sesuai harapan semua pihak.

Hal tersebut disampaikan di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, usai meninjau Pilpres bersama Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri, Rabu (8/7/2009).

"Secara keseluruhan tidak ada hambatan kecuali di Pemalang. Jumlah pemilih yang tidak terdaftar lebih banyak dari jumlah surat suara," ujarnya kepada wartawan.

Sementara itu, lanjut Abdul Hafiz, pihaknya belum menerima laporan soal pelaksanaan Pilpres di luar negeri.

(lam)

Sumber: Okezone



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

SBY Tetap Jalin Komunikasi dengan JK

Rabu, 8 Juli 2009 - 20:43 wib
Amirul Hasan - Okezone

JAKARTA - Capres Susilo Bambang Yudhoyono siap melanjutkan hubungannya di kabinet dengan capres Jusuf Kalla hingga 20 Oktober mendatang, atau hingga akhir jabatannya.

Hal ini dikemukakan SBY, mengomentari pertanyaan yang dilemparkan wartawan terkait hubungannya dengan JK usai hasil quick count yang mengunggulkannya dalam pertarungan menuju RI-1 di kediamannya, Puri Cikeas, Bogor, Rabu (8/7/2009).

"Perlu diingat saya dan Pak JK dipilih sebagai presiden dan wapres pada 2004 lalu. Saat itu kami membaca sumpah di depan MPR, yang pada hakekatnya di depan rakyat. Kami penuhi sumpah itu. Kami siap melanjutkan tugas, dan kewajiban kami hingga 20 oktober mendatang," tutur SBY.

SBY yakin antara dirinya dengan JK sudah cukup memahami realitas dalam Pilpres dan bisa menjalankan tugas hingga akhir jabatan presiden dan wakil presiden. Namun menurutnya, masih terlalu dini untuk berpikir tentang kebersamaannya dengan JK, atau capres lainnya.

"Ada waktunya kami untuk berkomunikasi. Sekarang ini biarlah mengalir dulu," ujarnya.

Lagipula, hari ini masih merupakan hari pertama untuk mengetahui hasil Pilpres. Sehingga SBY masih menunggu perkembangan, dan tetap menghormati semua capres yang bertarung dalam Pilpres 2009.

"Mungkin semua pihak saat ini menata hati dan pikirannya masing-masing. Saya yakin semua punya pikiran yang baik. Saya punya keyakinan dalam waktu dekat akan ada komunikasi," tuturnya. (hri)


Sumber: Okezone



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Pukul 00.01 WIB, Laporan Real Count Ditolak

Kamis, 9 Juli 2009 - 00:09 wib
Yuni Herlina Sinambela - Okezone

JAKARTA - Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan menolak laporan real count dari petugas dilapangan apabila dikirim via SMS di atas pukul 00.00 WIB. Padahal hasil sementara real count yang mengunggulkan SBY-Boediono baru berasal dari 20 persen data dilapangan.

Dikhawatirkan real count akan digunakan untuk mempengaruhi para pemilih yang tengah mencontreng di luar negeri. Pihak KPU ketika dikonfirmasi terkait hal ini berkilah hasil real count hanya akan dijadikan data pembanding saja. Bukan hasil resmi Pilpres 2009.

"Oh iya (setelah pukul 00.00 WIB laporan yang masuk akan ditolak), karena real count merupakan pilot project seperti yang disampaikan anggota KPU Abdul Aziz. Bahwa proyek ini hanya sebagai acuan tambahan informasi yan akan diperbandingkan dengan hasil penghitungan suara manual. Jadi ini bukan suatu referensi, hanya perolehan suara sementara," ujar IT spesialis IFES yang diperbantukan di KPU Ryo Garta di Kantor KPU, Jakarta, Rabu (8/7/2009).

Dari total jumlah TPS sebanyak 451 ribu, hingga pukul 11.00 WIB yang sudah masuk ke data KPU hanya 104 ribu atau sekira 20 persen dari seluruh TPS.

Data terakhir pasangan SBY-Boediono unggul dengan perolehan 2.485.581 suara (60,72 persen), Megawati-Prabowo 1.214.486 (29,67 persen), dan JK-Wiranto 393.677 (9,62 persen).

(ful)

Sumber: Okezone



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Ketua KPU Obral Ucapan Terima Kasih



Rabu, 8 Juli 2009 - 20:07 wib
Yuni Herlina Sinambela - Okezone

JAKARTA - Ketiadaan kendala berarti dalam penyelenggaraan tahapan pemungutan suara Pilpres 2009 membuat Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Abdul Hafidz Anshary bernafas lega.

Dia pun lantas mengobral ucapan terima kasih kepada semua pihak yang turut berkontribusi dalam mensukseskan Pilpres 2009.

"Terima kasih kepada semua pihak di lapangan. Para penyelenggara pemilu di tingkat KPPS/KPPS LN, PPS/PPS LN, PPK, KPU kabupaten/kota, dan KPU provinsi, atas kerja kerasnya mempersiapkan dan melaksanakan pemungutan serta penghitungan suara," ujarnya di kantor KPU, Jakarta, Rabu (8/7/2009).

Hafidz juga mengucapkan terima kasih kepada aparat keamanan yang telah menjaga ketertiban selama berlangsungnya tahapan pemungutan dan rekapitulasi suara. "Hal ini berkat partisipasi dari pihak keamanan," ujarnya.

Tak lupa, Hafidz pun menyampaikan ucapan terima kasih kepada para pejabat di daerah dan pusat yang telah membantu distribusi logistik sehingga bisa tepat waktu sampai di tempat pemungutan suara (TPS).

"Terima kasih juga saya sampaikan kepada Bawaslu yang selalu setia mengawasi penyelenggaraan pemilu," ungkapnya.

(ful)

Sumber: Okezone



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Blogger template 'Purple Mania' by Ourblogtemplates.com 2008

Jump to TOP