World Schools Debating Championship; Peringkat Indonesia Naik
World School Debating Championship 2009
World Schools Debating Championship ke-XXI yang berlangsung di Athena, Yunani, pada 9-19 Februari 2009 lalu, diikuti oleh empat peserta. Mereka adalah Adlini Ilma Ghaisany Sjah (SMAN 1 Mataram), Aria Danaparamita (SMAN 1 Depok), A.A. Sg. Dwinta Kuntaladara (SMAN 4 Denpasar), dan Christian Leonardo Harlianto (SMAK 1 BPK Penabur Bandung). Tim Indonesia berhasil mencatat tiga kemenangan mutlak dengan perolehan poin juri sebanyak 12 juri dalam babak penyisihan, hanya saja Indonesia tidak sampai melaju ke babak berikutnya. Namun, kemenangan ini berhasil menaikkan peringkat Indonesia ke posisi 25 dari 39 negara, setelah pada tahun sebelumnya peringkat Indonesia sempat menurun.
Lawan-lawan tangguh yang berhasil dikalahkan Indonesia pada babak penyisihan adalah Belanda, Republik Ceko, dan Turki. Selain tiga kemenangan itu, Indonesia juga berhasil merebut poin juri dari Filipina, Bermuda, dan Qatar. Prestasi Indonesia tahun ini setara dengan Israel yang juga memperoleh tiga kemenangan dan 12 poin juri. Prestasi Indonesia juga lebih baik dari negara-negara seperti Amerika Serikat, Republik Ceko, Thailand, serta Jepang. Beberapa motion (tema debat) yang dibahas antara lain tentang harta budaya yang harus dikembalikan pada wilayahnya, penggunaan energi nuklir sebagai energi alternatif, sampai tema-tema debat yang sifatnya klasik seperti pelarangan merokok di tempat umum dan masalah tidak diperbolehkannya hukuman fisik bagi anak-anak.
WSDC 2009 diikuti oleh 39 negara, 12 di antaranya masuk dalam kategori ESL (English as a Second Language), dan 10 di antaranya masuk dalam kategori EFL (English as a Foreign Language). Indonesia pada tahun ini masuk dalam kategori EFL bersama dengan Korea, Slovenia, Belanda, Argentina, Lithuania, Republik Ceko, Romania, Jerman, dan Jepang. Dalam kategori EFL, Indonesia berhasil menduduki peringkat ke-5 dari 10 negara, yaitu di atas Lithuania, Republik Ceko, Romania, Jerman, dan Jepang.
Dalam laporannya usai kepulangan dari Athena, Manajer Tim Indonesia Rivandra Royono mengatakan, prestasi individu anggota tim Indonesia juga cukup membanggakan, karena salah satu pembicara Indonesia, yaitu Adlini Ilma Ghaisany Sjah, berhasil memperoleh prestasi sebagai pembicara terbaik urutan 19 dari kategori pembicara EFL. “Secara keseluruhan, prestasi kita tahun ini mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun lalu. Terutama dari perolehan peringkat di antara negara-negara kategori EFL, yaitu negara yang tidak memiliki bahasa Inggris sebagai bahasa utama.” Simpul Rivan.
Untuk jangka panjang ke depan Rivan mengharapkan agar eksistensi debat di Indonesia semakin baik dan merata di seluruh daerah, khususnya untuk kalangan remaja. Sudah waktunya anak-anak Indonesia diperkenalkan dan dilatih debat sejak dini. Mayoritas negara-negara yang menang debat dalam WSDC sudah melakukan pembinaan debat sejak kelas 4 SD, seperti Pakistan, New Zealand, dan Singapura. “Ada makna yang lebih penting selain menang dari keikusertaan Indonesia dalam ajang debat, yakni melatih siswa untuk dapat berpikir kritis dan berbicara logis di hadapan publik internasional. Semakin seringnya Indonesia mengikuti WSDC, maka semakin banyak yang menilai bahwa makin pentingnya debat untuk dipelajari di sekolah. Kini di sekolah-sekolah khususnya SMA, sudah mulai banyak terbentuk club-club debat sebagai bagian dari ekstrakurikuler.” Ujar Rivan.
Di samping itu Rivan menambahkan, keberadaan Indonesia dalam forum WSDC sudah mulai diperhitungkan dalam hal isu-isu penting. Terlebih lagi usai terpilihnya salah satu juri Indonesia Sheria Ayuandini sebagai anggota eksekutif tim juri WSDC. Selain itu dapat juga dilihat dari keberpihakan juri terhadap Indonesia dalam hal judges score (nilai juri). Minimal satu juri selalu berpihak pada Indonesia dalam setiap ronde yang diikuti. Hal-hal tersebut menjadi dampak yang positif untuk perkembangan debat Indonesia ke depan. “Bahkan ketika Indonesia menang melawan Amerika Serikat, salah seorang juri asal Singapura mengatakan tim Indonesia secara performance debat dapat disejajarkan dengan Amerika, bahkan Indonesia terlihat lebih matang. Tim juri menilai, kasus-kasus yang dipersiapkan Indonesia cukup kuat, hanya bahasa saja yang harus semakin diperjelas improvisasinya,” cerita Rivan mengakhiri wawancara. (rinda)
Sumber: Potensi
0 komentar:
Posting Komentar