Kami Mengucapkan Terimakasih kepada Semua Pihak yang telah membantu Menyukseskan Perhelatan Akbar
Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2009

di Jakarta 3 s.d. 9 Agustus 2009

Sampai Ketemu di OSN Tahun 2010 di Medan, Sumatera Utara

Headline News

NATIONAL NEWS

Translate Here

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini

Sabtu, Mei 23, 2009

Banjarmasin Juara Umum O2SN Siswa SMA Provinsi Kalimantan Selatan




















(Piala Bergilir O2SN Siswa SMA dari Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan.)

Jakarta, 17 Mei 2009

BeritaIndah.blogspot.com: Tepuk tangan meriah para peserta yang memenuhi Aula Asrama Haji, Banjarbaru, dalam acara penutupan O2SN siswa SMA tingkat Provinsi Kalimantan Selatan, ketika Ketua Bidang Pertandingan, Drs. Zainal Abidin, M.Pd, mengumumkan bahwa Tim Kota Banjarmasin kembali menyandang gelar Juara Umum O2SN siswa SMA Tingkat Kalimantan Selatan tahun 2009, dengan memperoleh 10 medali Emas, 1 Perak, dan 3 Perunggu. Dengan demikian tim ini kembali berhak memboyong Piala Bergilir dari Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan yang pada tahun lalu diraihnya.

Selesai membacakan urutan perolehan medali, selanjutnya penyematan medali kepada para pemenang, dan diakhiri dengan penyerahan piala bergilir O2SN dari Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi, dalam sambutannya, yang diwakili oleh Kasi Kurikulum dan Pengujian, Bidang Dikmen, Roosmanida, S.Pd, MA, mengatakan, bahwa keberhasilan tim O2SN dari Banjarmasin merupakan kerja keras yang luar biasa, “Betapa tidak,” katanya, “tanpa kerja keras saya yakin mereka tidak akan meraih juara umum berturut-turut selama 2 tahun,” lanjutnya. Akan tetapi, kata Roosmanida, penyelenggaraan O2SN ini bukan semata-mata mencari juara, tetapi yang lebih penting lagi tujuan O2SN ini ialah untuk memfasilitasi dan memotivasi para siswa, khususnya SMA, yang mempunyai bakat di bidang olahraga, sehingga mereka dapat menyalurkan kemampuannya sesuai dengan bidang yang dimiliki. Jadi, lanjut Roosmanida, bagi yang belum berhasil meraih kemenangan pada O2SN tahun ini, tak usah berkecil hati, karena O2SN ini bukan satu-satunya tempat kalian untuk berprestasi. Masih ada FLS2N yang akan dilaksanakan di Bandung awal Juni mendatang, dan antara tanggal 8-9 Juni 2009 ini aka nada Olimpiade Sains Nasional (OSN) Tingkat Provinsi Kalimantan Selatan.

Bagi yang juara, dan yang akan berangkat ke O2SN Tingkat Nasional, tanggal 15 Juni 2009 di Jakarta, kami mengucapkan selamat jalan, semoga sukses di sana. “Kalian harus ingat, kalian adalah duta-duta terbaik Kalimantan Selatan. Untuk itu agar kalian tetap menjaga nama baik Kalsel. Selamat berjuang! Semoga sukses!”

Pelaksanaan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) tingkat Provinsi Kalimantan Selatan, untuk siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), berakhir Kamis (14/5). O2SN se-Kalsel ini diikuti oleh 364 orang, terdiri dari 286 orang peserta lomba, 65 orang pelatih, dan 13 pimpinan kontingen dari 13 Kabupaten/Kota. Selama mengikuti kegiatan, sejak Selasa (12/5), mereka ditampung di Asrama Haji, Banjarbaru.

Mengingat kurangnya sarana yang tersedia di Asrama Haji untuk melaksanakan 5 cabang olahraga (cabor), seperti Pencak Silat, Karate, Bulu Tangkis, Atletik, dan Tenis Meja, maka pertandingan dari kelima cabor di tempatkan berbeda-beda. Misalnya, Pencak Silat, di JPOK FKIP Universitas Lambung Mangkurat; Bulu Tangkis, di Gedung Bulu Tangkis Citra Banjarbaru; Atletik, di Lapangan JPOK FKIP Universitas Lambung Mangkurat, untuk Karate dan Tenis Meja di Asrama Haji.

Sementara para juri dari lima cabor diambil dari klub-klub yang sesuai bidangnya, seperti IPSI, PBSI, PTMSI, PASI, dan FORKI. Menurut ketua panitia, Drs. M.N. Fadjri, M.Si, hal ini dilakukan agar pelaksanaan kegiatan O2SN ini menghasilkan para juara yang benar-benar juara, “Karena para jurinya dari kalangan ahlinya.”

Nirwansyah, S.Sos, M.Pd, Koordinator penyelenggara O2SN membenarkan apa yang dikatakan Fadjri. Menurut Nirwan, pada awalnya perwasitan ini diserahkan kepada pihak JPOK Unlam, karena O2SN ini ada siswa SD, SMP, dan SMA. Tapi dari pihak JPOK merasa kurang mampu menangani siswa SMA, mereka menyarankan untuk mengambil dari pihak yang memang benar-benar menguasai bidangnya, “Mereka hanya mampu menangani untuk siswa SD dan SMP saja,” jelasnya.

Dukungan dan Harapan
Penyelenggaraan O2SN ini mendapat dukungan yang baik dari berbagai pihak, seperti dari pihak sekolah, para orangtua siswa, pemkot, pemkab, dan pemprov. Menurut beberapa kalangan yang hadir pada upacara penutupan mengatakan bahwa O2SN ini merupakan ajang yang sangat tepat untuk memfasilitasi dan memotivasi para siswa untuk menyalurkan bakat positifnya sehingga dapat meningkatkan skill dan kemampuan mereka, “dan sekaligus sebagai upaya pembentukan sikap, mental, sportivitas, kejujuran dan solidaritas, serta nasionalisme yang tinggi,” jelas salah seorang kontingen.

Ketua panitia, Fadjri, mengharapkan kegiatan semacam ini akan terus dipertahankan untuk menjaring bibit-bibit unggul di bidang olahraga. Karena melalui O2SN ini akan memunculkan semangat juang siswa yang tinggi, kompetitif, sportif, “Tidak seperti para caleg,” katanya sambil tertawa.

Masalah pendanaan, menurut Fadjri, masih ditemukan permasalahan. Maksudnya masih ada friksi-friksi yang tidak jelas sehingga mengganggu perencanaan penyelenggaraan. “Jadi ke dep
an, tolong kepada pihak-pihak yang berwenang jangan ada lagi friksi-friksi, keterlambatan sehingga harus ditalangi dulu,” harapnya.

Menjawab
p ertanyaa n tentang O2SN, para siswa merasa senang dan bahagia, terutama bagi yang berhasil menjadi juara, “Selain mendapat medali, piagam, juga dapat uang pula,” jelas salah seorang siswa yang meraih juara pertama. Nirwansyah membenarkan bahwa setiap peraih juara mendapatkan uang pembinaan. Besarnya uang pembinaan dari masing-masing juara berbeda besarannya. Selengkapnya sebagai berikut: Juara I, selain mendapatkan medali Emas, Piagam dan uang Rp 2.500.000,- Juara II, mendapatkan medali Perak, Piagam dan uang Rp 2.000.000,-, Juara III, mendapatkan medali Perunggu, Piagam dan Uang Rp 1.250.000,- Uang pembinaaan itu berlaku untuk semua jenis lomba, “Hanya dipotong PPN 5%,” jelas Nirwan.




















Secara rinci urutan perolehan medali dijelaskan oleh Zainal Abidin, sebagai berikut:

===========================
Perolehan Medali Tiap Kabupaten/Kota
===========================

1. KOTA BANJARMASIN, mendapatkan Medali Emas: 10, Perak: 1, Perunggu: 3

2. KAB. BANJAR,
mendapatkan Medali Emas: 3, Perak:1, Perunggu: 4

3. KAB. HULU SUNGAI TENGAH,
mendapatkan Medali Emas: 2, Perak: 2, Perunggu: 4

4. KAB. TANAH BUMBU,
mendapatkan Medali Emas: 2, Perak: 1, Perunggu: 3

5. KAB. KOTA BARU,
mendapatkan Medali Emas: 2, Perak: 1, Perunggu: 1

6. KAB. HULU SUNGAI UTARA,
mendapatkan Medali Emas: 1, Perak: 3, Perunggu: 7

7. KOTA BANJAR BARU,
mendapatkan Medali Emas: 1, Perak: 2, Perunggu: 2

8. KAB. HULU SUNGAI SELATAN,
mendapatkan Medali Emas: 1, Perak: 1, Perunggu: 1

9. KAB. BATOLA,
mendapatkan Medali Emas: 0, Perak: 7, Perunggu: 4

10. KAB. TANAH LAUT,
mendapatkan Medali Emas: 0, Perak: 1, Perunggu: 6

11. KAB. TAPIN,
mendapatkan Medali Emas: 0, Perak: 1, Perunggu: 2

12. KAB. TABALONG,
mendapatkan Medali Emas: 0, Perak: 0, Perunggu: 4

13. KAB. BALANGAN,
mendapatkan Medali Emas: 0, Perak: 0, Perunggu: 2

======(Laporan: Subandrio HS)=====

Bookmark and Share

Klik selengkapnya...

Jumat, Mei 22, 2009

Prof. Suyanto, Ph.D, : "TOT Hajatan Untuk Membangun Sistem Pembinaan Olimpiade Sains"



Training of Trainer (TOT) Pengembangan Program Jaringan Kerja Perguruan Tinggi yang berlangsung 3-5 Maret 2009 di Bandung, berakhir sudah. Kegiatan yang bertujuan untuk menyamakan visi pemangku kepentingan pendidikan dalam melakukan pembinaan bidang bakat dan keilmuan pada tingkat Sekolah Menengah Atas ini, diharapkan dapat memberikan hasil yang maksimal, dimana ada kesamaan visi, peningkatan komitmen, transfer knowledge, tersedianya Pembina Olimpiade Sains tingkat provinsi, serta terciptanya kondisi kolaboratif antara Dinas Pendidikan Provinsi dan Perguruan Tinggi setempat.

Di acara pembukaan, Prof. Suyanto, Ph.D, Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas, menjelaskan, kegiatan TOT merupakan hajatan untuk membangun system pembinaan olimpiade sains bagi siswa-siswa seluruh Indonesia. Dengan demikian, pembinaan ini harus serius. Pada tahun 2008 sudah banyak prestasi yang didulang, dimana dalam kurun waktu satu tahun, direktorat jenderal sudah mendapatkan 106 medali emas. “Dalam kerangka ini kami berharap tahun 2009, kalau trend-nya masih tetap begitu, diharapkan bisa memperoleh 200 medali.”

Itu sebabnya, menurut dirjen, para dosen dipanggil dan diundang mengikuti TOT untuk membicarakan kualitas siswa sehingga meraka bisa meningkatkan perolehan medali di Olimpiade Sains Nasional nanti. “Karena kita pada saat ini sudah sampai pada pilar peningkatan kualitas inovasi dan sains, dimana pilar itu sangat relevan, sangat signifikan buat Direktorat Pembinaan SMA dan juga sekolah-sekolah SMA, mengingat SMA itu memang anak-anaknya didisain supaya masuk ke perguruan tinggi, studi lanjut mereka.”

Lesson Learn
Pada acara tersebut, Dirjen kembali berujar bahwa kualitas merupakan suatu konsep yang sangat dinamik dan tidak pernah berhenti. Kualitas merupakan benchmark. Dengan adanya olimpiade, benchmark tersebut tentu tidak diragukan lagi karena dengan demikian, para siswa bisa bersaing dengan Negara-negara lain dan mereka bisa berkompetisi di situ. Dirjen juga berharap Olimpiade Sains dilaksanakan melalui seleksi-seleksi yang berjenjang. Calon-calon dari berbagai daerah menjadi semakin banyak, dan semakin baik. “Karena yang namanya kepandaian, jika didistribusikan secara normal maka Indonesia dengan penduduknya yang besar tidak kesulitan untuk menemukan calon-calon yang potensial dari generasi muda.” Jelas Dirjen.


Pembinaan program olimpiade ke depan, menurutnya harus belajar pada pengalaman yang sudah lalu. “Kita punya lesson learn yang luar biasa. Pembinaan aspek intelektualitas dan kognitif, ada dalam kecerdasan matematika, sedangkan dalam bidang kuantitatif saya kira metodenya sudah relative mapan. Tapi untuk anak-anak yang pintar ini, agar mereka lebih luwes, metodologinya harus kita cari,” tambahnya.

Prof. Suyanto, Ph.D kembali menegaskan agar para peserta olimpiade sains memiliki social skill yang memadai. Ketika anak-anak yang pintar itu tidak memiliki kemampuan untuk berkomunikasi, ini merupakan kerugian yang besar. Diknas juga ingin melahirkan pemimpin yang pintar, yang bisa berkomunikasi. Betapapun pintarnya seseorang, jika paketnya untuk menjual konsep dan meyakinkan orang untuk mendengarkan pendapatnya tidak ada, maka orang tersebut akan kehilangan pengikut. “Seorang pemimpin harus bisa membuat program, membuat materi, supaya anak-anak yang pintar itu bisa bercerita, bisa tertawa, bernyanyi, dan berolahraga,” imbuh Dirjen.

Dirjen juga menghimbau agar Dinas Pendidikan yang ada di daerah-daerah, memperhatikan Permen No. 34 tahun 2006. Ia berharap melalui Permen tersebut, anak-anak yang sudah mendapatkan medali, tidak terlantar di daerahnya masing-masing, terlantar dalam artian akademik. Mereka yang mendapatkan medali dari proses kompetisi berjenjang itu, harus tidak memiliki hambatan untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya. Mereka harus diterima tanpa test.

Dirjen berharap, siswa-siswa yang memperoleh medali di ajang olimpiade sains, harus diterima di jurusan apa saja, asal menurut seleksi administrasinya masih relevan. “Mereka harus diakomodasi, bahkan sudah dipersiapkan Perpres untuk menjamin anak-anak yang mempunyai medali di tingkat internasional, supaya mendapatkan beasiswa di perguruan tinggi di dunia di mana pun dia mau. Kalau emas sampai Ph.D, perak S2, perunggu sampai S1. Ini kan merupakan upaya pemerintah dalam menyiapkan SDM yang handal. Sebab melihat track record dari Negara maju, yang berhasil itu ditentukan oleh beberapa factor. Pertama factor inovasi dan kreativitas dari SDM yang dimiliki, yang kedua ada networking, ketiga knowledge and technology, dan keempat recources,” ujarnya.

Dalam konteks inilah, menurut Dirjen, akan dicari orang-orang yang ada di seluruh tanah air ini untuk dipersiapkan menjadi SDM-SDM yang kreatif, inovatif, karena sebagai bangsa yang besar sudah selayaknya generasi muda Indonesia bisa berbicara di tingkat dunia. Jika Indonesia sudah hebat, diharapkan Bahasa Indonesia akan menjadi bahasa dunia. “Sedih rasanya melihat bahasa kita dibicarakan orang banyak, tetapi belum menjadi bahasa dunia. Saya kira ini akibat dari teknologi, bahasa identik dengan teknologi. Teknologinya hebat, tentu bahsanya akan dipakai oleh banyak orang,” tukasnya. (fanny)


Sumber: Potensi





Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Dr.Sungkowo M : "TOT Bandung Pemerataan dan Proses Pembelajaran"

Pada acara pembukaan Training of Trainer (TOT) Pengembangan Program Jaringan Kerja Perguruan Tinggi (3-5/3/2009) yang berlangsung di hotel Grand Aquila Bandung, di hadapan para dosen dari berbagai perguruan tinggi yang ada di seluruh Indonesia, Dr.Sungkowo M menganjurkan agar para dosen tersebut dapat memberikan pengertian kepada para siswa kalau mata pelajaran sains, seperti matematika. bukanlah mata pelajaran yang berat, namun menyenangkan.


Nama TOT sendiri merupakan nama generic, kata “trainer” dalam TOT adalah kalimat yang ditujukan kepada para dosen yang ikut dalam kegiatan tersebut. Para dosen yang mengikuti kegiatan itu merupakan tenaga ahli dari perguruan tinggi, melalui mereka diharapkan akan tercipta jejaring antara teman-teman di perguruan tinggi, dan teman-teman di Dinas Pendidikan Provinsi. Bahkan jejaring dengan Dinas Pendidikan di Kabupaten Kota.

Dari pertemuan TOT di Bandung kali ini, secara teknis ada dua hal yang harus diperhatikan untuk meningkatkan pemerataan, yang pertama melalui proses pembelajaran di sekolah, kedua memfasilitasi prestasi puncak dari siswa-siswa yang memang memiliki kemampuan akademik luar biasa. “Setiap daerah, setiap tempat pasti ada dua hingga lima persen anak-anak yang memiliki keistimewaan luar biasa. Karena mereka tidak memiliki kesempatan yang baik, mereka tidak mendapatkan kesempatan yang sama, maka anak-anak yang mempunyai kemampuan akademik yang luar biasa itu tidak akan menjadi apa-apa. Contoh yang sudah pernah dilakukan oleh Prof. Yohannes Surya, ia pernah membuat semacam uji coba khusus pada anak di sebelah timur Indonesia, tepatnya di Jayapura. Ternyata, setelah dipandu oleh Prof Yohannes, dan si anak dibawa ke Jakarta lalu di training beberapa bulan, dilatih soal-soal fisika, ada semacam kemajuan untuk memperoleh hadiah nobel. Anak tersebut mendapatkan medali emas. Ini artinya setiap orang yang cerdas, apabila diperlakukan khusus dan diberikan pembelajaran khusus dengan cara yang benar, diharapkan anak-anak ini akan terurus. Tujuan kita seperti ini. Kita membuat mekanisme di dalam merekrut mereka. Rekrutmen untuk tingkat nasional ini kita sebut dengan Olimpiade Sains Nasional. Rekrutmen ini dimulai dari anak-anak itu di sekolah. Di sana dicari anak yang paling berbakat, kalau perlu dikompetisikan di kelas dan sekolahnya masing-masing. Juara satu, dua, dan tiga, dipertandingkan ke tingkat kabupaten kota. Kemudian dari kabupaten kota akan diseleksi lagi juara satu, dua dan tiganya. Yang berhasil di tingkat tersebut akan menjadi wakil dari kabupaten untuk berlaga di tingkat provinsi, dari provinsi dikompetisikan lagi untuk tingkat nasional. Setelah itu kembali dikompetisikan untuk tingkat internasional kalau ada forumnya.” jelas Dr. Sungkowo M.

Pengiriman Siswa Seimbang

Saat ini, yang menjadi masalah adalah ketika kita sudah mendapatkan anak yang berbakat itu di tingkat sekolah untuk maju di tingkat kabupaten, namun tidak pernah ada yang membina. “Mungkin ini hanya kurang komunikasi saja. Nah, kalau kita sambungkan antara dinas kabupaten dengan perguruan tinggi setempat, Insya Allah akan terjadi sinergi di antara mereka, mereka bersama-sama akan membina anak-anak itu.sehingga hasil yang diperoleh pun akan memuaskan. Itu sebabnya, diupayakan anak-anak yang nomor satu di kabupatennya itu, kita training secara khusus, sehingga posisinya di provinsi menjadi baik. Nah, kalau mereka sudah berada di provinsi, ini sudah menjadi tugasnya dinas pendidikan.” Tegasnya.

Jawa Tengah dan Makassar sudah pernah melakukan hal seperti yang diuraikan di atas. Saat OSN 2008 di Makassar, anak-anak yang sudah lolos di tingkat provinsi ditangani oleh dinas provinsi. Akan tetapi komunikasi yang terjalin belum merambah ke tingkat perguruan tinggi. “Jadi perlu diketahui bahwa teman-teman birokrat, yaitu dinas kabupaten, dinas provinsi, termasuk kami, yang ada di direktorat ini, kalau mau bertemu dengan perguruan tinggi maju mundur, takut tidak diterima. Melalui forum ini mudah-mudahan akan terjadi hubungan yang erat antara dinas provinsi dan para pemegang akademik, dengan demikian, nantinya pengiriman siswa dari tingkat provinsi ke tingkat nasional akan seimbang. Sebab selama ini wakil dari provinsi paling banyak dari empat daerah, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan DKI.”

Menurut Dr. Sungkowo M, daerah-daerah lain bukannya tidak memiliki peluang untuk menang, tapi karena jumlah mereka sedikit maka peserta dengan jumlah terbanyaklah yang kemungkinan bisa memperoleh banyak medali. Para dosen yang hadir dalam TOT ini diharapkan mampu mendorong daerah-daerah untuk melakukan pemerataan. Dan pemerataan ini kiranya akan berkembang hingga ke Indonesia Timur. Jika daerah-daerah terpencil itu memiliki passing grade di bawah standar dan apabila mereka tidak diberi pembinaan serta diperlakukan secara khusus, maka perolehan medali bisa saja tidak bertambah jumlahnya. Sehingga yang menjadi juara umum kalau tidak DKI, Jawa Tengah.

Intinya, sekolah-sekolah di kabupaten harus ada trainer, sebab antara kabupaten dan provinsi ada kesempatan untuk dibina. Dan dari nasional ke tingkat internasional juga harus memperoleh pembinaan secara intensif. “Inilah tujuan kita mengundang Bapak dan Ibu sekalian. Karena ini merupakan mandat dari hasil workshop di Yogya. Kita akan membentuk tim pusat, tim provinsi, dan tim kabupaten. Nah dengan demikian diharapkan ada peluang untuk mendapatkan wakil-wakil dari daerahnya masing-masing. Dengan begitu keadaan akan seimbang antara provinsi yang satu dengan provinsi yang lain. Mudah-mudahan ini menjadi pemikiran Ibu dan Bapak sekalian.” ujar Dr. Sungkowo M. (Fanny)


Sumber: Potensi




Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Kerjasama dengan Perguruan Tinggi


Drs. Mukhlis Catio, M.Ed


Pada penutupan Trainer of Trainer Pengembangan Program Jaringan Kerja Perguruan Tinggi 5 Maret 2009 di Hotel Grand Aquila, Bandung, Drs. Mukhlis Catio, M.Ed yang mewakili Dr. Sungkowo M, menjelaskan bahwa Direktur SMA menginginkan pembentukan tim pengembangan kesiswaan di provinsi bisa terwujud. Jika sudah ada tim di tingkat provinsi, juga harus ada tim di tingkat kabupaten. Tujuannya agar pemerataan pendidikan bisa dilakukan. Kerjasama dengan perguruan tinggi ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan di Indonesia yang juga kian meningkat.

“Tim ini merupakan wakil kita nanti di daerah, atau di provinsi. Dengan adanya tim, jelas berpengaruh pada anggaran. Asal program dan kerjanya jelas, pada tahun 2010, anggaran itu akan diperjuangkan.” Ujar Mukhlis Catio.

Pemerataan pendidikan yang diadakan melalui kegiatan TOT ini harus dilaksanakan dengan serius. Menurut Mukhlis Catio, sesuai dengan kriteria yang disepakati bersama, para peserta yang ikut kegiatan ini harus punya komitmen dan harus bisa menyediakan waktu. Diharapkan melalui kegiatan ini bisa dibentuk pemerataan pendidikan. Itu sebabnya, dalam kegiatan ini komitmen yang tinggi sangat dibutuhkan.

.”Tanpa adanya komitmen dan kerjasama, tanpa bantuan Bapak dan Ibu sebagai narasumber, sebagai orang yang ahli dan tahu di bidangnya, kita tidak akan berhasil.” Demikian Mukhlis Catio.

Kegiatan yang sarat dengan masukan-masukan positif bagi dunia pendidikan, khususnya SMA ini, telah dibuatkan SK yang ditandatangani oleh Dirjen. SK tersebut khusus diberikan untuk tim pembina tingkat pusat.. Saat ini tinggal menunggu respon dari perguruan tinggi, bila bentuknya telah disusun, bisa dikembangkan sesuai dengan kondisi provinsi-provinsi masing-masing, sesuai juga juga dengan situasi dan kebutuhan.

Andai pun nantinya sekolah-sekolah itu tidak mempunyai fasilitas, diharapkan perguruan tinggi bisa membantu menyediakan fasilitas untuk guru, maupun siswa. Contohnya seperti laboratorium dan lain sebagainya. “Saya rasa pekerjaan ini merupakan amanah dan terpuji. Jika kita bisa melakukan ini, maka hasilnya harus diperhitungkan. Sebab sampai menargetkan anak kita bisa dapat medali hingga tingkat internasional, hal itu tidak main-main. Ini adalah salah satu cara kita mengabdi, ya mengabdi sebagai manusia, sebagai umat maupun sebagai pemimpin. Oleh sebab itu kita harus bersungguh-sungguh melakukannya. Untuk melaksanakan semua itu, jangan pernah kita ragu-ragu. Sebab, jika kita ragu-ragu maka hasilnya akan fatal. Mudah-mudahan ini akan terwujud. Mari kita bersama-sama mewujudkan pekerjaan mulia ini. Di samping itu, ajang ini merupakan silaturahmi peserta yang satu dengan yang lainnya agar lebih saling mengenal. “

Dengan adanya jaringan seperti ini, dapat diperoleh hikmah dan manfaatnya. Hasil TOT diharapkan bisa dimanfaatkan oleh kabupaten kota dalam rangka melakukan koreksi. Mukhlis menambahkan, dana tidak menjadi masalah asal program yang dilaksanakan jelas. Apabila program, dasar dan payung hukumnya kuat, dana akan datang dengan sendirinya. “Mengenai pendanaan ini sudah ada di Permen No. 34. Pertemuan ini sengaja untuk mendapatkan hasil yang bisa dipertanggungjawabkan. Atas sumbangan pikiran Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu, kami ucapkan terimakasih dan mari kita fokuskan bersama untuk menindaklanjutinya.” Ujar Drs. Mukhlis Catio M.Pd. Fanny

TOT Jembatan Program Program Direktorat Pembinaan SMA

Kegiatan TOT yang berlangsung 3-5 Maret di Bandung, dirasakan banyak manfaatnya oleh para dosen yang hadir di sana. Selaku ketua panitia dan pembina TOFI ( Tim Olimpiade Fisika Indonesia ) Dr.Kamsul Abraha mengungkapkan, kegiatan ini merupakan kelanjutan dari workshop yang diadakan di Yogyakarta. Tanggungjawab dari kegiatan ini adalah mempersipakan perangkat apa yang perlu dijadikan bahan acuan bersama.

Menurut Dr. Kamsul Abraha yang juga menjadi ketua TOT Bandung, kegiatan TOT lebih bersifat umum. “Kebetulan pada acara ini yang diundang dari kalangan perguruan tinggi, jadi sekaligus bisa menjadi jembatan program-program di direktorat dengan teman-teman di perguruan tinggi. Nampaknya pada kegiatan ini antusiasme para peserta, baik dari perguruan tinggi maupun dari teman-teman dinas pendidikan provinsi yang diundang, cukup besar. Terbukti selama ini acara berlangsung, secara mayoritas tidak ada yang beringsut dari tempat duduk mereka, mereka sangat serius membicarakan persiapan-persiapan apa kira-kira yang bisa dilakukan di daerah, khususnya dalam rangka mempersiapkan jaringan kerja.” Ujar Kamsul. “Pada TOT Bandung ini diundang beberapa provinsi yang sudah berpengalaman melaksanakan kegiatan OSN, seperti Jawa Tengah, DKI, Bali, dan DIY. Mereka menjadi nara sumber dalam diskusi-diskusi dengan teman-teman dari provinsi lain. Dari hasil diskusi tersebut, beragam hasil yang bisa diperoleh, bahkan kita sudah melahirkan enam dokumen yang dibutuhkan untuk menindaklanjuti pertemuan selanjutnya. Enam dokumen tersebut di antaranya berkaitan dengan masalah anggaran, seperti, bagaimana anggaran pemerintah daerah bisa keluar. Yang lebih menarik lagi, pertemuan ini berhasil merumuskan beberapa rekomendasi untuk ditindaklanjuti pemerintah daerah nanti.” Imbuhnya.

Dr. Kamsul Abraha juga menambahkan pada kegiatan tersebut, para dosen dari berbagai perguruan tinggi yang ikut serta, mendiskusikan pola pelatihan seperti apa yang efektif, formatnya bukan dosen melatih dosen, akan tetapi lebih ke sharing pendapat. Tim pembina pusat saling bekerjasama dengan pembina dari daerah. “Meski tim pembina pusat memberikan contoh-contoh bahan yang akan dibicarakan, tim daerah juga menawarkan buku-buku yang bisa dipakai untuk menjadi bahan acuan. Akhirnya, kami saling memperkaya bahan-bahan untuk pelatihan nantinya. Memang, ada beberapa peserta yang belum berpengalaman, terutama saat bagaimana mempersiapkan tim Indonesia ke tingkat internasional.” Katanya.

Pada kegiatan tersebut, Kamsul berharap setelah tim pembina provinsi itu terbentuk, bisa dibentuk pula tim pembina di tingkat kabupaten kota, dengan begitu jaringannya semakin luas dan guru pun sudah bisa ditangani secara langsung.

Sedangkan Riwandi Sihombing PhD Dr. dari Departemen Kimia F-MIPA Universitas Indonesia mengungkapkan kegiatan TOT pada prinsipnya untuk menyamakan visi dari silabus-silabus yang ada. Jadi silabus olimpiade internasional kemudian diturunkan menjadi olimpiade sains nasional di situ ada beberapa subyek pokok yang harus diberikan ke siswa, guru, dst.

Di situ ada beberapa klasifikasi kelas silabus, ada kelas satu, dua dan tiga. Kelas satu dan dua terutama untuk level A internasional. Sedangkan untuk menuju ke olimpiade sains internasional atau nasional, minimal level satu dan dua dari silabus ini harus dikuasai oleh siswa. “Nah, ini yang kita samakan, apakah itu satu, atau dua, pendalamannya sejauhmana dan seterusnya. Diharapkan para trainer yang ada di sini nantinya bisa menurunkan atau menyampaikan konsep ini kepada para pembina yang akan ditunjuk atau diajak serta membina di daerah, apakah itu di tingkat provinsi atau kabupaten.” Ujarnya.

Penyamaan silabus bukan berpatokan penuh pada kurikulum nasional, tapi untuk tingkat kabupaten, digunakan Kurikulum Nasional (Kurnas) yang plus minusnya berkisar permasalahan di sekitar Kurnas, sebab yang mau dituju adalah olimpiade internasional. Jadi dasar-dasarnya ilmunya harus ditanamkan sejak dari awal.

Pada kesempatan yang sama, Syamsudin dosen Fisika dari Universitas Mataram (Unram) berharap dengan mengikuti TOT ada nilai tambah yang diperolehnya. Melalui bidang studi fisika yang digelutinya, ia berharap bisa mengkoordinir rekan-rekannya di Unram untuk menjadi pembina di provinsi. “Saya perlu mengajak teman-teman yang lain, sebab setiap bidang ilmu ada sub-subnya lagi.” Ujarnya.

Melalui TOT, menurut Bambang Suprihatin dosen matematika Universitas Sriwijaya, Palembang, kualitas pendidikan di Indonesia semakin meningkat. Dengan dilibatkannya universitas untuk mengawasi Ujian Nasional, hal itu menandakan pemerintah sangat serius memikirkan seperti apa metode pelatihan yang akan diberikan pada para guru, khususnya guru-guru di daerah-daerah terpencil.


Sedangkan Sherly J.Sekewael S.Si, M.Si, dosen kimia dari FMIPA Universitas Pattimura, Ambon, berpendapat, kalau untuk pengembangan jaringan kerja, selaku pembina OSN bidang studi kimia, kualitas silabusnya meningkat. “Sejak SMP, anak-anak sudah diajarkan mata pelajaran kimia. Jadi saat masuk SMA, mereka sudah biasa. Apalagi dari hasil UN nilai pelajaran sains untuk para siswa SMA di Ambon sudah bagus. Anak-anak banyak yang unggul di bidang itu.” Ujarnya.

Menurut Drs. Sukamto, M.Kom dosen matematika dari universitas Riau, TOT yang berlangsung saat ini jika dihubungkan dengan OSN, dapat tercipta koordinasi yang erat antara Pemda dengan perguruan tinggi. “Sebelum dilaksanakan olimpiade sains, kami berharap diambil tenaga-tenaga dari universitas setempat. Sebab, SDM ang bisa dipakai dari universitas Riau banyak. Yang jelas, sekarang yang perlu ditingkatkan adalah kualitasnya,” tegas Sukamto.

Penyelenggaraan TOT di Bandung ini, bagi Budi Pratikno, M.Sc, dosen matematika dari Unsoed Purwokerto, adalah sesuatu yang positif untuk sains. “Sebab, setelah itu kita akan sharing dengan teman-teman sesama dosen di kampus. Khususnya membahas mengenai OSN. Hasil dari TOT kami ampu membina di daerah masing-masing.” Jelasnya.

Sedangkan I Wayan Sukarjita dan Pius D.Ola dari Universitas Nusa Cendana berharap, dengan kehadiran mereka di TOT Bandung kali ini, mungkin bisa lebih berperan aktif di dalam pembinaan olimpiade sains di tingkat provinsi NTT. Menurut ke duanya, siswa-siswi SMA punya potensi untuk sains. Dengan mengikuti pelatihan seperti ini, mereka berharap bisa diaplikasikan ke siswa-siswi NTT agar mereka dapat terjun di OSN dengan membawa nama NTT.

“Saat ini, teknologi pembelajaran sudah bukan hal yang baru lagi di NTT. Saya melihat guru-guru di sana sudah mengarahkan pembelajaran ke multimedia. Mereka membuat bahan ajar dengan animasi power point. Kebetulan saya juga sempat mendapingi guru-gurub di SMAN 3 Kupang. “ terang I Wayan Sukarjita.

Beberapa dosen berpendapat senada dengan dosen-dosen yang telah disebutkan namanya di atas. TOT menumbuhkan iklim yang positif mulai dari tingkat kabupaten kota hingga provinsi. Melalui TOT akan membuat siswa belajar semakin baik. Bagaimana pun juga, tidak mungkin Indonesia mengirimkan tim olimpade yang diikuti siswa-siswa SMA untuk bidang-bidang ilmu tertentu, begitu saja tanpa ada suatu penjaringan dari bawah. Sebab dari daerah pun banyak yang memiliki potensi. Dengan adanya kegiatan seperti ini, hubungan tiap dinas di provinsi, terutama dengan perguruan tinggi ada jejaring yang erat. Sehingga setiap perguruan tinggi yang ada di suatu provinsi dapat dilibatkan untuk membina para siswa. (Fanny)

Sumber: Potensi


Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

TOFI Siapkan Kekuatan Tim Jelang APhO 2009


Belakang: Kiri ke kanan: Paul Zakharia Fajar Hanakata (SMAN 1 Denpasar), Winson (SMAK 1 BPK Penabur Jakarta), Andry Pradana (SMAK 1 BPK Penabur Jakarta), Muhammad Shohibul Maromi
(SMAN 1 Pamekasan), Fernaldo Rechtia Winnerdy (SMAK BPK Penabur Gading Serpong), Dzuhri Radityo Utomo (SMAN 1 Yogyakarta). Depan: Sandoko Kosen
(SMA Sutomo 1 Medan), Brigitta Septriani
(SMA Santu Petrus Pontianak).




Delapan peserta APhO hasil seleksi pembinaan 30 besar pada November 2008 lalu, terlihat kompak mengikuti pembinaan khusus menjelang kompetisi APhO 2009 yang akan berlangsung di Bangkok, Thailand. Pembinaan diadakan di Pusat Pelatihan TOFI, Gading Serpong Tangerang, mulai Februari – April 2009.

Setiap harinya tim APhO rutin mengikuti jadwal pelatihan yang telah disusun oleh pembina TOFI (Tim Olimpiade Fisika Indonesia). Mulai Senin hingga Jum’at, siswa mengikuti pembekalan dan pemahaman teori-teori yang padat. Sabtu, peserta melakukan praktikum yang didampingi alumni TOFI sebagai tim mentor.

Drs. Widia Nursiyanto M.Si sebagai pembina tim mengatakan, pembinaan kali ini telah memasuki tahap latihan dan pembahasan soal-soal olimpiade di tingkat asia maupun internasional. Soal yang diujikan pada siswa merupakan kumpulan soal-soal yang sudah dikeluarkan pada APhO dan IPhO tahun-tahun sebelumnya. “Materi yang harus dikuasai oleh siswa cukup padat. Hampir sama dengan delapan semester materi perkuliahan. Bagaimana tidak kewalahan, materi yang seharusnya dikerjakan delapan semester dipadatkan menjadi delapan bulan.” Imbuh Widia.

Target Tiga Emas
Selain bidang studi fisika, siswa juga mengikuti pelatihan bidang lainnya seperti kimia, biologi, dan sebagainya. Tim pembina mendatangkan guru-guru dari bidang studi lain, agar sekembalinya ke sekolah nanti mereka tidak kesulitan untuk mengejar ketertinggalan usai mengikuti APhO. “Meski mayoritas terdiri dari wajah-wajah baru, namun potensi yang dimiliki para peserta APhO sudah cukup bagus dan meyakinkan. Beberapa di antaranya sudah pernah mengikuti IJSO. Ditargetkan Indonesia bisa membawa pulang tiga emas,” tambah Edi Gunanto.

Menurut Drs. Widia Nursiyanto kembali, untuk ke depan sangat dibutuhkan bantuan tim pembina dari daerah. Tujuannya agar lebih mematangkan lagi tahapan pembinaan di tingkat kabupaten atau provinsi, sehingga ketika di tingkat nasional nanti sudah tinggal ‘dipoles’ saja. Dengan adanya kerjasama seperti ini, upaya kita untuk memuluskan langkah emas bisa terwujud.

Koordinator Praktikum Drs. Sastra Kusuma Wijaya menjelaskan, penguasaan siswa dalam materi praktikum perlahan mulai bagus dan hampir maksimal. Ada dua tipe soal yang diujikan dalam simulasi tes praktikum. Terdiri dari tipe soal yang dikerjakan dalam waktu lima jam dan 2,5 jam. Soal-soal yang diberi dalam waktu lima jam, biasanya lebih kompleks. Siswa pernah tidak selesai dan nyaris selesai. Di sini ketepatan waktu belum bisa dimanfaatkan dengan baik oleh siswa. Hal ini dirasa wajar karena kendala alat-alat praktikum yang dipakai sudah mulai rusak yang disebabkan oleh penggunaan alat dengan kondisi sudah cukup lama. Akibatnya mereka harus memperbaiki dan mensetingnya terlebih dahulu sebelum digunakan untuk eksperimen. Membuat prinsip kerja mereka jadi lebih lambat. Biasanya antara penguasaan teori dan praktikum ada korelasi yang bagus. Kalau teorinya bagus praktikumnya pun otomatis akan bagus juga.

Untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosan, tim APhO direncanakan akan mengikuti kegiatan outbond di puncak Bogor, 4 – 6 Maret. Kegiatan ini dimaksudkan agar siswa dapat lebih rileks dan merupakan salah satu cara untuk membangun mental siswa. Secara psikologis kegiatan ini sangat membantu dalam menjalankan latihan-latihan selanjutnya.

Waktu pembinaan yang cukup lama hingga berbulan-bulan ingin dimanfaatkan sebaik mungkin oleh seluruh peserta. “Kalau bisa saya harus dapatkan lebih dari apa yang seharusnya saya dapatkan. Apalagi sekolah sudah kasih dispensasi. Kalaupun tidak lolos, paling tidak banyak ilmu-ilmu baru yang saya dapatkan di sini untuk saya terapkan di sekolah nanti.” Ujar Muhammad Shohibul Maromi asal Pamekasan.

“Prinsipnya belajar ilmu apa pun modalnya harus senang dulu dengan ilmu itu, selanjutnya akan lebih mudah bagi kita untuk memahaminya. Dalam pembinaan ini kita memang dituntut untuk memahami konsep lebih mendalam, karena soal-soalnya yang memang tergolong sulit seperti materi tentang relativias. Kalau diukur kemampuan sih, saya maunya dapat emas,” sahut Dzuhri Radityo Utomo

Melihat keseriusan perserta yang ikut dalam pembinaan AphO, Prof. Yohannes Surya tak urung ikut memberikan komentar. Menurutnya, perkembangan ilmu fisika sekarang ini berjalan dengan baik. Beberapa alumni melatih dan memberikan bimbingan pada mereka dengan penuh dedikasi. “Seluruh training dipegang oleh alumni. Saya sekarang lebih banyak ke pelatihan guru-guru di seluruh Indonesia. Kemarin saya baru pulang dari Wamena, Jambi, dan Klungkung, Bali. Memang, masih banyak guru-guru yang perlu dilatih, mereka perlu sering-sering di-upgrade. Jadi musti lebih banyak orang-orang yang melakukan training untuk mereka.” Jelasnya. Rinda

TOFI Siap Berlaga di Bangkok, Thailand
Akhirnya, proses pembinaan Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) akan mencapai garis akhir. Departemen Pendidikan Nasional melalui Sub Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, segera memberangkatkan tim TOFI untuk mengikuti Asian Physics Olympiad (APho) ke-10, Jumat 24 April 2009 di Bangkok, Thailand.

Delegasi Indonesia akan berhadapan dengan negara-negara Australia, Brunei Darussalam, Kamboja, China, China Taipei (Taiwan), Hongkong, India, Israel, Yordania, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Laos, Macau, Malaysia, Mongolia, Philipina, Singapura, Sri Lanka, Tajikistan, Turkmemenistan, Vietnam, dan Thailand. Pendamping yang akan menemani peserta, Hendra Kwee, Ph.D (TOFI), dan Kamsul Abraha, Ph.D dari Universitas Gajah Mada (UGM).

Pada pelepasan tim yang berlangsung di Gedung E Lt.5 Depdiknas Senayan, Prof. Dr. Suyanto sebagai Direktur Jenderal Mandikdasmen, berpesan agar tim menjawab soal-soal yang diberikan dengan serius, tidak boleh ftrustasi, menganalisi soal dengan teliti, dan tidak lupa berd’oa. “Kalian membawa nama Indonesia, nama bangsa.” Ujar dirjen, ia merasa bangga dengan prestasi yang telah dicapai para peserta. Pemerintah akan memperhatikan mereka yang telah berprestasi dengan di ajang lomba internasional dengan memberikan beasiswa gratis hingga S3 apabila mereka berhasil menyumbangkan medali emas.

Pembekalan tim TOFI berlangsung di ruang rapat kesiswaan pada hari Kamis (23/4). Delapan calon fisikawan muda ini, diberikan masukan-masukan yang berkaitan dengan sikap dan perlaku oleh Prof. Dr. Noor Rochman Hadjam guru besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Selaku psikolog, ia memberikan nasehat kepada para peserta agar memelihara semangat bertanding, jangan menyerah, disiplin, dan jaga kesehatan. Menurutnya, lomba ini bertaraf internasional, para peserta merupakan duta bangsa yang mengikuti event yang sangat prestisius. Dengan begitu, peserta harus menujukkan pada dunia bahwa mereka adalah generasi muda Indonesia yang hebat, generasi yang pintar.

“Jangan gorgi. Rasa cemas wajar, namun sebagai tim kalian harus solid, harus saling mensupport, saling mendukung. Kalian harus bersatu.” Ujar profesor seraya memberikan tips pada peserta dengan menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannnya secara perlahan-lahan untuk mengurangi ketegangan. Intinya, memperoleh medali apapun harus disipkai dengan bijaksana. Perolehan medali bisa berbeda-beda, namun bisa memberikan yang terbaik bagi keluarga, bangsa dan negara merupakan hal yang utama. Selamat belomba. (Fanny)

Sumber: Potensi



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Kamis, Mei 21, 2009

Pelajar Indonesia Raih Emas dan Perak Dalam Project Olympiad


Kamis (23/04), empat pelajar Indonesia tiba di tanah air usai berlaga dalam ISWEEEP (International Sustainable World Energy, Engineering, and Environment Project Olympiad) di Houston, Texas, AS, pada 15-20 April silam. Keempat pelajar tersebut berhasil meraih satu medali emas dan satu perak. Mereka adalah Dede Chyntia dan Evelyn Wibowo dari SMA Santa Laurensia, Reza Dwi Aji dan Luthfi Rais dari SMA Pribadi Depok. Kedatangan mereka di terminal 2D bandara internasional Soekarno – Hatta, Cengkareng disambut Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Atas Dr. Sungkowo M beserta staf direktorat, media massa, keluarga, dan teman-teman sekolah mereka.
















I SWEEP 2009
diikuti oleh 60 negara, termasuk 40 diantaranya adalah negara-negara bagian di Amerika Serikat. Total penelitian yang diikuti peserta berjumlah 420 project. Delegasi Indonesia mengirimkan dua tim pada ajang ini. Mereka terpilih mewakili Indonesia setelah sebelumnya mengikuti kompetisi ISPO (Indonesian Science Project Olympiad) yang dilaksanakan pada 11 – 13 Maret lalu di Balai Kartini, Jakarta.

Dalam penelitiannya di bidang lingkungan, Dede Cintya dan Evelyn Lee memaparkan tentang penggunaan debu terbang hasil pembakaran batu bara untuk mengurangi keasaman pada air hujan/acid rain, polusi udara, dan kandungan logam berat pada limbah. Penelitiannya ini diberi judul “Reducing Acid Rain, Gas Pollutant, and Heavy Metal by Using Charcoal’s Combustion Waste”. Melalui penelitian tersebut, Dede dan Evelyn dianugerahi medali emas. Sementara Luthfi dan Reza memperoleh medali perak dari judul penelitiannya “New Device for Getting Maximum Benefit From Solar Energy”. Luthfi dan Reza mengambil penelitian bidang energi yang menjabarkan tentang bagaimana memaksimalkan energi matahari untuk digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Persiapan yang dilakukan mereka untuk penelitian ini berlangsung selama 6 bulan. Alasan memilih penelitian tersebut karena bersifat multifungsi. “Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menjemur pakaian, membantu nelayan menangkap ikan di laut, dan membantu perkembangan industri-industri kecil. Mudah-mudahan untuk ke depan, penelitian ini bisa dikembangkan lagi lebih maksimal.” Kata Reza.

“Oya, waktu tiba di bandara Houston, alat-alat kita sempat rusak. Ada satu komponen yang patah dan kabel-kabel penghubungnya putus. Kejadian ini sempat menyulitkan kita saat presentasi, karena alat yang digunakan kurang dapat bergerak dengan maksimal. Jadi, peluang kita mendapatkan emas, tipis.” Tutur Luthfi.

Dr. Sungkowo menyampaikan selamat kepada para juara usai mengalungkan medali. Menurutnya, kita patut bersyukur atas kemenangan ini dan memberikan penghargaan kepada mereka. Meskipun ajang ini tidak sepopuler olimpiade sains lainnya, tapi sudah cukup membuktikan bahwa prestasi anak-anak Indonesia semakin diperhitungkan di tingkat dunia. ”Ini adalah prestasi kedua kita di awal tahun 2009. Saya berharap akan ada prestasi-prestasi selanjutnya dalam bidang project olympiad dan di bidang olimpiade sains hingga penghujung 2009 nanti. Sehingga perolehan target medali di tingkat SMA untuk tahun ini bisa lebih banyak lagi dibandingkan tahun kemarin,” ujar Direktur Pembinaan SMA.

Selain penghargaan berupa medali, keempat pemenang juga memperoleh hadiah berupa uang tunai sebesar 1000 US dollar untuk peraih medali emas dan 750 US dollar bagi peraih perak. Khusus bagi Reza dan Luthfi juga mendapatkan beasiswa pendidikan senilai US$ 32.000 dari Fatih University. (Rinda)



Sumber: Potensi

Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

World Schools Debating Championship; Peringkat Indonesia Naik


World School Debating Championship 2009


World Schools Debating Championship ke-XXI yang berlangsung di Athena, Yunani, pada 9-19 Februari 2009 lalu, diikuti oleh empat peserta. Mereka adalah Adlini Ilma Ghaisany Sjah (SMAN 1 Mataram), Aria Danaparamita (SMAN 1 Depok), A.A. Sg. Dwinta Kuntaladara (SMAN 4 Denpasar), dan Christian Leonardo Harlianto (SMAK 1 BPK Penabur Bandung). Tim Indonesia berhasil mencatat tiga kemenangan mutlak dengan perolehan poin juri sebanyak 12 juri dalam babak penyisihan, hanya saja Indonesia tidak sampai melaju ke babak berikutnya. Namun, kemenangan ini berhasil menaikkan peringkat Indonesia ke posisi 25 dari 39 negara, setelah pada tahun sebelumnya peringkat Indonesia sempat menurun.

Lawan-lawan tangguh yang berhasil dikalahkan Indonesia pada babak penyisihan adalah Belanda, Republik Ceko, dan Turki. Selain tiga kemenangan itu, Indonesia juga berhasil merebut poin juri dari Filipina, Bermuda, dan Qatar. Prestasi Indonesia tahun ini setara dengan Israel yang juga memperoleh tiga kemenangan dan 12 poin juri. Prestasi Indonesia juga lebih baik dari negara-negara seperti Amerika Serikat, Republik Ceko, Thailand, serta Jepang. Beberapa motion (tema debat) yang dibahas antara lain tentang harta budaya yang harus dikembalikan pada wilayahnya, penggunaan energi nuklir sebagai energi alternatif, sampai tema-tema debat yang sifatnya klasik seperti pelarangan merokok di tempat umum dan masalah tidak diperbolehkannya hukuman fisik bagi anak-anak.

WSDC 2009 diikuti oleh 39 negara, 12 di antaranya masuk dalam kategori ESL (English as a Second Language), dan 10 di antaranya masuk dalam kategori EFL (English as a Foreign Language). Indonesia pada tahun ini masuk dalam kategori EFL bersama dengan Korea, Slovenia, Belanda, Argentina, Lithuania, Republik Ceko, Romania, Jerman, dan Jepang. Dalam kategori EFL, Indonesia berhasil menduduki peringkat ke-5 dari 10 negara, yaitu di atas Lithuania, Republik Ceko, Romania, Jerman, dan Jepang.

Dalam laporannya usai kepulangan dari Athena, Manajer Tim Indonesia Rivandra Royono mengatakan, prestasi individu anggota tim Indonesia juga cukup membanggakan, karena salah satu pembicara Indonesia, yaitu Adlini Ilma Ghaisany Sjah, berhasil memperoleh prestasi sebagai pembicara terbaik urutan 19 dari kategori pembicara EFL. “Secara keseluruhan, prestasi kita tahun ini mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun lalu. Terutama dari perolehan peringkat di antara negara-negara kategori EFL, yaitu negara yang tidak memiliki bahasa Inggris sebagai bahasa utama.” Simpul Rivan.

Untuk jangka panjang ke depan Rivan mengharapkan agar eksistensi debat di Indonesia semakin baik dan merata di seluruh daerah, khususnya untuk kalangan remaja. Sudah waktunya anak-anak Indonesia diperkenalkan dan dilatih debat sejak dini. Mayoritas negara-negara yang menang debat dalam WSDC sudah melakukan pembinaan debat sejak kelas 4 SD, seperti Pakistan, New Zealand, dan Singapura. “Ada makna yang lebih penting selain menang dari keikusertaan Indonesia dalam ajang debat, yakni melatih siswa untuk dapat berpikir kritis dan berbicara logis di hadapan publik internasional. Semakin seringnya Indonesia mengikuti WSDC, maka semakin banyak yang menilai bahwa makin pentingnya debat untuk dipelajari di sekolah. Kini di sekolah-sekolah khususnya SMA, sudah mulai banyak terbentuk club-club debat sebagai bagian dari ekstrakurikuler.” Ujar Rivan.

Di samping itu Rivan menambahkan, keberadaan Indonesia dalam forum WSDC sudah mulai diperhitungkan dalam hal isu-isu penting. Terlebih lagi usai terpilihnya salah satu juri Indonesia Sheria Ayuandini sebagai anggota eksekutif tim juri WSDC. Selain itu dapat juga dilihat dari keberpihakan juri terhadap Indonesia dalam hal judges score (nilai juri). Minimal satu juri selalu berpihak pada Indonesia dalam setiap ronde yang diikuti. Hal-hal tersebut menjadi dampak yang positif untuk perkembangan debat Indonesia ke depan. “Bahkan ketika Indonesia menang melawan Amerika Serikat, salah seorang juri asal Singapura mengatakan tim Indonesia secara performance debat dapat disejajarkan dengan Amerika, bahkan Indonesia terlihat lebih matang. Tim juri menilai, kasus-kasus yang dipersiapkan Indonesia cukup kuat, hanya bahasa saja yang harus semakin diperjelas improvisasinya,” cerita Rivan mengakhiri wawancara. (rinda)

Sumber: Potensi


Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Kualitas Merata

Seleksi Asian Student Exchange dan Sunburst Youth Camp 2009


Seleksi Asian Student Exchange dan Sunburst Youth Camp (ASE dan SYC) yang berlangsung 2-5 Naret 2009 di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) dibuka oleh Dr. Sungkowo M. Menurut Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Atas, semua peserta memiliki kualitas yang merata. Siapa yang akan terpilih, nantinya akan menjadi kebanggaan bagi sekolah, keluarga dan negara. Melalui ajang ini, para siswa akan memperoleh pengalaman berharga sekaligus menambah teman dari berbagai negara.

Di sela-sela acara ramah tamah usai pembukaan ASE dan SYC Dr. Sungkowo M, menuturkan, kebudayaan Indonesia sangat spesifik. Indonesia mempunya budaya ramah tamah, berkepribadian baik, berperilaku baik, punya nilai religius, juga memiliki kesenian yang beragam. Seni inilah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke. Banyak yang bida diexplore dari seni. Melalui seni tercermin siswa-siswa yang cerdas, sehat dan berkepribadian baik.

"Ternyata anak-anak yang dipanggil untuk mengikuti seleksi ini memiliki kepribadian yang bagus, mereka ada yang bisa membaca Al-Qur'an dengan lancar. Di samping itu do'anya juga bagus. Kadang-kadang kita terkecoh dengan kasus-kasus yang memberitakan tentang mereka. Berita-berita miring itu di blow up di media massa, yang ditampilkan hanya buruknya saja. Di sini kita bisa melihat, bahwa kita memiliki anak-anak yang baik." Ujarnya.

Pada seleksi ASE dan SYC ini, metode seleksi tidak mencari siapa yang lulus atau tidak lulus, namun tim juri hanya membuat rangking yang terbaik. Dilihat dari kemampuan akademik, para peserta memiliki kemampuan akademik yang merata, hanya mereka belum terasah saja. Pada lomba ini juga diujikan potensi akademik, psikologi, dan Bahasa Inggris. Sedangkan di potensi akademik, akan diujikan soal-soal yang mengandung kemampuan seni dan sosial. Diharapkan, siswa yang akan berangkat nanti, dapat menjadi duta yang the best, juga bisa membawa nama baik bangsa Indonesia di negara-negara Asia.

Menurut Prof. Dr. M. Noor Rochman Hadjam, ketua tim penguji dari Universitas Gadjah Mada, metode seleksi tetap sama, namun materinya yang berbeda. Kriteria pemilihan siswa, masih sama dengan tahun lalu. Sedangkan koordinator pelaksana juri, Wahyu Widiarso, MA, menjelaskan, teknis penjurian dibagi menjadi 3 komponen. Pertama, penalaran mereka. Disitu dinilai kemampuan mereka dalam memahami masalah. Di samping itu, wawasan mereka juga dinilai. Kedua, penilaian terhadap emosi peserta. Penilaian ini mencakup cara siswa dalam mengelola emosi, penyesuaian diri, adaptasi, dan motivasi belajar. Ketiga, penilaian terhadap keterampilan. Pada penilaian ini akan dititikberatkan pada bobot yang berbeda antara penalaran, emosi dan psiko motorik. Kemampuan berbahasa Inggris hanya sekedar untuk mengecek saja, sebab kemampuan peserta pada penguasaan bahasa internasional yang satu ini sudah sangat baik.

Penambahan komponen sudah dilakukan dari tahun lalu, di antaranya interpersonal, komunikasi, dan bagaimana cara si siswa bergaul. "Kemampuan dari semua peserta merata, mereka cepat belajar dan beradaptasi. Saat psikotest dan menunjukkan kemampuan dalam berkesenian, kemampuan mereka berada di atas rata-rata. Ujian untuk mengetahui potensi akademis yang mereka miliki hanya sekedar untuk mengetahui dasar-dasarnya saja. Ujian-ujian yang diberikan juga bersifat simulasi, tujuannya untuk menguji ketahanan mereka. Dari situ bisa diketahui mana siswa yang mudah bosan, mudah putus asa, kurang motivasi dan gampang menyerah. Namun demikian, ada juga siswa yang tetap bersemangat dan berusaha memecahkan masalah dengan baik," demikian Wahyu.

Seleksi ASE dan SYC ini secara resmi ditutup oleh Kasubdit Kegiatan Kesiswaan, Drs. Mukhlis Catio, M.Ed, "semua memiliki kualitas yang sama, siapapun yang terpilih memang yang terbaik dan yang tidak terpilih janganlah berkecil hati, masih ada kegiatan lain yang dapat diikuti," demikian Mukhlis Catio dalam pidato penutupannya.


Kesan dan Pesan dari beberapa peserta

Yusuf Amin Yafie
Kelas XI SMAN 2 Kota Bengkulu

"Acara ini sangat berkesan dan menarik sekali. Saya bisa bertemu, berkenalan dengan teman-teman baru. Mereka sudah seperti keluarga bagi saya," ujar cowok yang lancar berbahasa Inggris ini. Selain itu, Yusuf juga aktif di eskul debat bahasa Inggris di sekolahnya. Melalui debat bahasa Inggris, ia kerap menjadi juara. Presiden English Club di sekolahnya, saat ini menjabat sebagai Ketua OSIS. Lolos atau tidak, itu bukan masalah. Ia merasa senang bisa mengetahui beragam karakteristik dari teman-temannya. "Melalui kegiatan ini, saya berharap bisa memetik pengalaman yang berharga yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari," kata siswa yang aktif di kegiatan Risma (Remaja Islam Masjid) di lingkungannya.


M. Nazir Akbar
Kelas X SMAN 78 Jakarta Barat

Bagi Nazir Akbar, ikut dalam seleksi ini sungguh seru. Ia merasa senang memperoleh teman seluruh Indonesia. Selain itu, ia juga bisa menambah wawasan dengan mengetahui adat istiadat dari berbagai daerah di Indonesia. Secara keseluruhan, Nazir mengaku menjalani semua ujian dengan cukup lancer. Pada sesi unjuk kesenian ia menyanyikan lagu ‘bungong jeumpa’ dari Aceh sambil bermain gitar. Siswa yang aktif di olahraga bola basket dan pandai bermain gitar ini tidak merasa kecewa bila tidak terpilih. Ia menerima dengan lapang dada hasil dari seleksi ini.


Ni Luh Christina Prapmika Jayanti
Kelas XI SMAN 1 Denpasar

Titin, panggilan akrabnya, merasa senang bisa mengikuti seleksi ini. Menurutnya, seleksi yang ia ikuti, sangat berguna, melalui ajang ini ia banyak memperoleh pengalaman. Ia juga merasa bangga menjadi calon duta Indonesia yang akan mengharumkan nama bangsa Indonesia di dunia internasional. Awalnya, psikotest dan Toefl yang diujikan dirasakan cukup sulit. Namun, ia pantang menyerah dan harus tetap optimis. “Asal berdo’a dan berusaha dengan sungguh-sungguh, semua apsti ada jalan. Kalau lolos saya berharap bisa mengharumkan nama bangsa dan dapat memperbaiki nama Indonesia di mata dunia. Selain itu juga bisa bersaing di kancah internasional,” ujar siswa yang juga berprofesi sebagai penyiar radio Casanova, Bali ini. Di samping itu, gadis yang enerjik ini, pada 2006-2008 menjadi duta anak Indonesia di bidang pendidikan. Sekarang ia menjabat sebagai Sekretaris Forum Anak Daerah. Titin juga memiliki segudang prestasi di bidang social, seni budaya dan keagamaan. Dalam sesi unjuk kesenian, Titin yang sejak umur 4 tahun sudah belajar tari Bali, membawakan tari oleg tamulilingan dengan gemulai. Bila tidak terpilih tentu saja ia merasa sedih, menurutnya perasaan sedih itu manusiawi. Tapi meski demikian ia akan tetap optimis.


Arreush Ainny Gozali
Kelas XI SMAN 1 Bandung

Acara seleksi ini merupakan kesempatan untuk menunjukkan dan mengukur kemampuan bakat yang dimilikinya. Di ajang ini ia bisa bertukar budaya. Siswi yang aktif di eskul sekolahnya dan bercita-cita menjadi sekretaris ini, juga tergabung dalam paduan suara dan vocal group sekolah. Ia mengaku tidak mengalami kendala saat menjalani tes psikologi. Satu hal yang membuatnya tertantang adalah saat mengikuti ujian Toefl. Selebihnya ia merasa nyaman-nyaman saja saat membawakan tari merak. “Kalau lulus saya sangat bersyukur dan ini menjadi misi saya untuk menunjukkan pada dunia internasional bahwa budaya Indonesia itu banyak, beragam dan menarik. Saya senang bisa memperkenalkan kebudayaan Indonesia pada Negara lain. Seandainya tidak terpilih pun tak masalah, karena ikut seleksi ini saja saya sudah senang,” katanya gembira. (sidik/fanny).













Sumber: Potensi

Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Pembinaan Ilmu Komputer dan Kebumian di Yogyakarta

















POTENSI: Pembinaan Khusus Tahap I bidang studi ilmu komputer dan ilmu kebumian diadakan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, pada 18 Februari – 10 Maret 2009. Pembinaan ilmu komputer bertempat di Program Studi Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) UGM. Sedangkan pembinaan ilmu kebumian bertempat di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Geologi UGM. Senin (23/02), Kepala Seksi Bakat dan Prestasi Siswa, Suharlan SH, MM, meninjau kegiatan pembinaan yang sedang berlangsung di Universitas Gadjah Mada. Dalam kunjungannya, Suharlan memberikan sambutan kepada peserta sehubungan dengan proses pembinaan dan informasi beasiswa.

Kegiatan olimpiade sains ditanggapi pemerintah dengan respon yang positif. Bentuk kepedulian pemerintah terhadap anak bangsa yang telah mengharumkan nama Indonesia dalam olimpiade tingkat internasional adalah melalui program beasiswa yang diberikan kepada para peraih medali baik di tingkat nasional maupun internasional. Beberapa universitas favorit di Indonesia seperti UI, ITB, UGM dan universitas lainnya sudah melakukan kesepakatan bersama pemerintah untuk menerima siswa-siswi berprestasi bidang sains agar dapat melanjutkan studi tanpa tes sesuai dengan bidang studi yang diikuti. Bentuk perhatian dari pemerintah ini tak hanya di bidang sains saja, tetapi juga olahraga dan seni. Demikian disampaikan oleh Kepala Seksi Bakat dan Prestasi Siswa Suharlan SH, MM, dalam sambutan pembukaannya. “Kami harapkan kalau sudah mendapat emas, dapat melanjutkan studi di dalam negeri saja. Dikarenakan Indonesia masih sangat membutuhkan tenaga-tenaga professional seperti adik-adik. Keberadaan kalian turut memacu perkembangan teknologi di Indonesia.” Ungkap Suharlan.

“Semoga selama mengikuti masa karantina ini, semangat kalian dapat lebih terpacu lagi. Untuk menghilangkan rasa bosan dan jenuh diperlukan juga kegiatan yang sifatnya menghibur seperti rekreasi. Kalau sudah memasuki tahap pembinaan yang lebih khusus lagi perlu juga didatangkan seorang psikolog untuk melatih mental adik-adik agar percaya diri dan tidak gampang menyerah. Dengan begitu motivasi akan muncul. Rasa jenuh dan kurang percaya diri pun hilang dengan sendirinya, sehingga tidak stres dan tegang dalam menghadapi soal. Jangan lupa juga untuk selalu menjaga stamina dan kondisi tubuh. Teruskan perjuangan adik-adik untuk masuk pada tahap selanjutnya, dan mewakili Indonesia sampai tingkat internasional.” Pesan Suharlan.


TOKI Diharapkan Kembali Raih Emas
Dosen pembina ilmu komputer dari UGM Nur Rokhman M.Kom menjelaskan, pembinaan tahap ini lebih memfokuskan pada latihan-latihan soal berbasis logika. Kalau mereka sudah punya talenta yang baik, maka akan terpupuk dengan sendirinya. Sejak awal proses seleksi, diharapkan siswa-siswa yang terpilih sudah memiliki kemampuan bawaan atau talenta yang cukup baik di bidang programing. Dalam pembinaan ini tim pembina juga dibantu oleh asisten-asisten yang terdiri dari alumni TOKI. Dari 16 siswa, akan dipilih delapan siswa yang melaju ke tahap berikutnya.

Khusus bidang studi komputer yang telah mempersembahkan emas tahun lalu, Suharlan berpesan, agar dapat mempertahankan prestasi dengan kembali membawa pulang emas. Emas tahun lalu adalah untuk kedua kalinya bagi TOKI (Tim Olimpiade Komputer Indonesia). Tradisi emas ini, tambah Suharlan, sebisa mungkin dapat diciptakan. Karena harus menjadi target, setiap tahunnya masing-masing bidang studi bisa membawa pulang minimal satu emas.


Dilihat dari potensi siswa, Nur Rokhman menambahkan, target medali emas dapat kembali diraih. Menurutnya, emas itu tidak hanya diperoleh karena siswa sudah dilatih secara terus menerus. Tetapi dilihat dari talenta informatika yang memang sudah dimiliki sejak dini. Kalau siswa tersebut sudah memiliki bakat dasar di bidang informatika, baru pada tahap pembinaan seperti ini, talenta itu tinggal diasah saja untuk diarahkan mendapatkan emas.



Kesempatan Tidak Datang Dua Kali


Angelina Veni Johanna siswi asal SMAK 1 BPK Penabur Jakarta kembali mendapat kesempatan mengikuti pelatnas IOI (International Olympiad in Informatics) 2009. “Kesempatan tidak datang untuk kedua kalinya, untuk itu saya harus memanfaatkan peluang ini semaksimal mungkin. Dengan bekal pengalaman tahun lalu, saya jadi belajar lebih banyak untuk meminimalisir kegagalan. Semoga tahun ini saya bisa lolos sampai ke tingkat internasional, dan saya yakin kali ini target itu bisa tercapai.” Ujar Veni, salah satu peserta putri.

Lain halnya dengan Ellensi Rey Chandra, siswi kelas I SMAK 5 BPK Penabur Jakarta. Walaupun baru pertama kali mengikuti olimpiade, Ellen, begitu Ia disapa tidak ragu-ragu untuk memasang target lolos ke tahap internasional dan bawa pulang emas. “Saya ingin sekali bisa lolos dan mengungguli senior-senior saya. Tapi memang butuh usaha yang keras. Apalagi mereka sudah lebih pengalaman dibanding saya,” kata Ellen.

Mencetak Mental Juara
Setelah mendapatkan pemahaman tentang geologi dasar di tahap pertama, pada pembinaan khusus tahap I bidang studi kebumian akan dilanjutkan dengan tambahan materi mengenai meteorologi dan klimatologi. Metode pembinaan dilakukan dengan kuliah, latihan-latihan soal dan observasi di lapangan.

Perlu diketahui, dalam ilmu kebumian kegiatan di lapangan atau praktik amatlah penting. Artinya, ilmu kebumian itu dipelajari dengan melihat barang atau kondisi alam tertentu secara langsung. Misalnya praktek di laboratorium, melihat jenis batuan, jenis mineral, melihat fosil, dan sebagainya. Kegiatan di lapangan antara lain akan dilakukan di area kegunung apian. “Kita akan berkunjung ke pos pengamatan merapi dan balai pengembangan teknologi gunung api di Yogyakarta. Selain itu ada juga materi lapangan mengenai meterologi dan klimatologi. Kegiatan observasi rencananya juga akan diadakan di stasiun BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) Yogyakarta.” Jelas Hendra

Hendra menambahkan, untuk menguji sejauhmana perkembangan potensi siswa selama tenggang waktu antara pelatnas I dan II, tim pembina mengadakan tes mendadak di awal pelatnas khusus ini. Hasilnya ternyata di luar dari target yang diperkirakan. Dapat disimpulkan sebagian dari mereka sudah memiliki penguasaan materi yang cukup bagus. Dari sini kita tahu bahwa mereka tidak hanya sekedar menghafal, tetapi juga paham.

Selain teori dan praktik, siswa masih perlu dibina lagi untuk memiliki mental juara. Sebab di samping faktor kepandaian dan penguasaan materi yang baik, mental juara harus sudah ditanamkan sejak awal. “Untuk pelatihan mental kami sudah menyiapkan kegiatan seperti motivation tranning. Diharapkan melalui kegiatan ini siswa dapat lebih termotivasi,” harap Hendra.

Diharapkan siswa yang terpilih nanti dapat memenuhi harapan dan target tim Indonesia untuk memperoleh medali. Meski tergolong baru dalam kancah olimpiade internasional, prestasi tahun lalu dengan perolehan empat perunggu, dapat menjadi pemicu dalam meningkatkan prestasi tahun ini.

Persaingan Makin Ketat


Fraga Luzmi Fahmi (SMAN Model Terpadu Madani Palu), siswa asal kota Palu, Sulawesi Tengah ini mengaku bersyukur bisa lolos hingga ke tahap kedua. Fraga merasa banyak belajar dari pengalaman di tahap pertama. “Semakin lama, persaingan semakin ketat. Saya harus bisa bertahan sampai ke tahap internasional. Rasanya kalau hanya sampai di tahap ini saja belum puas, materi-materinya juga belum terlalu sulit. Saya tertarik dengan materi-materi di tahap tiga, karena materinya langka dan sulit untuk dipelajari.” Imbuh Fraga yang menargetkan perak jika Ia lolos nanti. (Rinda)


Sumber: Potensi Vol. X No.2, Maret-April 2009

Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

SMAN 1 Kepahiang Juara Umum O2SN Kabupaten Kepahiang

Sabtu, 2 Mei 2009 17:17:11 - oleh : admin

Pada tahun ini Olimpiade Olah Raga Siswa Nasional (O2SN) Tingkat SMA/MA Kabupaten Kepahiang digelar dari tanggal 30 April 2009 s.d 1 Mei 2009, bertempat di SMA Negeri 1 Kabawetan di Kawasan Kebun Teh yang sejuk. Pembukaan Pelaksanaan O2SN Tahun 2009 dilakukan oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga, Sigit Tulus Wikono, S.Pd didampingi oleh Kabid Dikmen Dinas Dikpora, bapak Drs. Syahril Ali. Hadir dalam kesempatan ini para Kepala Sekolah SMA dan MA.

Setelah berlangsung secara alot, akhirnya dari semua cabang olah raga, diperoleh hasil SMA Negeri 1 Kepahiang merebut Juara Umum dengan merebut : 7 Medali Emas, 3 Medli perak dan 5 perunggu, sedangkan juara Umum ke II direbut oleh sekolah penyelenggara SMA negeri 1 kabawetan dengan 3 emas, 6 perak dan 5 perunggu. Juara Umum ke III diduduki oleh MAN 02 Kephiang dengan merebut 3 emas, 3 perak dan 3 perunggu.

Hasil kejuaraan selengkapnya dalah sebagai berikut :

A. Cabang Olah raga Pencak Silat (Seni Putri )

Juara I : Fitriani ( SMAN 1 Kabawetan )
Juara II : Lince ( MAN 02 Kepahiang )

Untuk Seni Putra.
Juara I : Dezi Saputra ( SMAN 1 Kabawetan )
Juara II : Khairul Prayoga ( SMAN 1 Kabawetan )
Juara III : M. Hendra ( MAN 02 Kepahiang )

Untuk Kelas B Putri .
Juara I : Dia Sagita ( MAN 02 Kepahiang )
Juara II : Eti ( SMAN 1 Ujan Mas )
Juara III : Endang Triastuti ( SMAN 1 Kabawetan )

Untuk Kelas B Putra :
Juara I : M. Ilham ( SMAN 1 Kepahiang )
Juara II : Yayat Ade Putra ( MAN 02 Kepahiang )

Untuk Kelas F Putri :
Juara I : Widia Astuti ( SMAN 1 Bermani Ilir )
Juara II : Haryani ( SMAN 1 Kabawetan )

Untuk Kelas F Putra
Juara I : Rahmat Sujana ( MAN 02 Kepahiang )
Juara II : Arjoni ( SMAN 1 Ujan Mas )
Juara III : Dona Kumara ( SMAN 1 Kabawetan )

B. Cabang Olah Raga Karate :

Kelas Kata Perorangan Putri :
Juara I : Weni Lestari ( MAN 02 Kepahiang )
Juara II : Sundari PS ( SMAN 1 Bermani Ilir )
Juara III : Petri Agustina ( SMAN 1 Kabawetan )

Kelas Kata Perorangan Putra :
Juara I : Wawan Apriyogi ( SMAN 1 Bermani Ilir )
Juara II : Sumitro ( SMAN 1 Kabawetan )

3. Cabang Olah Raga Tennis Meja.

Tunggal Putri :
Juara I : Septi Helita ( SMAN 1 Kepahiang )
Juara II : Yeki Aryanti ( SMAN 1 Ujan Mas )
Juara III : Ria ( MAN 02 Kepahiang )

Tunggal Putra :
Juara I : Yogi ( SMAN 1 Kabawetan )
Juara II : Jimmi ( SMAN 1 Kepahiang )
Juara III : Felri ( SMAN 1 Kepahiang )

4. Cabang Olah Raga Bulu Tangkis :

Tunggal Putri :
Juara I : Desi ( SMAN 1 Kepahiang )
Juara II : Lidia ( SMAN 1 Tebat Karai )
Juara III : Evi Indah Sari ( MAN 02 Kepahiang )

Tunggal Putra :
Juara I : Rikki ( Paket C )
Juara II : Alek ( SMAN 1 Ujan Mas )
Juara III : Dwi Setianto ( SMAN 1 Kepahiang )

5. Atletik :

Lari 100 Meter Putri :
Juara I : Tintin ( SMAN 1 Kepahiang )
Juara II : Santi ( SMAN 1 Kabawetan )
Juara III : Nyimas Fracella ( SMAN 1 Kepahiang )

Lari 100 meter putra :
Juara I : Ade Mustafa ( SMAN 1 Bermani Ilir )
Juara II : Suhendro ( SMAN 1 Kabawetan )
Juara III : Ryan Sahaya ( SMAN 1 Kepahiang )

Lompat Jauh Putri :
Juara I : Dini Triwulan ( SMAN 1 Kepahiang )
Juara II : Pujianti ( SMAN 1 Kabawetan )
Juara III : Ega ( SMAN 1 Kepahiang )

Lompat Jauh Putra :
Juara I : jamaris ( SMAN 1 Tebat Karai )
Juara II : Depi Antoni ( SMAN 1 Kepahiang )
Juara III : Sandi ( SMAN 1 Ujan Mas )

Lompat Tinggi Putri :
Juara I : Nyimas Fracella ( SMAN 1 Kepahiang )
Juara II : Herdiana ( MAN 02 Kepahiang )
Juara III : Martini ( SMAN 1 Kabawetan )

Lompat Tinggi Putra
Juara I : Depi Antoni ( SMAN 1 Kepahiang )
Juara II : Ade Rangga ( SMAN 1 Kepahiang
Juara III : Andre ( SMAN 1 Kabawetan )

Sumber : Ketua Panitia O2SN ( M.A Agus Salim, S.Pd )


Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Blogger template 'Purple Mania' by Ourblogtemplates.com 2008

Jump to TOP