3 Capres; antara kawin karena cinta, kawin tanpa restu dan kawin paksa...
Edisi : Sabtu, 16 Mei 2009 , Hal.1
Mumbai (Espos) Hajatan pemilihan presiden (Pilpres) yang akan dilaksanakan pada 8 Juli mendatang hampir dipastikan akan diramaikan oleh tiga pasang Capres-Cawapres. Bukan soal mudah untuk mewujudkan tiga pasangan ini.
Aksi akrobat politik tingkat tinggi pun terjadi. Proses menuju terwujudnya tiga pasangan ini pun mendapat perhatian publik dalam pekan-pekan terakhir.
Direktur Lembaga Survei Indonesia (LSN) Umar Bakry bahkan menyebut, ketiga pasangan itu memiliki ”prosesi pernikahan” yang berbeda-beda. Menurutnya, dari ketiga pasangan itu, hanya Jusuf Kalla (JK)-Wiranto yang bersatu karena cinta.
”JK-Wiranto satu-satunya perkawinan yang dilandasi cinta suci, di mana keduanya sama-sama cinta,” kata Umar Bakry mengibaratkan, dalam diskusi di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (15/5).
Menurut Umar, persatuan Partai Golkar dan Partai Hanura itu berjalan cukup mulus. Sepertinya, tidak ada gontok-gontokan memperebutkan siapa Capres dan siapa Cawapresnya.
Lain halnya dengan pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo. Pasangan ini bak pengantin yang kawin paksa. Besanan PDIP dengan Gerindra itu tak mulus lantaran keduanya sengit tarik-menarik menjadi Capres. Kenapa akhirnya bersatu? Menurut Umar, keduanya seperti tak punya pilihan lain. Jika ingin berpartisipasi dalam Pilpres 2009, mau tak mau keduanya harus bersatu. ”Mega-Prabowo dikawin paksa. Mau tidak mau mereka harus dikawinkan kalau mau maju di Capres,” lanjut Umar mengandaikan.
Sedangkan SBY-Boediono, Menurut Umar, duet ini diibaratkan kawin tanpa restu. Perkawinan mereka memang relatif mulus dan tanpa diketahui banyak pihak. Meski begitu, perkawinan mereka bukan tanpa penentangan. Ini terkait penolakan yang sebelumnya disampaikan PKS, PAN dan PPP. ”SBY-Boediono itu kawin tanpa persetujuan,” imbuh Umar sambil tertawa.
Tiga pasangan Capres-Cawapres ini dipastikan akan menambah seru pertarungan di Pilpres. Dari enam tokoh tersebut, lima orang merupakan muka lama. Sebagian besar berusia di atas 60 tahun, dan hanya Prabowo Subianto yang paling muda.
Muka lama
SBY, JK, Wiranto, Megawati, dan Prabowo merupakan muka-muka lama. Mereka pernah mencalonkan diri sebagai Capres atau Cawapres pada Pilpres 2004. Pasangan SBY-JK diusung Partai Demokrat, dan memenangkan Pilpres 2004. Wiranto menjadi Capres dari Partai Golkar. Megawati menjadi Capres dari PDIP. Sedangkan Prabowo menjadi kandidat Capres dari Golkar, namun kalah pada saat konvensi Partai Golkar.
Jadi, hanya Boediono yang merupakan muka baru sebagai kandidat Capres-Cawapres 2009, meski dia sebenarnya juga muka lama di pemerintahan. Boediono menjadi menteri sejak zaman Gus Dur, Megawati, hingga SBY. Dan saat ini Boediono menjadi Gubernur BI.
Pengamat ekonomi, Faisal Basri menilai, pasangan SBY-Boediono adalah pasangan tepat untuk mengantisipasi semakin memburuknya kondisi ekonomi akibat krisis keuangan global. ”Indonesia saat ini sebenarnya belum masuk pada fase krisis, karena masih mengalami pertumbuhan ekonomi. SBY mencoba mengantisipasi hal ini (masuk dalam kondisi krisis) dengan menunjuk orang yang berpengalaman,” katanya di Bandung, kemarin.
Model perolehan suara nasional
Modal SBY-Boediono
Partai Demokrat 20,85%
PKS 7,88%
PAN 6,01%
PPP 5,32%
PKB 4,94%
................................................................Total: 45%
Modal JK-Wiranto
Partai Golkar 14,45%
Partai Hanura 3,77%
................................Total: 18,22%
Modal Mega-Prabowo
PDIP 14,3%
Gerindra 4,46%
...............................................................Total: 18,76% -
Oleh : dtc/JIBI
0 komentar:
Posting Komentar