Kami Mengucapkan Terimakasih kepada Semua Pihak yang telah membantu Menyukseskan Perhelatan Akbar
Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2009

di Jakarta 3 s.d. 9 Agustus 2009

Sampai Ketemu di OSN Tahun 2010 di Medan, Sumatera Utara

Headline News

NATIONAL NEWS

Translate Here

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini

Jumat, April 24, 2009

Putusan Golkar Usung JK Dinilai Impossible

Pilpres 2009

Kamis, 23 April 2009 21:40 WIB
Penulis : Akhmad Mustain

JAKARTA--MI: Keputusan Partai Golkar untuk mengusung ketua umumnya, Jusuf Kalla sebagai calon presiden dinilai sebagai sesuatu yang impossible.

Hal itu diungkapkan Mantan Ketua Umum Golkar Akbar Tandjung ketika melakukan pertemuan dengan Dewan Pimipinan Daerah tingkat II (DPD II) Partai Golkar di Hotel Aryaduta Jakarta, Kamis (23/4). "Harus dilakukan kerja politik yang intensif dan sangat impossible," katanya.

Dikatakannya, saat ini Golkar telah ketinggalan untuk mulai menggalang koalisi. Karena semua parpol telah membangun bloknya masing-masing, Demokrat sudah menggalang kekuatan bersama PKS, PAN, PKB dan beberapa parpol kecil yang tidak lolos PT.

Sedangkan kubu Teuku Umar telah menjalin koalisi bersama Hanura dan Gerindra. Kemungkinannya berharap pada PPP. "Selama ini juga PPP melakukan komunikasi dengan pihak Teuku Umar," tegasnya.

Selain itu, tingkat elektabilitas kandidat yang diusung harus menjadi pertimbangan utama. Dikatakannya, JK masih berada jauh di bawah SBY, Megawati dan bahkan masih kalah dengan Sultan Hamengku Buwono X. Untuk itu, pasti kemungkinan besar Golkar akan berada di oposisi jika terus memaksakan JK untuk maju. Jika berada di lingkaran oposisi dimana Golkar tidak biasa berada dalam kondisi semacam itu akan membawa Golkar ke jurang kehancuran.

Sementara itu, Ketua DPD II Golkar Kota Pontianak Gusti Hersan Aslirosa menyatakan prihatin atas keputusan rapimnasus yang cenderung terburu-buru. Untuk itu dirinya berjanji akan memboikot hasil keputusan itu. "Aspirasi di bawah tidak diakomodasi oleh DPP, buat apa kita ikuti," tegasnya.

Hal senada juga disampaikan beberapa ketua DPD II Golkar lainnya seperti Ketua DPD II Golkar Kota Malang Aries Pujangkoro, Ketua DPD II Golkar Kota Solo Kusraharjo, Ketua DPD II Golkar Purwakarta Dedi Mulyadi, Ketua DPD II Golkar Purworejo Ari Edy Prasetyo, serta Ketua DPD II Golkar Kota Jakarta Barat Martin Oktavianus Makakita, dan Ketua DPD II Golkar kabupaten Indragiri Hilir Indra M Adnan.

Bahkan Indra menyatakan akan memboikot mesin partainya dibawah agar tidak mendukung pencapresan JK. "Yang paling dekat dengan masyarakat adalah mesin di tingkat II, kalau pada tingakatan ini tidak bergerak mau bilang apa," ungkap kakak Sekjen PKB Lukman Edi ini. (*/OL-06)





Bookmark and Share

Klik selengkapnya...

Demokrat Tutup Pintu Cawapres Golkar

Kamis, 23 April 2009 19:43 WIB
Penulis : Thalatie Yani

JAKARTA--MI: Partai Demokrat menegaskan tidak akan mengambil calon wakil presiden (cawapres) dari partai Golongan Karya (Golkar). Hal ini dinyatakan Demokrat setelah Golkar memutuskan mengusung Ketua Umum partai berlambang pohon beringin tersebut Jusuf Kalla (JK) sebagai calon presiden.

"Akan terjadi komplikasi politik kalau beliau pilih kader Golkar tidak dari mekanisme partai," ujar anggota tim 9 Demokrat, Hayono Isman kepada wartawan di Jakarta, Kamis (23/4).

Hayono bersama dengan Andi Mallarangeng mendampingi Ketua Dewan Penasehat PD Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bertemu dengan empat orang sesepuh Golkar di wisma negara, Jakarta. Ketika pertemuan itu berlangsung, bertepatan dengan pengumuman rapat pimpinan nasional khusus (rapimnasus) Golkar.

Untuk kader Golkar, lanjut Hayono menirukan pernyataan SBY harus berasal dari mekanisme partai. "Kalau (SBY) mengambil dari kader PG tanpa mekanisme partai ada kemungkinan timbul komplikasi politik yang tidak perlu, itu yang beliau katakan pada pinisepuh," ungkap Hayono.

Para sesepuh Golkar itu bertemu dengan SBY guna menyatakan kegelisahannya apabila tidak terjadi koalisi antara Golkar dan Demokrat, karena ini antara lain menyangkut masalah-masalah kebangsaan.

Ketika melihat pemberitaan tentang rapimnasus, SBY mengatakan menghormati keputusan dan hak politik partai Golkar dengan memutuskan JK sebagai capres. Lebih lanjut bila dirinya kembali terpilih beliau akan tetap membuka diri untuk bekerjasama dengan partai Golkar. "Walaupun nanti kita harus bersaing di pilpres 2009, tapi itu tidak serta merta menghilangkan hubungan persaudaraan antara partai Golkar dan Demokrat," ungkapnya.

Pernyataan tidak mengambil cawapres dari Golkar itu sempat lama sebelum dijawab oleh SBY. "Cukup lama Pak SBY diam dan tidak langsung jawab pertanyaan itu. Beliau katakan sekali, sekali lagi Partai Golkar adalah saudara kita, pertanyaan pinisepuh akan saya (SBY) pertimbangkan karena pinisepuh harus paham akan ada komplikasi politik kalau saya memilih cawapres dari keluarga besar PG," papar Hayono. (Rin/OL-06)


Klik selengkapnya...

Gus Dur Kerahkan Dukungan untuk Megawati

Kamis, 23 April 2009 22:45 WIB
Penulis : Mahfud

JAKARTA--MI: Mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur mengaku akan mendukung Megawati Soekarnoputri dalam persaingan pilpres 8 Juli mendatang dengan mendorong warga NU untuk memilih Mega.

Pernyataan Gus Dur tersebut disampaikan kepada wartawan seusai mengunjungi Mega di kediamannya di Teuku Umar, Kamis (23/4) malam.

“Sejak dulu, saya mendukung Mbak Mega,” kata Gus Dur. Gus Dur menjanjikan akan terlibat dalam kampanye Mega di sejumlah daerah. “Saya ikut langsung dalam kampanye Mbak Mega,” tambah Gus Dur yang hanya menjawab sepatah-sepatah pertanyaan wartawan.

Gus Dur yakin langkahnya mendukung Megawati juga akan diikuti warga NU untuk lebih mendukung Megawati dibandingkan capres lainnya.

Namun Gus Dur mengaku pembicaraannya dengan Mega lebih banyak menceritakan kondisi kesehatan masing-masing. Gus Dur, misalnya, memberitahukan dia telah menjalani operasi di Bangkok dan perawatan di RSCM. (Fud/OL-04)

Klik selengkapnya...

Sikap Sri Sultan Dukung JK sebagai Capres Golkar Patut Ditiru

Kamis, 23 April 2009 22:53 WIB
Penulis : Akhmad Mustain

JAKARTA--MI: Pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono X yang menyatakan bahwa dirinya menghormati dan tunduk atas hasil Rapimnasus untuk mengusung Jusuf Kalla sebagai Capres Golkar sebagai hal yang patut ditiru.

Tentunya hal itu menunjukkan sikap Sultan yang tetap menjunjung etika politik, meskipun selama ini dirinya menyatakan untuk bertarung sebagai capres. Ini tidak menjadikan dirinya kehilangan kontrol dan tetap menghormati keputusan yang dihasilkan oleh Rapimnasus.

"Ini perlu bagi segenap kader Golkar mencontoh sikap Sultan demi menjaga keutuhan partai," ungkap Sosiolog Unair Daniel Sparingga kepada Media Indonesia saat dihubungi di Jakarta, Kamis (23/4). Dikatakannya, bahwa kesadaran berpolitik telah dijunjung tinggi oleh Sultan.

Daniel juga mengatakan, bahwa keutuhan memang menjadi satu-satunya yang utama untuk diperjuangkan oleh Golkar. "Hal semacam itu yang harus dialami oleh Golkar saat ini. Kalau tidak, maka tidak akan ada lagi yang tersisa bagi Golkar," ujarnya.

Daniel menyatakan, keputusan Rapimnasus yang menghasilkan kesepakatan untuk mengusung JK sebagai capres memang terlihat terburu-buru. "Tetapi, itulah yang menjadi keputusan lembaga. Semua kader harus lapang dada menerima. Soalnya, keputusan tersebut diambil melalui prosedur yang semestinya," imbuh Daniel.

Sementara itu, Ketua DPD I Golkar Provinsi Gorontalo Fadel Muhammad berujar bahwa kasihan kepada JK apabila dipaksakan untuk maju sebagai capres. "Sebagai orang berpendidikan kita tahu bahwa survei menunjukkan angka elektabilitas JK tidak signifikan," ujarnya.(*/OL-04)


Klik selengkapnya...

Menjadikan Golkar Partai Petarung

Kamis, 23 April 2009 00:00 WIB

JAGAT politik Tanah Air kini disesaki berbagai manuver partai untuk berkoalisi. Manuver paling mengejutkan pekan ini muncul dari kawasan Slipi, Jakarta, tempat Partai Golkar berkantor pusat.

Rapat Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar, kemarin, membuat keputusan yang berani dan sangat mengejutkan. Yaitu Golkar menghentikan pembicaraan untuk membangun koalisi dengan Partai Demokrat.

Koalisi memang menjadi senjata kunci karena tidak ada satu partai pun yang meraih suara mayoritas pada pemilu legislatif lalu. Bahkan, tidak ada partai yang meraih 25% suara sehingga sendirian dapat mengusung calon presiden.

Itu sebabnya Partai Demokrat yang meraih sekitar 20% suara giat menggalang koalisi dengan partai papan tengah seperti Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional, dan Partai Kebangkitan Bangsa.

Partai Demokrat sebelumnya juga membuka kemungkinan berkoalisi dengan Golkar. Sebaliknya, sebagian faksi di tubuh partai berlambang pohon beringin itu juga menunjukkan keinginan untuk merapat kepada yang menang dan berkuasa. Akan tetapi, keadaan cepat berubah setelah SBY mengumumkan kriteria calon wapres yang diinginkannya, yang implisit mengandung penolakan terhadap JK.

Dan lahirlah keputusan Golkar untuk tidak berkoalisi dengan Partai Demokrat. Keputusan yang mengagetkan publik karena Golkar tiba-tiba berani bersikap terhadap yang berkuasa, berani meninggalkan incumbent.

Padahal, berada di luar kekuasaan belum pernah benar-benar dialami Golkar. Golkar selalu berkubang kekuasaan. Itu berlangsung dalam kurun waktu yang sangat panjang. Celakanya, kekuasaan itu umumnya diperoleh dengan mudah, dengan gampang, karena di masa Orde Baru yang otoriter itu orang tidak berani tidak memilih Golkar.

Oleh karena itu, keputusan DPP Partai Golkar kemarin untuk bercerai dengan Partai Demokrat dan SBY yang sedang berkuasa merupakan keputusan politik yang layak dicatat dalam sejarah politik kontemporer negeri ini. Partai yang besar karena digendong dan dininabobokan kekuasaan itu sekarang menjadi partai yang tahu diri, yang berupaya bangkit dengan melakukan koreksi diri yang hebat.

Pertama, muncul kesadaran bahwa mengemis menjadi cawapres SBY adalah jalan menuju bunuh diri. Merapat dengan yang berkuasa merupakan jalan meracuni diri sendiri karena hilangnya kehormatan dan harga diri. Memilih pragmatisme akan membuat konstituen semakin tidak percaya dan itu membawa kehancuran Golkar pada 2014.

Kedua, menjadi petarung merupakan pilihan yang dapat memulihkan dinamika internal Golkar, sekaligus menggerakkan semangat kompetisi di level bangsa dan negara. Kalah dalam pemilu legislatif tidak berarti kiamat, otomatis akan kalah dalam pemilu presiden. Sebaliknya, menang dalam pemilu legislatif bukan pula jaminan menang pemilu presiden. Untuk itu, diperlukan etos dan elan vital petarung.

Momentum menjadi petarung harus diambil sekarang dengan cara berani mengusung calon presiden yang akan berhadapan dengan incumbent.

Petarung sejati tidak takut kalah. Petarung sejati tahu benar bahwa menjadi oposisi adalah juga posisi yang terhormat. Itu sebabnya, sang petarung pun harus mampu membangun kultur oposisi yang berkuku dan bergigi di parlemen. Bukan oposisi simbolis, bukan pula oposisi yang setengah hati. Inilah oposisi yang bahkan memiliki kabinet bayangan yang setanding sehingga kabinet yang riil harus bekerja dengan penuh energi dan dedikasi karena bisa dibikin malu oleh kabinet bayangan.

Dengan kultur seperti itu, baik yang berkuasa maupun yang beroposisi memiliki derajat dan martabat yang setara. Sama-sama punya andil untuk membangun kehidupan rakyat dan negeri ini yang lebih baik.


Klik selengkapnya...

Bertarung Menuju RI-1

Jumat, 24 April 2009 00:00 WIB

RESMILAH sudah perceraian Jusuf Kalla dengan Susilo Bambang Yudhoyono. Pasangan presiden dan wakil presiden itu bukan hanya bercerai, keduanya bahkan akan bersaing pada pemilu presiden nanti.

Kepastian Jusuf Kalla menjadi calon presiden itu diputuskan rapimnasus Golkar kemarin. Rapimnasus juga memberi mandat kepada Jusuf Kalla melakukan komunikasi politik dengan berbagai parpol untuk membangun koalisi.

Sekalipun eksplisit tidak disebutkan sebagai hasil rapimnasus, kiranya kepada Jusuf Kalla juga diberikan mandat untuk menjajaki siapa yang akan mendampinginya menjadi calon wakil presiden. Sebab, mandat membentuk koalisi akan menjadi mandat yang ompong, bila tanpa disertai mandat untuk juga mencari calon wakil presiden.

Berdasarkan mandat itu, Golkar bisa bergerak lebih lincah dan lebih cepat, sebab manuver politik diserahkan kepada sang calon presiden. Hasilnya pun akan lebih cepat diperoleh dibanding mandat membentuk koalisi dan mencari calon wakil presiden diserahkan kepada sebuah tim. Sebab, tiap-tiap anggota tim memiliki isi kepala berbeda-beda, selera berbeda-beda, bahkan kepentingan berbeda-beda, sehingga tim itu akan lebih banyak berdebat daripada menghasilkan keputusan.

Yang jelas, ditetapkannya Kalla sebagai calon presiden merupakan pembuktian bahwa Golkar adalah partai yang konsisten. Pertama, konsisten dengan wacana yang dikembangkan sebelum pemilu legislatif, bahwa sebagai partai yang besar, Golkar harus mencalonkan presiden. Publik pun mencatat kata-kata Jusuf Kalla ketika itu yang mengatakan mampu menghasilkan pemerintahan yang lebih baik dan lebih cepat.

Kedua, dengan dicalonkannya Kalla sebagai presiden, Golkar pun kosisten dengan paham kebangsaan yang diusungnya. Yaitu, siapa pun anak bangsa ini berhak menjadi presiden, tanpa pandang bulu apakah dia Jawa atau bukan Jawa.

Pencalonan Kalla yang bukan Jawa, jelas sebuah lompatan sejarah yang sangat jauh dan bermakna bagi perjalanan demokrasi di negeri ini.

Republik ini pernah memiliki presiden yang bernama BJ Habibie yang bukan Jawa. Tapi Habibie menjadi presiden adalah akibat jatuhnya Pak Harto. Ia menjadi presiden bukan karena dirancang dan dikehendaki menjadi presiden. Dia adalah wakil presiden, ban serep yang naik kelas menjadi ban utama karena ban utama pecah di tengah jalan.

Dan sejarah mencatat Habibie yang bukan Jawa itu sanggup menjadi presiden. Bahkan dialah presiden yang pertama kali menyelenggarakan pemilu yang demokratis di zaman reformasi.

Jawa dan bukan Jawa tidak lagi relevan. Semuanya adalah anak kandung bangsa ini. Semuanya harus menyatu sebagai pemilik NKRI. Idiologi kebangsaan itulah yang konsisten diusung Golkar.

Yang juga penting ialah dengan Golkar mengusung calon presiden maka persaingan merebut kursi presiden tetap seru dan menarik. SBY tidak akan melenggang sendirian dalam arti seakan sudah pasti terpilih lagi menjadi presiden hanya karena popularitasnya paling tinggi dan partainya meraih suara terbanyak. Bukankah KPU pernah melontarkan pikiran perlunya peraturan pemerintah pengganti undang-undang untuk mengantisipasi terjadinya calon tunggal? Sungguh pikiran yang merendahkan martabat banyak partai.

Pertarungan merebut kursi RI-1 itu tidak lama lagi akan berlangsung. Inilah pertarungan yang hingga saat ini masih menyisakan misteri, karena belum seorang pun yang telah dipastikan menjadi calon wakil presiden. Padahal, bukan mustahil kecerdikan memilih calon wapres itulah yang justru menjadi faktor yang menentukan pilihan rakyat.


Sumber: Media Indonesia

Klik selengkapnya...

Aparat Bekuk 36 Anggota Neo-Nazi

05.25 WIB Buenos Aires, Argentina

Jumat, 24 April 2009 00:00 WIB

KEPOLISIAN Argentina, kemarin, mengaku telah membekuk 36 pria plontos yang sedang merayakan 120 tahun kelahiran mendiang pemimpin Nazi, Adolf Hitler. Daniel Perez selaku pejabat kepolisian federal mengatakan penggerebekan dilakukan di markas Kelompok Darah dan Kehormatan di Kota San Martin, Provinsi Buenos Aires. Aparat mendapati 36 pria plontos itu tengah melakoni sebuah ritual upacara.

Bersama mereka, ikut disita sejumlah barang, termasuk bendera swastika, film, dan cakram padat berisi musik rasis yang dipenuhi lirik anti-Yahudi. Kelompok Darah dan Kehormatan yang menyebarkan ideologi Nazi sejatinya berpusat di Inggris. Namun, memiliki banyak cabang di Eropa dan Benua Amerika. Selama belasan tahun terakhir, kelompok neo-Nazi beberapa kali menyerang komunitas Yahudi di Buenos Aires. (Jer/AFP/I-1)

Klik selengkapnya...

Rabu, April 22, 2009

Hidayat Nur Wahid dan Puan Maharani Bersaing

Jumat, 10 April 2009 | 18:55 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Sri Rejeki

SOLO, KOMPAS.com - Calon legislatif Puan Maharani dan Hidayat Nur Wahid bersaing di Solo, Jawa Tengah. Posko Puan Maharani mencatat, Puan yang merupakan caleg DPR nomor urut satu dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sudah menangguk 100.000-120.000 suara.

Data ini diperoleh dari seluruh pengurus anak cabang (PAC) PDI-P di daerah pemilihan (Dapil) V Jateng (Solo, Klaten, Sukoharjo, Boyolali). Namun baru 25 persen data yang terkumpul di PAC.

"Data ini baru sebagian kecil, karena proses penghitungan suara di TPS-TPS lama sekali, sampai jam 01.00 atau jam 03.00 malam," ungkap Staf Posko Puan Maharani, Gunawan, Jumat (10/4).

Muhammad Ikhlas Thamrin dari Tim Media Center Hidayat Nur Wahid mengungkapkan, dari satu dapil di Boyolali Hidayat memperoleh 10.000 suara dan dari Solo 3.000-4.000 suara. "Data yang masuk baru sedikit sekali," katanya.

Di Klaten, Boyolali, dan Sukoharjo, pemilih banyak mencontreng nama Hidayat yang menjadi nomor urut satu caleg DPR dari Partai Keadilan Sejahtera. Sedangkan di Solo, berimbang antara pemilih yang mencontreng nama Hidayat dengan yang mencontreng lambang PKS.

Hasil perhitungan sementara tim PKS untuk rekapitulasi suara di Kota Solo, PDI-P menempati urutan pertama dengan 12.000 suara disusul Partai Demokrat 6.000 suara, PKS 5.000 suara, dan Partai Golkar 1.000 suara.

Sumber: Kompas

Klik selengkapnya...

Sementara, Puan Ungguli Hidayat Nur Wahid


Sabtu, 11 April 2009 | 13:09 WIB
Laporan wartawan KOMPAS.com Caroline Damanik

JAKARTA, KOMPAS.com — Pusat Tabulasi Nasional Pemilu 2009, Sabtu (11/4) pukul 12.16 menunjukkan bahwa caleg PDI-Perjuangan, Puan Maharani, yang juga merupakan putri Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputi, unggul atas Hidayat Nur Wahid, caleg dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di daerah pemilihan Jateng V (Boyolali, Surakarta, Sukaharjo, dan Klaten).

Puan unggul dengan perolehan suara sementara 2.684 suara, sementara Hidayat baru memperoleh suara sebesar 1.445 suara. Di dapil Jateng V, PDI-P memang unggul dengan perolehan 3.714 suara, diikuti dengan Golkar dengan perolehan 2.221 suara, PKS dengan 1.797 suara, dan Demokrat dengan 1.279 suara. Total suara yang masuk dari dapil Jateng V hingga pukul 12.49 berjumlah 12.357 suara.

Sumber: Kompas

Klik selengkapnya...

Guruh Berjaya di Surabaya-Sidoarjo


Selasa, 14 April 2009 | 13:54 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com — Caleg dari PDI Perjuangan yang juga putra Presiden pertama RI, Guruh Soekarnoputra, menduduki urutan pertama perolehan jumlah suara untuk DPR RI Daerah Pemilihan I Surabaya-Sidoarjo.

Data tabulasi penghitungan suara pemilu di KPU Provinsi Jatim Selasa, hingga pukul 12.20 mencatat Guruh meraih 2.303 suara, disusul Gondo Radityo Gambiro (Partai Demokrat) 1.532 suara, Indah Kurnia (PDI-P) 1.384 suara, Lucy Kurniasari (Demokrat) 1.252 suara, Muhaimin Iskandar (PKB) 1.025 suara, dan Priyo Budi Santoso (Golkar) 924 suara.

Sementara itu, urutan berikutnya adalah Sunartoyo (PAN) dengan perolehan 823 suara, La Nyalla Mataliti (Partai Patriot) 558 suara. Sedangkan cendekiawan Muslim Fuad Amsyari dari PBB hanya meraih 72 suara, mantan model Pungky Sukmawati (PBR) meraih 188 suara.

Untuk total perolehan suara partai untuk DPR RI dari Jawa Timur, Partai Demokrat masih unggul di peringkat pertama dengan suara 127.445. Urutan kedua diduduki PDI-P dengan 97.889 suara, PKB 63.658 suara, Golkar 49.175 suara, PAN 30.273 suara, dan PKS 29.273 suara.

ABI

Sumber : Ant/Kompas


Klik selengkapnya...

Caleg Abdul Rahman Sudah Meraih "Dua Kursi"

Selasa, 14 April 2009 | 12:31 WIB

MALANG, KOMPAS.com — Jika calon anggota legislatif lain masih kebingungan karena minimnya perolehan suara, tidak demikian dengan H Abdul Rahman. Perolehan suara sementara PKB di Kabupaten Malang memang jeblok. Namun, ada sedikit yang bisa dibanggakan. Salah satu calegnya, H Abdul Rahman, berhasil memperoleh suara yang luar biasa.

Pada penghitungan sementara, Abdul Rahman yang anggota DPRD Kabupaten Malang ini berhasil meraup sekitar 18.000 suara. Padahal, untuk mendapatkan kursi di DPRD Kabupaten Malang, cukup dengan ‘hanya’ mengantongi 8.000 suara.

Praktis, perolehan suara sementara ini mengalahkan rekannya sesama caleg PKB, termasuk Ketua DPC PKB HM Sanusi. Caleg dari Dapil 5 yang meliputi Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Pagak, Bantur, Gedangan, dan Donomulyo ini juga menjadi jawara perolehan suara dari semua caleg yang bertarung di Kabupaten Malang.

Caleg lain rata-rata baru mengantongi 6.000 suara sampai 9.000 suara, seperti HM Sanusi dan Suhadi, Ketua DPRD Kabupaten Malang. Ditemui di Gedung Dewan, Abdul Rahman mengatakan, perolehan itu baru sementara karena saat ini penghitungan suara di beberapa TPS masih berlangsung.

Khusus di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, pria kelahiran Desa Klepu, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, ini mendapat 15.517 suara, Kecamatan Gedangan (1.630 suara), Kecamatan Bantur (510 suara), dan Kecamatan Pagak (331 suara). Itu baru perolehan sementara karena penghitungan kartu suara di Kecamatan Donomulyo saat ini masih berlangsung.

“Suara saya dari Kecamatan Donomulyo belum masuk karena saat ini penghitungan kartu suara belum rampung,” ungkap Abdul Rahman yang juga Ketua Fraksi PKB ini.

Sementara itu, dari penghitungan sementara, Partai Demokrat bakal menguasai kursi di Gedung DPRD Kabupaten Malang. Tono ST, Ketua DPC Kabupaten Malang, mengatakan, perolehan sementara suara Demokrat di Kabupaten Malang belum terkejar dibandingkan partai lain. Dia memprediksi, Demokrat bakal mendapatkan 14 kursi di DPRD Kabupaten Malang. (st12)

Sumber: Kompas

Klik selengkapnya...

Warga Tuntut "Uang Pilih Caleg"


Senin, 13 April 2009 | 17:06 WIB

SEMARANG, KOMPAS.com - Sekitar 42 orang warga Kelurahan Kaligawe, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, Senin (13/4), mendatangi salah satu tim sukses calon anggota legislatif DPRD Kota Semarang dari Partai Demokrat bernama Suwanti menuntut pemenuhan janjinya akan memberikan sejumlah uang.

Menurut Ketua RW 1 Kelurahan Kaligawe, Haryono, pihaknya mengaku puluhan warga itu datang ke rumahnya untuk menyampaikan aspirasinya menuntut Suwanti sebagai tim sukses Agung Buwono calon anggota legislatif (caleg) Partai Demokrat DPRD kota daerah pemilihan (dapil) III (Kecamatan Gayam Sari, Kecamatan Genuk, dan Pedurungan), yang menjanjikan kepada warga akan memberikan sejumlah uang jika bersedia memilih caleg tersebut.

Namun, puluhan warga tersebut tidak berhasil menemui Suwanti di rumahnya, mengingat tidak berada di tempat.

Ia mengatakan, janji terhadap warga tersebut tidak sekedar melalui lesan, namun sejumlah warga tersebut didata dan diminta tanda tangan. "Janjinya, warga yang benar-benar mau memilih caleg tersebut akan mendapatkan uang Rp 25.000," ujarnya.

Kenyataannya, masih banyak warga yang belum mendapatkan uang yang dijanjikan oleh tim sukses tersebut. "Kalaupun ada, uang yang diterima hanya antara Rp 15.000 hingga Rp 25.000 per orang," ujarnya.

Ia memperkirakan, jumlah warga yang dijanjikan akan mendapatkan imbalan uang dengan memilih caleg tersebut pada saat pemilu legislatif 9 April lalu tidak hanya 42 orang, namun bisa mencapai seratus orang.

Kemarahan warga, tidak hanya terkait nilai uang yang dijanjikan tersebut, melainkan pengingkaran janjinya itu dianggap warga sebagai bentuk pelecehan. "Warga akan tetap menuntut kejelasan terhadap pengingkaran janji tersebut," ujarnya.

Yunani, salah satu warga sekitar yang dijanjikan akan mendapatkan uang oleh Suwanti mengaku, belum mendapatkan uang sama sekali. "Saya berharap, janjinya ditepati mengingat permintaan terhadap warga untuk memilih caleg tersebut dipenuhi," ujarnya.

Sebelumnya beredar kabar, Agung Buwono pernah menemui Suwanti membicarakan soal tuntutan warga. "Namun, saya tidak mengetahui jelas apakah uang untuk warga sudah dipenuhi oleh caleg tersebut atau uangnya sudah tersedia tetapi masih disimpan oleh tim suksesnya itu," ujarnya.

BNJ

Sumber : Antara/Kompas



Klik selengkapnya...

Merasa Diguna-guna, Caleg Bawa Jeruk Purut ke Panwaslu


Senin, 13 April 2009 | 22:17 WIB

LANGSA, KOMPAS.com - Kemenangan telak yang diraih oleh Partai Aceh, Demokrat, dan Golkar di hampir semua level pemilihan di Aceh, tampaknya mulai menimbulkan frustasi di kalangan caleg dari partai lain. Setelah sehari sebelumnya, seorang caleg di Meureudu, Pidie Jaya menarik kembali kain sarung bantuan dari warga, kini giliran caleg di Kota Langsa yang melakukan aksi aneh.

Caleg dimaksud adalah Fitriani Abdullah, dari Partai Nasional Indonesia (PNI) Marhaenis. Entah karena frustasi atau memang punya kemampuan di bidang mistis, pada Senin (13/4), Fitriani menjinjing sejumlah jeruk purut yang terbungkus plastik ke Kantor Panwaslu Langsa. Ia mengaku telah diguna-gunai oleh seseorang yang menjegalnya maju sebagai anggota dewan.

Fitriani menuduh, tindakan mistik oleh lawan politiknya itu dilakukan dengan menempatkan sejumlah buah jeruk purut pada lima TPS Lancang Sira, Desa Alur Dua, Kecamatan Langsa Barat. Lima jeruk purut itu akhirnya dibawa ke kantor Panwaslu Langsa untuk dijadikan bukti.

Kepada Serambi, Fitriani mengatakan, ia telah merasakan aroma mistik sejak sebelum hari pencontrengan. "Sebelum hari pencontrengan, di rumah saya selalu muncul berbagai aroma yang tak sedap," katanya.

Ia juga menduga, hal itu sengaja dilakukan oleh lawan politiknya untuk menjegalnya meluncur ke kursi dewan Kota Langsa. "Ini kami temukan di TPS 5, 6, 7, dan 8 di Lancang Sira," katanya dengan nada geram.

Menanggapi laporan tersebut, Ketua Panwaslu Langsa, Isa Alwi mengatakan, ia tidak tahu harus bagaimana untuk meneruskan laporan pelapor. "Kita tidak tahu bagaimana menindaklanjuti kasus ini. Tidak terlapor, hanya barang bukti dan pengakuan pelapor," jawab Isa seraya tertawa lebar.(Yusmadi Yusuf)


Sumber : Serambi Indonesia/Kompas

Klik selengkapnya...

Mendapat 1.000 Suara, Caleg Demokrat Meninggal


Senin, 13 April 2009 | 14:06 WIB

SOLO, KOMPAS.com — Calon anggota legislatif (caleg) Partai Demokrat asal Dapil III Banjarsari, Solo, dengan nomor 5, bernama Sri Sumini umur 52 tahun, sekitar pukul 05.00, Senin (13/4), meninggal dunia di RS Pantiwaluyo, Solo.

"Hari ini juga jenazah almarhum akan dimakamkan di pemakaman umum Solo," kata Joko Suprapto, suami almarhum kepada wartawan di rumahnya di Solo, Senin.

Menyinggung mengenai perolehan suara istrinya yang mencalegkan dari Partai Demokrat, ia mengatakan hanya mendapat dukungan sekitar 1.000 suara dan kemungkinan besar tidak bisa meraih kursi di DPRD Kota Surakarta.

"Istri saya ini sebelum meninggal sebenarnya sudah sakit dulu dan pada kampanye terakhir tanggal 5 April 2009 itu juga sebenarnya sudah sakit, tetapi beliau nekat hadir dalam kampanye," ucapnya.

Menyinggung dalam massa kampanye, Joko Suprapto juga mengatakan bahwa istrinya tidak pernah mengeluh kalau sakit, dan teman-teman juga tidak mengerti kalau saat itu dia sakit.

Setelah kampanye terakhir, almarhum tidak bisa jalan, dan hampir lima hari tidak makan dan minum. Setelah kesehatannya semakin memburuk, almarhum kemudian dibawa ke rumah sakit sampai akhirnya meninggal dunia.

BNJ


Klik selengkapnya...

Satu Caleg Gila, Satu Lagi Setengah Gila


Selasa, 14 April 2009 | 14:35 WIB

PALANGKARAYA, KOMPAS.com — Balai Kesehatan Jiwa Masyarakat (BKJM) Kalawa Atei Palangkaraya merawat lima pasien gangguan jiwa pascapemilu 9 April, dua di antaranya merupakan calon anggota legislatif (caleg) dan tiga lainnya simpatisan partai politik (parpol).

"Dampak dari kekalahan dalam pemilu tidak hanya menimpa caleg secara pribadi, melainkan juga dapat terjadi pada simpatisan dan orang terdekat misalnya istri, keluarga dan orang lain yang menjadi pendukung fanatik," kata Kepala BKJM Kalawa Atei Palangkaraya, Wineini Marhaeni Rubay, di Palangkaraya, Selasa (14/4).

Menurut dia, salah seorang caleg datang sudah dalam kondisi gila pada 10 April lalu, dan sempat mendapat perawatan darurat, sebelum akhirnya dikirim ke Yayasan Joint Adulam Ministry, Palangkaraya, tempat penampungan orang-orang "gila".

Ia mengatakan, caleg tersebut diketahui memiliki perilaku aneh pascapemilu, di antaranya tidak mau mandi, tidak mau makan, dan sering tertawa terutama jika melihat hasil penghitungan suara partainya.

Namun, Wineini tidak bersedia menyebut nama caleg dan partainya. Dua pasien lain yang juga berperilaku hampir sama, harus menjalani rawat inap di Kalawa Atei.

"Sedangkan dua pasien lagi, baru sebatas konsultasi mengenai gangguan jiwa. Kami memberi perawatan intensif dengan empat tenaga dokter umum, satu dokter ahli kejiwaan, dua psikolog, dan dibantu sejumlah perawat," katanya.

Ia mengatakan, dari pemantauannya ada tujuh orang yang mengalami gangguan jiwa pascapemilu, dua di antaranya belum mendapat perawatan, yakni satu di Kapuas, dan satu lagi di Palangkaraya yang dirawat di rumah sendiri.

BKJM Kalawa Atei Palangkaraya telah menyiapkan kamar khusus, baik untuk pasien stres ringan maupun stres akut, gila atau psikosis.

Pasien gila secara khusus ditempatkan di dua kamar dengan standar keamanan terjamin, mirip kamar sel berjeruji besi.

"Kamar rawat inap di balai ini terbatas, sehingga apabila jumlah pasien meningkat, kami rujuk ke rumah sakit jiwa di Banjarmasin, Kalimantan Selatan," katanya.

BNJ

Sumber: Kompas

Klik selengkapnya...

Kalah Pemilu, Caleg Golkar Cabuti Tiang Listrik


Selasa, 14 April 2009 | 15:32 WIB

PEKANBARU, KOMPAS.com — Seorang caleg dari Partai Golkar di Kecamatan Dumai Timur, Kota Dumai, Riau, membongkar kembali tiang listrik bantuannya untuk masyarakat karena perolehan suaranya di daerah tersebut jauh di bawah harapan.

"Ada lima tiang listrik yang dicabut karena perolehan suara Pak Aswin di daerah kami sangat rendah. Ini sangat mengecewakan kami," kata salah seorang tim sukses caleg Golkar tersebut, Ade, di Dumai, Selasa.

Aswin adalah caleg Partai Golkar dari Daerah Pemilihan I Dumai Timur. Menjelang masa kampanye Pemilu 2009, dia memberikan bantuan kepada masyarakat di RT 20 Jalan Sejahtera, Kelurahan Teluk Binjai, Kecamatan Dumai Timur, dengan membangun lima tiang listrik untuk memudahkan pasokan listrik mengalir ke rumah masyarakat.

Menurut Ade yang juga warga RT 20, pemasangan tiang listrik bantuan itu juga berdasarkan kesepakatan bersama (MOU) yang dibuat secara tertulis antara Aswin dan tokoh masyarakat setempat. Menurut dia, berdasarkan MOU ditargetkan perolehan suara untuk Aswin di RT tersebut sebanyak 200 suara, tetapi pada kenyataannya Aswin hanya memperoleh 17 suara.

"Perolehan suara yang sangat minim ini mengecewakan kami selaku tim suksesnya dan Pak Aswin. Itu sebabnya lima tiang listrik yang seharusnya dapat mengalirkan listrik untuk 100 rumah warga kami cabut kembali," ungkap Ade.

Sementara itu, Aswin saat dikonfirmasi membantah dirinya telah memerintahkan pencabutan tiang listrik bantuannya. Ia berdalih pencabutan tiang listrik karena tokoh masyarakat di daerah itu segan dengan dirinya karena perolehan suaranya jauh dari target. "Bantuan yang telah saya berikan itu telah ikhlas saya kasih, saya tidak stres walaupun perolehan suara saya minim," kata Aswin.

WAH

Sumber : Antara/Kompas

Klik selengkapnya...

Caleg Artis Harus "Cuci Otak" Sebelum ke Senayan


Selasa, 14 April 2009 | 18:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Banyaknya calon anggota legislatif berlatar belakang artis yang dipastikan bakal melengang ke Senayan, membuat miris sejumlah pakar politik meskipun hal itu harus diakui sebagai bentuk pilihan masyarakat atas sistem suara terbanyak dalam pemilu kali ini. Dunia selebriti dengan dunia politik sangat berbeda sehingga harus ada perubahan cara pandang artis yang duduk ke kursi dewan.

Hal itu disampaikan peneliti senior LIPI, Syamsudin Haris, dalam diskusi politik di arena tabulasi penghitungan KPU di Hotel Borobudur. Dia meminta, sebelum dilantik sebagai wakil rakyat, para caleg terpilih yang latar belakangnya artis harus di-training terlebih dahulu oleh partainya. Dengan harapan, mereka bisa menjalankan tugasnya secara maksimal mengemban amanat masyarakat yang memilihnya.

"Mereka harus di-upgrade terlebih dahulu, baik oleh partai yang mengusung dia, maupun ikut pelatihan sendiri mengenai tugas dan kapasitas dia sekarang ini. Bukan lagi sebagai artis, melainkan sebagai wakil rakyat," terangnya.

Sejumlah artis yang saat ini suaranya tinggi dan dipastikan bakal melenggang ke Senayan antara lain Mandra dan Primus Yustisio. Karena kepopuleran di layar kaca dan keseriusan dia menggalang massa, dari hasil penghitungan yang dilakukan KPU saat ini, mereka memperoleh suara cukup gemilang.

Masih menurut Haris, jika tidak melakukan pelatihan atau training terlebih dahulu, Caleg terpilih yang berlatar belakang artis tersebut juga bisa menggunakan tim asistensi yang bisa menunjang dia melaksanakan tugasnya sebagai wakil rakyat. Dengan demikian, saat berada di Senayan, mereka tidak bengong dengan dunia mereka yang baru dan benar-benar berbeda dari dunia yang digeluti selama ini.

Mereka harus mengakui, antara dunia politik dan dunia hiburan atau selebriti sangat berbeda, apalagi ketika berada di Senayan harus memperjuangkan kepentingan masyarakat secara nasional.

"Mereka harus menyadari perbedaan itu untuk bisa terus berlatih dan belajar. Jika tidak, maka sangat bahaya. Mereka di Senayan hanya bengong saja melihat para senator lain berdebat dan sibuk menyiapkan program untuk masyarakat. Untuk, tugas partai politik sangat penting untuk memberikan latihan terhadap mereka yang memiliki latar belakang selebritis tersebut," tukasnya.

Hal senada dikatakan pengamat politik Yudi Latief. Menurutnya, selain bisa berpolitik, para anggota DPR tersebut juga harus memiliki kemampuan membuat peraturan perundang-undangan karena hal itu akan menjadi acuan bagi pemerintah dan masyarakat. Artinya, jika peraturan tersebut dibuat oleh orang-orang yang tidak paham dan mengerti pembuatan perundang-undangan, maka peraturan tersebut tidak akan bisa dijalankan di masyarakat.

"Yang agak berat tugas mereka membuat undang-undang. Dan hal itu harus dijalani para senator nanti. Makanya, perlu pelatihan pendidikan politik, pendidikan hukum khususnya pembuatan undang-undang bagi caleg yang asalnya dari selebriti," urainya.

Pasalnya, mereka harus menyadari. Saat ini, tugas mereka di Senayan nanti bukan menghibur, melainkan menyelesaikan persoalan secara kolektif bagi masyarakat secara umum. Pengetahuan terhadap kebijakan dan kemampuan memberikan analisis terhadap persoalan sangat diharapkan. Dengan harapan, kebijakan yang akan diambil nanti bukan malah menyiksa masyarakat karena salah memberikan analisis.

coi



Klik selengkapnya...

Wah... Caleg Ditemukan Gantung Diri


Selasa, 14 April 2009 | 19:51 WIB

BANJAR, KOMPAS.com — Calon anggota legislatif Kota Banjar, Jawa Barat, dari Partai Kebangkitan Bangsa nomor urut delapan, Sri Hayati, ditemukan tewas di sebuah gubuk di tengah sawah. Jenazah Sri ditemukan, Selasa (14/4) sekitar pukul 08.00 di Desa Bangunjaya, Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, atau lebih kurang tujuh kilometer dari rumah mertuanya. Diduga, korban meninggal karena bunuh diri.

Saat ditemukan oleh seorang penyadap nira kelapa, jenazah perempuan yang berusia 23 tahun dan sedang hamil itu tergantung di gubuk dengan jeratan kain kerudung di leher.

Menurut Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Lankaplancar Bripka Adung, pada hari Minggu (12/4) malam, korban keluar rumah tanpa sepengetahuan suami dan mertuanya. Bangun dari tidur, Senin (13/4) dini hari, suami korban, Mastur Maulana Yusuf (24), yang mengetahui istrinya tidak ada segera mencarinya. Namun, hingga esok harinya, Sri Hayati tidak ditemukan.

Akhirnya, mertua Sri melaporkan hilangnya Sri ke Polsek Langkaplancar, Senin sore. Pada Selasa pagi, Sri ditemukan sudah meninggal di sebuah gubuk di tengah sawah.

Segera setelah ditemukan, jenazah korban dibawa ke RSU Kota Banjar untuk diotopsi. Seusai melakukan otopsi, dokter forensik di Instalasi Pemulasaraan Jenazah RSU Kota Banjar, Pardjaman Tojo, mengatakan, dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya tanda-tanda perbuatan kejahatan pada korban. "Ada bekas jeratan di leher dan pendarahan di bagian bawah tubuh korban. Korban sedang hamil, kemungkinan janinnya sudah berusia 4-5 bulan," ujarnya.

Bripka Adung menambahkan, di lokasi kejadian tidak terlihat tanda-tanda kekerasan terhadap korban. Polisi sendiri menduga, tindakan Sri Hayati ada kaitannya dengan pencalonan dirinya dalam pemilu.

Berdasarkan hasil penghitungan sementara perolehan suara Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Banjar hingga Selasa siang, Sri hanya mendapat tidak lebih dari 10 suara di daerah pemilihan Banjar I yang meliputi Kecamatan Banjar dan Purwaharja.

Keluarga Sri sendiri tidak ada yang bersedia memberikan komentar lebih jauh atas peristiwa yang menimpa Sri.

Meskipun hasil otopsi dan dugaan polisi mengarah pada perbuatan bunuh diri, tidak diketahui apakah motif perbuatan itu terkait pencalonan korban dalam pemilu atau tidak. Ketua Tanfidz Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kota Banjar Zaenal Muttaqien menyatakan belasungkawa atas peristiwa yang dialami Sri Hayati.

Zaenal menolak jika kematian Sri terkait dengan minimnya perolehan suara Sri. Sebabnya, partai tidak menuntut sesuatu hal yang berlebihan kepada caleg dalam pemilu karena mayoritas caleg di dapil I adalah pemula dan secara finansial terbatas.

Bahkan, Sri juga selama masa kampanye terbuka dinilai tidak maksimal berkampanye. "Memang tidak kami arahkan untuk maksimal. Sri hanya simpatisan PKB, bukan fungsionaris atau pengurus partai. Awalnya juga dia diajak dalam pencalegan untuk memenuhi kuota 30 persen perempuan. Waktu diajak pun Sri mengatakan bahwa dirinya hanya ingin belajar berorganisasi, menimba ilmu, dan mencari pengalaman," kata Zaenal.


ADH

Sumber: Kompas

Klik selengkapnya...

Cuma Dapat 1 Suara, Organ Bantuan Diambil Lagi


Rabu, 15 April 2009 | 07:42 WIB

PALEMBANG, KOMPAS.com — Kelompok Qasidah Nurul Huda yang bermarkas di Jl Ahmad Yani Lr Riang RT 16 Kel Silaberanti, Palembang, terpaksa urung manggung hari ini. Penyebabnya, alat musik organ elektronik pemberian seorang caleg yang akan digunakan untuk pentas ditarik kembali oleh caleg si pemberi.

“Ini namanya pamrih. Kami kira yang namanya caleg tanpa pamrih,” teriak seorang ibu anggota rebana yang marah karena sikap caleg tersebut.

Caleg yang dimaksud adalah H Fathur Rachman. Fathur adalah caleg DPRD Kota Palembang nomor urut dua dapil empat dari Partai Demokrat. Warga menduga Fathur kecewa karena di TPS RT 16 SU I Palembang ini dia hanya mendapat satu suara.

Seluruh anggota Qasidah Nurul Huda berkumpul di rumah milik ketua mereka, Nacik (57). Rencananya, Selasa (14/4) pagi, merkea hendak membakar 12 rebana pemberian Fathur. Pada sisi kulit rebana tercantum tulisan nama Fathur Rachman yang disablon dengan tinta warna hitam. Namun, rencana aksi pembakaran itu berhasil dicegah Hasan Agus (43), ketua RT setempat.

Ketua kelompok Nurul Huda, Nucik, mengatakan, pembakaran ini terkait kekecewaan mereka terhadap sikap Fathur Rachman yang mengambil organ. Apalagi pengambilan orgen itu tanpa sepengetahuannya. “Kebetulan semua alat pemberian dia disimpan di tempat saya. Waktu itu saya tidak di rumah dan utusan Fathur mengambil organ yang sudah diberikannya,” katanya.

Nucik menyebutkan, Fathur memberikan seperangkat organ dan rebana itu beberapa hari sebelum hari pencontrengan. “Katanya dia memberikan dengan ikhlas. Ini tanda mata darinya,” kata Nucik.

Saat menarik kembali organ yang diberikannya itu, utusan Fathur memang mengatakan hanya meminjam. Namun ternyata sampai Selasa (14/4) organ itu tidak dikembalikan. Nucik mengaku berusaha memegang kata-kata caleg itu. Tapi ternyata omongannya tak bisa dipegang. Saat itu, menurut Nucik, Fathur memberikan alat itu tanpa ada paksaan untuk memilihnya pada hari pencontrengan.

“Silakan ibu mau memilih saya atau tidak. Barang-barang ini saya berikan dengan iklas,” kata Nucik menirukan perkataan Fathur kala itu. Hasan juga menyebutkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan warga tidak memilih Fathur di TPS. “Banyak warga yang bingung mencari nama Fathur di surat suara. Itulah sebabnya dia cuma dapat satu suara di TPS RT 16 ini,” kata Hasan.

Hasan meminta Fathur tidak mengambil kembali pemberiannya. Organ pemberian Fathur itu menurutnya sangat dibutuhkan kelompok Qasidah Nurul Huda yang saat ini sedang naik daun dan mendapat banyak pesanan pentas.

Saat wartawan mendatangi markas mereka, ibu-ibu ini tak berhentinya meluapkan kekesalan mereka. Mereka memajang seperangkat rebana itu dan menaruh kartu bergambar Fathur di atas tumpukan rebana pemberian caleg tersebut. (cr3)

Sumber: Kompas

Klik selengkapnya...

Caleg Setengah Gila, Minta Telanjang


Rabu, 15 April 2009 | 15:25 WIB

PURBALINGGA, KOMPAS.com — Wisma Rehabilitasi Mental, Sosial, dan Narkoba yang terletak di Desa Bungkanel, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Purbalingga, merawat sembilan pasien baru yang mengalami stres, enam di antaranya caleg yang kalah dalam Pemilu 2009.

"Sembilan orang stres itu berasal dari Jawa Barat, Jawa Timur, dan Pekalongan. Namun maaf, kita tidak bisa menyebutkan identitas mereka, karena ndak etis," kata pengasuh Wisma Rehabilitasi Mental, Sosial, dan Narkoba, Supono Mustajab, di Purbalingga, Rabu (15/4).

Selain caleg, kata dia, di antara sembilan orang pasien baru yang datang pascapemilu itu merupakan tim sukses dan keluarga caleg yang mengalami depresi akibat kekalahan dalam pemilu.

Menurut dia, pasien-pasien baru itu sering kali mengigau minta uangnya yang telah dikeluarkan untuk pemilu dapat dikembalikan.

Bahkan, ada pasien yang selalu ingin telanjang dan ada pula yang diam terus tanpa respons saat disapa. "Mereka saat ini dirawat 11 dokter, dua di antaranya spesialis kejiwaan dan saat ini kondisi pasien mulai tenang," katanya.

BNJ
Sumber : Antara/Kompas


Klik selengkapnya...

Caleg Gila Cantik Ditemani Sumanto Pemakan Mayat


Rabu, 15 April 2009 | 15:34 WIB

PURBALINGGA, KOMPAS.com — Kedatangan sembilan pasien caleg setengah gila di Wisma Rehabilitasi Mental, Sosial, dan Narkoba yang terletak di Desa Bungkanel, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Purbalingga, tersebut disambut baik oleh Sumanto.

Masih ingat Sumanto? Sumanto yang pernah mendapat julukan sebagai manusia pemakan mayat itu sekarang bekerja di wisma tersebut. Pria ini dengan tersenyum tampak menemani caleg perempuan setengah gila yang lumayan cantik. "Saya senang bisa menemani mereka karena lumayan cantik," katanya.

Seperti yang diwartakan sebelumnya, Wisma Rehabilitasi Mental, Sosial, dan Narkoba di Desa Bungkanel, menyiapkan 25 kamar khusus bagi caleg yang stres akibat kalah dalam Pemilu 9 April itu.

Ke-25 kamar yang disiapkan tersebut masing-masing berukuran 3 x 4 meter yang dilengkapi dengan kamar tidur, lemari pakaian, dan kamar mandi.

Kamar yang disiapkan itu terbagi 15 untuk laki-laki dan 10 untuk perempuan, serta keluarga yang menunggunya akan diberi fasilitas tidur dan makan gratis.

Mengenai metode perawatan yang dijalankan, dia mengatakan, para pasien akan ditangani secara medis dan spiritual melalui siraman rohani setiap selesai shalat. Selain itu, dilakukan pula terapi mandi malam, istigasah, dan tahlilan.

Wisma rehabilitasi tersebut saat ini memiliki 300 pasien gangguan mental dan narkoba yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, yang 100 orang di antaranya menjalani rawat inap.

BNJ

Sumber : Antara/Kompas



Klik selengkapnya...

Wisma Mustadjab Sudah Menampung 3 Caleg dan 6 Timses


Kamis, 16 April 2009 | 21:27 WIB

Oleh: Madina Nusrat

KOMPAS.com — Cara bicara WSRY (33) masih agak kacau, tetapi dia menyadari apa yang telah dialaminya. "Sudahlah, saya tidak mau mengingat lagi," katanya saat istirahat di Wisma Rehabilitasi Mental Sosial Jiwa dan Narkoba Mustadjab, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Purbalingga, Kamis (16/4).

Akan tetapi, akhirnya dia mau bercerita juga, meski enggan melihat lawan bicaranya. Menurut dia, dirinya bisa sampai di wisma rehabilitasi mental itu karena stres gagal terpilih sebagai anggota legislatif dari Partai Gerindra. Namun, dia tak mengingat untuk dewan perwakilan rakyat mana mencalonkan diri. Dia hanya mengaku berasal dari Manado.

Lantas, dia malah bercerita kalau dia ikut jadi caleg karena terbujuk ajakan tetangganya yang disebut 'Om'. "Om minta saya ikut jadi caleg. Saya ikuti. Tetapi akhirnya, dia yang terpilih. Saya gagal," tuturnya.

Saat pertama kali datang, menurut perawat di wisma itu, WSRY masih dalam kondisi terguncang cukup hebat. Berkali-kali dia berorasi layaknya sedang berkampanye, sampai menaiki meja kerja yang ada di wisma. Padahal, dia sedang mengandung dua bulan.

"Jangan lupa pilih saya. Saya siap mengemban amanat rakyat," tutur salah seorang perawat.

Masih di tempat yang sama, seorang tim sukses caleg dari Pekalongan, MR (25), tak memedulikan siapa yang sedang berada di dekatnya. Pandangannya kosong dengan tangan kanan sibuk menyulang makanan ke dalam mulutnya, sementara pelipis mata kanannya lebam.

Lebam di matanya itu akibat dipukuli oleh orang suruhan caleg yang dikampanyekannya. Penyebabnya, MR ketahuan tak menggunakan dana kampanye untuk mengampanyekan calegnya, melainkan untuk kepentingannya sendiri.

Menurut Ketua Yayasan Wisma Rehabilitasi Mental Sosial Jiwa dan Narkoba Mustadjab Supono, ada dua orang caleg lainnya dari Jawa Barat yang mondok di wismanya akibat stres gagal terpilih. Namun, keduanya enggan ditemui orang asing. Begitu juga dengan keluarganya yang menjaga.

Selain merawat tiga caleg yang stres gagal terpilih, Supono mengaku, pihaknya juga sedang merawat enam anggota tim sukses termasuk MR, yang stres karena gagal mengegolkan calegnya terpilih dalam pemilu. "Semuanya dalam kondisi terguncang. Belum ada yang pulih," ucap Supono.

Kesembilan caleg dan tim sukses yang stres itu, lanjutnya, mengalami guncangan kejiwaan yang hebat saat pertama kali masuk ke wismanya, sekitar tiga hari setelah pemilu. "Ada yang teriak-teriak berorasi seperti WSRY, tetapi ada juga yang cuma diam seperti MR," katanya.

Paling hanya kanibalis Sumanto, kata Supono, yang tampak senang dengan datangnya para caleg dan tim sukses yang stres itu. Sebanyak dua dari tiga caleg yang berobat di wismanya adalah perempuan. "Sejak selesai menjalani hukuman, Sumanto tinggal di wisma ini," ujarnya.

Saat dijumpai di kamarnya, Sumanto pun mengaku senang bisa ikut merawat para caleg yang stres. Namun, dia hanya mau merawat para caleg itu di malam hari. "Saya capek kalau siang," ucapnya.

Supono mengaku sangat prihatin dengan nasib para caleg yang gagal terpilih hingga mengidap stres berat. Sebab, dia juga caleg dari Partai Kebangkitan Bangsa untuk DPRD Purbalingga. Menurut dia, kondisi seperti itu perlu menjadi cermin bagi pemerintah terkait sistem pemilihan umum yang dijalankan sekarang ini.

"Lihat kenyataannya sekarang, sistem pemilihan sekarang malah menyebabkan caleg gagal terpilih jadi pada stres. Anggaran negara pun banyak yang terbuang begitu saja untuk pelaksanaan pemilu," katanya.

Beruntung bagi Supono, akhirnya dia terpilih sebagai caleg dengan suara terbanyak. Kalau gagal, dia mengaku, wisma yang didirikannya pada tahun 1980, dan kini ikut dilengkapi perawatan medis oleh 11 orang dokter, tentu akan menjadi tempatnya dirawat.

"Nek gagal dadi caleg, wisma kiye yah jadi wadahe inyong dewek," ujarnya.

MDN

Sumber: Kompas

Klik selengkapnya...

Limbah Pemilu Masih Bertumpuk

Komisi Pemilihan Umum (KPU) pusat belum mengeluarkan petunjuk teknis untuk melelang limbah pemilu. Untuk itu, KPU Kota Cimahi akan menyimpan sejumlah dokumen pemilu tersebut di gudang sampai dikeluarkannya petunjuk teknis. "Bahkan, limbah pemilu berupa surat suara dari pemilihan Wali Kota Cimahi dan pemilihan Gubernur Jabar pun masih ada di gudang," ujar Kepala Subbagian Umum Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Cimahi Kardjo saat ditemui di Gudang KPU Cimahi, Selasa (21/4). Dia mengatakan, seluruh logistik pemilu dari PPK dikembalikan ke KPU Kota Cimahi, Selasa (21/4). Logistik itu berupa kertas suara, formulir C2, kotak suara, serta keperluan lainnya, kecuali bilik suara. Dia mengatakan, kemungkinan besar, kotak suara tersebut akan digunakan kembali untuk pemilihan presiden yang akan dilaksanakan bulan Juli mendatang. Menurut dia, keadaan kotak suara tersebut cukup terjaga dengan baik sehingga bisa digunakan kembali. "Paling ada beberapa yang penyok sedikit, namun untuk pemilihan presiden kotak suara yang digunakan kan tidak sebanyak pemilihan legislatif," katanya. (A-185)***

Klik selengkapnya...

Mantan Kadivre Bulog Jabar Terlibat Korupsi

Rabu, 22 April 2009 , 13:24:00

BANDUNG, (PRLM),-Kasus korupsi senilai Rp 69 miliar dengan pejabat bulog Ruz (67) kembali disidangkan di Pengadilan Negeri (PN) Bandung pada Rabu (22/4).

Ruz yang saat kasus terjadi menjabat sebagai regional manajer (RM) Proyek Industri Beras (Probis) Jabar mengaku bahwa bisnis cengkih yang dilakukan bersama Unit Dagang Agung Jaya adalah atas arahan Kepala Divisi Regional (Kadivre) Jabar saat itu, Taharjono.

"Saya mendapat arahan agar dana Rp 69 untuk pengadaan beras itu digunakan untuk bisnis cegkeh," kata terdakwa saat ditanya hakim ketua Joko Siswanto. (A-113/kur)***


Klik selengkapnya...

Pejabat Disdik Kota Bandung Didakwa Korupsi

Rabu, 22 April 2009 , 14:48:00

BANDUNG (PRLM).- Az (47), salah seorang pejabat di Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung didakwa melakukan korupsi pada Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk pembangunan gedung sekolah, meubeler dan pengadaan buku di 11 sekolah dasar di Kota Bandung.

Akibat perbuatan terdakwa negara dirugikan Rp 81 juta. Dalam sidang yang dipimpin oleh Yance Bambing di Pengadilan Negeri (PN) Bandung, Rabu siang (22/4) terungkap bahwa Az ditunjuk sebagai Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) di lingkungan Disdik Kota Bandung. Pada tahun periode Maret 2007 hingga Maret 2008,

Disdik Kota Bandung mendapatkan kucuran DAK dari pusat sebesar RP 2,5 miliar dan juga dana pendamping dari APBD Kota Bandung untuk projek rehab sekolah dan meubeler. Namun projek itu dijadikan obyekan untuk memperkaya diri terdkwa.

"Terdakwa mendapatkan dana dari penerima projek yang kalau dijumlahkan sebanyak 81 juta," kata Jaksa Penuntut Umum Erwin Widihantono saat membacakan dakwaannya. (A-113/kur)***


Klik selengkapnya...

Caleg Stres Tutup Jalan

Sabtu, 11 April 2009 , 00:12:00

GARUT, (PRLM).-Rekapitulasi suara Pemilu Legislatif (Pileg) 2009 baru saja
berlangsung, namun caleg sudah merasa resah akan raihan suara yang diperolehnya.
Seorang caleg Partai Bintang Reformasi (PBR) daerah pemilihan (dapil) II, Iip,
tiba-tiba menutup badan Jln. Pinggirsari yang menghubungkan Kec. Sukawening
dengan Kec. Pangatikan, Jumat (10/4).

Diduga, dia menggali jalan tersebut sebagai buntut kekecewaan terhadap warga
pemilih karena dirinya tidak dicontreng pada surat suara di sekitar tempat
pemungutan suara (TPS) tempat tinggalnya.

Bahkan, pada malam hari usai penghitungan suara berlangsung, Iip sempat menutup
ruas jalan yang sama dengan batang kayu yang ditempatkan melintang di tengah
jalan. Iip yang bertempat tinggal di Kec. Sukawening marah-marah lantaran
perolehan suaranya yang hanya mencapai 5 suara. Bahkan, TPS di tempat tinggalnya
tidak memperoleh suara.

Kejadian tersebut dibenarkan petugas piket kantor Kec Sukawening, Dindin.
Menurut dia, penutupan jalan dilakukan sesaat setelah dirinya mengetahui hasil
perolehan suara di sejumlah TPS di sekitar kediamannya. "Dia melakukan penutupan
jalan dengan batang kayu sekitar Kamis (9/4) menjelang tengah malam. Bahkan,
pagi tadi, (10/4), dia sempat menggali jalan yang sama," ujarnya.

Sejumlah warga merasa terganggu dengan ulah Iip tersebut, dan segera
melaporkannya ke kecamatan dan kepolisian. Dihubungi terpisah, Kasatreskrim
Polres Garut, AKP Oon Suhendar SH, membenarkan kejadian penutupan jalan yang
dilakukan oleh salah seorang caleg tersebut. Jajaran Polres Garut langsung
mendatangi loaksi kejadian, namun ternyata kasuh tersebut sudah diselesaikan
secara kekeluargaan di Polsek Wanaraja.

"Benar, kami mendapatkan laporan adanya penutupan dan penggalian badan jalan
oleh seorang caleg yang tidak puas. Tapi setelah kita datang itu dapat
diselesaikan di tingkatan polsek secara kekeluargaan," terangnya.

Kapolsek Wanaraja AKP Budiman mengaku tidak dapat memberi keterangan banyak soal
kejadian tersebut. "Saya enggak bisa menanggapi apakah caleg tersebut stress
atau tidak, karena perlu pembuktian secara medis," katanya, ketika ditemui di
kantornya.

Namun, dia mengaku tidak melakukan penahanan terhadap Iip. "Sudah diselesaikan
dengan diberi pengertian, sehingga dianggap kasus ini selesai," ungkapnya.
(A-158/A-50)***

Sumber: groups.yahoo

Klik selengkapnya...

Selasa, April 21, 2009

Anggota Dewan Harus Belajar Etika

Senin, 20 April 2009, 20.18 WIB

Anggota dewan dinilai harus belajar etika dan tata krama dalam bersikap. Penilaian pedas ini diungkapkan pengamat politik Daniel Sparingga.

Menurut Daniel, parlemen Indonesia merupakan yang paling kasar.

Kejadian-kejadian di gedung dewan, Senayan, Jakarta, saat ini kerap menggambarkan ketidaksopanan hingga ketamakan anggota dewan.

Bahkan banyak juga anggota DPR menganggap dirinya superior dan datang dari langit. Oleh sebab itu, anggota dewan harus belajar etika untuk menciptakan parlemen yang ideal.

Daniel juga melihat parlemen di Indonesia termasuk paling kasar dalam hal attitude dibanding negara lain di dunia.

Padahal selama ini yang dikenal memiliki anggota parlemen dengan attitude kasar itu seperti Taiwan, Israel, dan Australia.


Sumber: Kompas-TV

Klik selengkapnya...

"Pecinta Wiranto" Somasi LSI

Senin, 20 April 2009, 15.37 WIB

Puluhan orang yang menamakan dirinya Forum Masyarakat Pecinta Wiranto melakukan aksi protes terhadap keakuratan Lembaga Survei Indonesia (LSI) di kantor LSI, Menteng, Jakarta, Senin (20/4).

Forum Masyarakat Pecinta Wiranto ini menganggap lembaga survei pimpinan Saiful Mujani ini ngawur dalam melakukan survei terhadap Wiranto.

Mereka meminta LSI memberikan klarifikasi tentang metode survei serta lokasi survei yang dilakukan LSI.

Hasil survei yang dilakukan LSI bulan April, menyatakan tingkat keterpilihan Wiranto oleh kader Hanura hanya 4,3 persen. Survei ini dilakukan dengan mengambil 4.200 responden di 2.100 TPS.

Peneliti LSI Burhanuddin Muhtodi menyatakan akan memberikan jawaban tertulis dalam waktu 1x24 jam.

Hasil exit pool LSI menunjukkan Wiranto akan mendapat suara 9 persen bukan 4,3 persen.

Sumber: Kompas-TV

Klik selengkapnya...

RSJ Bukan Pilihan Untuk Caleg Gagal

Sabtu, 18 April 2009, 13.27 WIB

Hingar bingar kampanye telah berlalu. Hasil Pemilu 2009 masih belum rampung direkap oleh KPU. Namun dampak dari perolehan suara calon legislatif (caleg) mulai tampak. Di sejumlah daerah, banyak caleg yang frustasi dan terkena gangguan jiwa karena mengetahui suara yang didapat kecil. Tidak hanya masuk Rumah Sakit Jiwa (RSJ), hari Selasa (14/4) di Desa Bangunjaya, Kabupaten Ciamis Jawa Barat, seorang Caleg dari Partai Kebangkitan Bangsa ditemukan gantung diri.

Mengapa fenomena ini bisa terjadi?
Psikiater Dadang Hawari melihat fenomena ini terjadi karena ketidaksiapan mental sang caleg. Ketika memutuskan untuk bertarung, seharusnya seseorang sudah siap mental untuk kalah. Bisa juga caleg tersebut memang memiliki bakat, atau rentan terhadap gangguan kejiwaan. Dari beberapa kasus yang terjadi, kebanyakan caleg-caleg tersebut memiliki tingkat perekonomian yang menengah ke bawah.

Kasus caleg yang masuk RSJ atau bunuh diri kebanyakan terjadi di luar jakarta. Hingga saat ini, RSJ Soeharto Heerdjan, Grogol, Jakarta Barat mengaku belum menerima pasien berstatus caleg.

Ada beberapa tahapan seseorang dikatakan mendapat gangguan kejiwaan. Dimulai dari stres, cemas, depresi hingga skizofrenia atau gangguan jiwa yang penderitanya tidak mampu menilai realitas dengan baik.

Jika sesorang sudah terdeteksi mendapat gangguan kejiwaan, ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan. Secara biologik, melalui pengobatan, Psikologis dengan berbagi cerita, sosial dan spiritual.

Agar terhindar dari goncangan kejiwaan, kepada caleg yang gagal dalam pesta demokrasi ini disarankan untuk segera menghubungi psikiater atau dokter agar mendapat penanganan yang profesional.

| Reporter/Kamerawan/Penulis: Budhi/ Vo: Maya, Yosie/ Editor: Fajar |

Sumber: Kompas-TV

Klik selengkapnya...

Caleg Gagal Mulai Tunjukkan Perilaku Agresif

By Republika Newsroom
Kamis, 16 April 2009 pukul 20:37:00

SEMARANG--Pertaruhan calon legislator pada Pemilu 2009 memang amat mahal, karena itu bila tidak bermental baja dan tidak siap kalah, mereka bisa stres, depresi, bahkan agresif.

Perilaku agresif itu ditunjukkan caleg Partai Amanat Nasional (PAN) Pekalongan, Jawa Tengah, Agus Panut(38), yang menganiaya Suyanto (33), warga Kelurahan Sapura.

Dugaan sementara, pelaku diduga mengalami depresi akibat tidak terpilih sebagai wakil rakyat dalam Pemilu 2009.

Budi Kristanto, kakak pelaku, Kamis, mengatakan, Agus Panut dalam sepekan pekan terakhir ini hanya berdiam diri di dalam rumah.

"Informasi yang kami terima bahwa aksi pemukulan itu diduga akibat korban mengejek pelaku," katanya.

Agus Panut, katanya, semula menargetkan perolehan suara di TPS Kelurahan Sapura, Kota Pekalongan sebanyak 50-100 suara, namun hanya dapat lima suara.

Sebelumnya, perilaku agresif juga ditunjukkan pendukung Sa`diyanto, caleg DPRD Kota Kudus dari Partai Hanura, yang membongkar paksa sejumlah lapak milik pedagang di lokasi Pasar Tiban.

Pembongkaran itu dilakukan karena pedagang dianggap tidak memberikan suara kepada Sa`diyanto, pemilik lahan yang ditempati lapak-lapak pedagang tersebut.

"Perolehan suara ini membuktikan para pedagang pasar yang menempati lahan milik Sa`diyanto tidak mau memberikan dukungannya saat pemilu 9 April lalu," ujar Nur To`at, pendukung Sa`diyanto.

Selain menampakkan perilaku agresif, dari Purbalingga dilaporkan bahwa enam caleg yang gagal menduduki kursi parlemen, juga harus mendapat perawatan kejiwaan di Balai Rehabilitasi Mental dan Sosial milik K.H. Supono Mustajab.

Jumlah caleg gagal yang "bermasalah" diperkirakan bisa terus bertambah karena penghitungan suara oleh KPU masih jauh dari jumlah daftar pemilih tetap (DPT).

Sementara itu, berdasarkan penghitungan sementara KPU, Kamis pada pukul 14.WIB, PDI Perjuangan masih memimpin perolehan suara sementara di Jateng untuk kursi DPR, disusul Partai Golkar dan Demokrat yang bersaing ketat di posisi kedua dan ketiga.

Meskipun memimpin, perolehan suara PDI Perjuangan pada Pemilu 2009 di Jateng diperkirakan merosot dibandingkan yang dicapai Pemilu 2004, yang menempatkan 31 wakilnya di DPRD Jateng.

Sebaliknya, Demokrat yang pada Pemilu 2004 hanya menempatkan 10 kadernya di DPRD Jateng diperkirakan bakal melonjak menjadi 15 kursi. ant/pur

Klik selengkapnya...

Pegadaian Kena Getah Caleg Gagal?

13/04/2009 - 09:46
Yusuf Karim

INILAH.COM, Jakarta - Hingar-bingar proses Pemilu disikapi beragam masing-masing calon anggota legislatif. Yang prospektif mendapatkan kursi, tentu senang dan syukuran, namun tidak sedikit yang stress dan hilang akal. Pegadaian dan bank kena getahnya.

Model pemilihan caleg langsung, membuat caleg harus memiliki dana yang cukup untuk melakukan sosialisasi dan kampanye kepada konstituennya. Aksi ini dipastikan berdampak pada instutis lembaga keuangan nasional.

Di antaranya adalah perbankan dan pegadaian yang merupakan rujukan masyarakat untuk memperoleh dana tunai secara cepat. Berbagai pihak khawatir bahwa pasca pemilu, dua lembaga keuangan tersebut harus kerepotan mengurusi kredit macet (NPL) akibat tidak kembalinya dana-dana yang disalurkan oleh caleg pada konstituen mereka.

Ekonom INDEF Aviliani memaparkan bahwa pegadaian masih menjadi alternatif utama bagi caleg untuk memperoleh dana tersebut. “Namun karena pegadaian memiliki jaminan yang jelas, maka tidak akan perlu khawatir mengalami kredit macet,” ujarnya di Jakarta Minggu (12/4).

Avi, sapaan akrabnya menjelaskan bahwa dengan mudah, lembaga keuangan tersebut melelang barang-barang jaminan nasabah-nasabahnya yang terbukti gagal menyelesaikan kewajiban mereka .

“Ya tinggal dijual saja, kalau caleg itu tidak membayar pinjaman atau angsuran mereka. Biasanya ke pegadaian ini kan berhubungan dengan barang yang mereka miliki sehari-hari seperti mobil, barang-barang berharga dan lainnya, dengan harapan kalau jadi anggota DPR bisa ditebus lagi,” ungkapnya.

Sementara untuk perbankan relatif lebih ketat karena bank tidak akan mudah memberikan pinjaman kredit bagi pengusaha baru.”Untuk pengusaha lama yang nyaleg juga jumlahnya tidak terlalu signifikan,” imbuhnya.

Modus lain yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan fasilitas kredit konsumer seperti kartu kredit dan fasilitas KTA (kredit tanpa agunan) yang ditawarkan perbankan.

“Ini juga tidak mudah karena biasanya kartu kredit kan limitnya tergantung penghasilan. Bunganya juga besar 3,25-3,75%. Artinya PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) juga besar,” sebutnya.

Meski demikian kondisi tersebut harus tetap diwaspadai berbagai lembaga keuangan terutama BPR-BPR yang biasanya menyalurkan dengan bunga tinggi. Sifat-sifat kehati-hatian dalam penyaluran kredit idealnya tetap dikedepankan. Kemudian fungsi-fungsi manajemen resiko perlu menjadi perhatian bagi pihak-pihak terkait. [E1]

Sumber: INILAH

Klik selengkapnya...

Banyak Golput, Pemilu 2009 Cacat


12/04/2009 - 20:16

Firiya Usman

NILAH.COM, Jakarta - Pemilu 2009 membuat sejarah karena mencetak rekor angka golput tertinggi sepanjang sejarah pesta demokrasi. Sejumlah organisasi non pemerintah bahkan menilai Pemilu 2009 sebagai pemilu terburuk sepanjang sejarah.

"Pemilu 9 April kemarin itu cacat. Jumlah orang golput tinggi dan mungkin tertinggi di Indonesia selama ini," kata Chalid Muhammad, yang mengatasnamakan Dewan Perubahan, saat menggelar konferensi pers, di Rumah Makan Koetaradja, Jakarta, Minggu (12/4).

Ia mengatakan, pemilu tahun ini merupakan yang terburuk sejak reformasi bergulir. Artinya, setelah dua kali pemilu berlangsung, KPU sebagai penyelenggapa dinilai tidak memiliki manajemen yang baik.

"Sehingga di sini terlihat ada cacat teknis manajemen. Di mana hilangnya hak suara karena tidak ada di DPT dan tertukarnya surat suara. Namun disahkan KPU," papar mantan Direktur Eksekutif Nasional Walhi itu.

Tidak hanya KPU, menurutnya, yang patut disalahkan. Pemeritah, dalam hal ini Departemen Dalam Negeri pun juga harus ikut bertanggungjawab. Sebab, data untuk mengeluarkan DPT berdasarkan data yang dikeluarkan Depdagri.

"Ini yang dinamakan cacat determinasi politik. Di mana pemerintah mengusulkan data DPT dari Depdagri. Namun, selanjutnya tidak ada proses pembersihan data oleh KPU bersama Depdagri. Dan di sini pemerintah yang berkuasa terkesan melakukan pembiaran terhadap kacaunya proses pemilu ini," bebernya.

Selain menilai hal itu sebagai kesalahan pemerintah dan KPU, Chalid juga menilai partai politik ikut menyumbangkan andil. Sebab, tidak melakukan pengecekan terhadap data DPT sejak dini.

“Padahal waktu yang tersedia cukup panjang. Saat ini orang hanya berorientasi pada hasil survei saja. Kelengahan parpol yang tidak melakukan pengecekan terhadap data DPT sejak dini. Padahal waktu yang tersedia cukup panjang. [jib/nuz]

Sumber: INILAH

Klik selengkapnya...

Peribadi : Caleg Harus Cerdas Menerima Kekalahan

Calon anggota legislatif (caleg) tidak hanya cerdas menerima kemenangan dalam Pemilihan legislatif mendatang, tetapi yang terpenting lagi adalah bagaimana caleg juga harus memiliki kecerdasan untuk mau menerima kekalahan dalam pemilu legislatif, jika dalam proses pemilihan nanti terbukti tidak mampu meraih kursi tersebut. Demikian diungkapkan, pengamat politik, Peribadi saat menjadi panelis dalam workshop sosialisasi pemilu di Hotel Imperial, yang diselenggarakan KPU Konawe Selatan,
Sabtu (22/11).

Dikatakannya, kecerdasan menerima kekalahan ini sangat perlu dimiliki oleh setiap petarung politik termaksud caleg, sebab yang selama ini timbul adalah ketika petarung kalah dalam pertarungan politik, yang bersangkutan tak mau mengakui kemenangan lawan, namun justru sebaliknya, berbalik mengugat kemenangan lawannya.

Disebutkannya, paling tidak, ada tiga jenis kecerdasan yang telah membudaya pada masyarakat, pertama kecerdasan mendengar, tentu hal ini, caleg harus dimilikinya, apalagi menjadi pendengar yang baik, namun yang terpenting lagi adalah kita harus memiliki kecerdasan mendengarkan orang yang berbeda pandangan dengan kita.

Sehingga dengan begitu, kita mampu membedakan nuansa skeptisisme dan gelagat kritisisme. Kedua, caleg sedapat mungkin fleksibel dan cemerlang dalam lingkungan yang heterogen. Dalam konteks ini kata peribadi, bukan pluralisme. akan tetapi menunjukkan sikap dan perilaku empati atas segala perbedaan yang dimiliki setiap orang, sehingga dehumanisasi, deforestasi dan degradasi lain yang kini mengedepan, tidak kian menjadi-jadi. Dan ketiga adalah, amat cerdas menerima kekalahan dari kawan dan lawan yang sukses gemilang memenangkan pertarungan kursi panas.

“Banyak petarung Pilkada amat cerdas menerima kemenangan, tetapi amat sangat goblok menerima kekalahan,” terangnya. Cr5/B/ARI


Klik selengkapnya...

Keluarga Berperan Cegah Caleg Stres

Anggota keluarga memiliki peran dengan menghibur dan menasihati kepada caleg yang gagal terpilih pada Pemilu, 9 April 2009, sehingga dapat mencegah kemungkinan depresi berat bagi caleg yang bersangkutan, kata Ketua Forum Jejaring Komunikasi Kesehatan Jiwa (FJKKJ) dr G Pandu Setiawan, SpKJ.

Ketika menjawab pers tentang kemungkinan caleg yang gagal akan menderita depresi dan dirawat di rumah sakit jiwa (RSJ), di Jakarta, Rabu, mantan Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa Depkes itu menegaskan, sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan caleg yang gagal terpilih akan menderita depresi, karena masih ada keluarga dan kelompok masyarakat terdekat yang mampu membantu mencegah timbulnya depresi.

Apalagi, kata Pandu, jika caleg yang gagal itu memiliki mental pertahanan diri yang kuat, maka mereka akan menghadapi kegagalan itu dengan tenang dan tidak sampai pada stres dan depresi, karena sebelumnya sudah terbiasa mendapat tekanan, dan selanjunjutnya akan memulai perencaan program baru.

Sumber: SyamSyah



Klik selengkapnya...

Diduga Jantungan karena Suara Minim, Caleg Hanura Meninggal

DENPASAR, KOMPAS.com — Ni Putu Lilik Heliawati (45), caleg nomor tiga Partai Hanura untuk DPRD Buleleng, meninggal dunia secara mendadak di rumahnya Desa Bengkel, Busungbiu, Kabupaten Buleleng.

Musibah terjadi Kamis (9/4) malam sekitar pukul 23.30 Wita itu. Heliawati diduga meninggal akibat serangan jantung setelah menerima telepon dari tim suksesnya bahwa perolehan suara yang bersangkutan tidak memenuhi harapan.

Wanita asal Desa Bengkel, Busungbiu, itu mengembuskan napas dalam perawatan intensif di UGD RS Wijaya Kusuma, Seririt, Kabupaten Buleleng. Pemilu legislatif di Pulau Dewata kali ini diikuti total 5.065 calon anggota legislatif dari 36 partai politik dengan memperebutkan 390 kursi di DPRD tingkat kabupaten dan provinsi.

Dengan demikian, ada 4.675 caleg yang gagal memperebutkan kursi dewan. Prof Dr Luh Ketut Suryani, psikiater kenamaan, memprediksi, sebagian caleg yang gagal meraih kursi di DPRD akan mengalami stres karena telah mengeluarkan uang cukup besar.

Klik selengkapnya...

Gagal Pemilu Caleg Partai Patriot Stres

Dugaan bahwa calon legislatif (caleg) yang tidak terpilih akan mengalami gangguan kejiwaan tampaknya mulai mendekati kenyataan. Akibat perolehan suara yang tidak sesuai harapan, seorang caleg di Cirebon, Jawa Barat, kini sering melamun dan mengurung diri. Nasib ini menimpa Iwan Setiawan, caleg Partai Patriot asal Kabupaten Kuningan. Apa yang dialami Iwan ini bisa jadi hanya satu dari banyak kasus yang bakal terjadi.

Setelah mengetahui hasil penghitungan suara tidak sesuai harapan, pria berusia 29 tahun ini mendadak menjadi pendiam dan sering mengurung diri di kamar. Keluarganya menduga, perilaku Iwan Setiawan terjadi karena kekalahannya dalam pemilu 9 April lalu. Iwan Setiawan memang telah menghabiskan uang yang banyak untuk kampanye. Setidaknya Rp 300 juta ludes dibuyurkan.

Untuk mengembalikan kondisi psikis dan mentalnya, Iwan Setiawan kemudian menjalani ritual terapi pengobatan dengan menggunakan air dari sumur tua yang berada di sebuah padepokan supranatural di Cirebon. Di tempat ini pasien akan menjalani terapi dua hingga tiga kali untuk mengatasi depresi yang mereka alami. Menurut pengurus padepokan Ujang Bustomi, sudah ada puluhan caleg yang mendaftar untuk menjalani terapi mental akibat mengalami depresi.(DOR)



Klik selengkapnya...

Kalah Pemilu Caleg Ambil TV Yg Disumbangkannya

Ada-ada saja tindakan calon legislatif (caleg) yang kalah dalam pemilu legsialtif, 9 April lalu. Di Ternate, Maluku Utara, seorang caleg meminta kembali televisi yang sudah disumbangkan ke warga. Ini dilakukan karena perolehan suara sang caleg sangat rendah. Kejadian ini terjadi di RT 02 Kelurahan Falawaja II, Kota Ternate Selatan.

Akibat ulah sang caleg, puluhan warga RT 02 Kelurahan Falawaja II marah. Mereka bahkan merusak kotak televisi. Mereka kemudian menyiram televisi dengan bensin dan membakar kotak ajaib itu. Tindakan warga ini dilakukan karena warga kecewa setelah caleg dari sebuah partai mengambil televisi milik warga yang ditempatkan di pangkalan ojek. Televisi tersebut diambil diam-diam pada malam hari.

Sebelumnya, saat kampanye terbuka lalu caleg bernama Hartati memberikan televisi kepada warga dengan harapan mendapatkan suara maksimal. Namun, dalam pemilu 9 April lalu Hartati hanya mendapatkan tiga suara. Hartati sendiri membantah telah mengambil televisi tersebut. Ia menduga, televisi itu diambil para pendukungnya.(DOR)

Klik selengkapnya...

Kecewa, Caleg Nekat Blokir Jalan

INILAH.COM, Bulukumba - Salah seorang caleg Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI) Andi Langade Karaeng Mappangille bersama tim suksesnya nekat melakukan penutupan jalan sepanjang 3 km. Tindakan tersebut diduga akibat perolehan suaranya yang tidak mencukupi menjadi caleg terpilih.

Informasi yang berhasil dikumpulkan, penutupan jalan tersebut berlangsung sejak Minggu (12/4) petang, sehingga membuat arus lalu lintas menjadi macet total karena sepanjang jalan 3 km itu dipalang dengan menggunakan sebatang pohon dan tumpukan batu.

Andi Langade yang diusung dari dapil II Kab Bulukumba, Sulsel, ini mengaku kecewa dengan warga Dusun Biloro, Kel Tanet, Kec Bulukumpa yang tidak banyak memilihnya.

Meskipun belum memiliki perolehan jumlah suara sah dari tingkat Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) maupun KPU Bulukumba. Namun, 101 TPS di 2 kecamatan hanya 71 saksi yang melaporkan jumlah suara yang diperolehnya.

“Penutupan yang dilakukan oleh Karaeng Mappangille sebagai bentuk kekecewaan terhadap warga yang tidak banyak memilihnya pada pemilu caleg 9 April lalu. Meskipun belum ada keputusan resmi dari PPK dan KPU Bulukumba namun laporan saksi sudah cukup,” ujar salah seorang warga yang namanya tidak mau disebut.

Menurut Andi Langade, dirinya berhak melakukan penutupan jalan Mappatunrung, Dusun Biloro, Kec Bukumpa karena jalan yang digunakan oleh sekitar 400 penduduk itu merupakan tanah milik alamarhum kakeknya yang juga pejuang 45.

Dirinya menambahkan, jika polisi ataupun pemerintah setempat memaksakan untuk membuka pemblokiran jalan yang dilakukan oleh timnya itu, dirinya terpaksa akan membongkar aspal jalan dan menggantinya dengan sebidang sawah seperti semula. [*/bar]

Sumber: Inilah

Klik selengkapnya...

Kalah, Caleg di Tangerang Mengamuk

Seorang calon legislator daerah pemilihan Tangerang, di perumahan elit Alam Sutera Kunciran, stres dan marah-marah karena kalah dalam pemilu legislatif 9 April lalu.

Sekitar pukul 17.00 WIB saat penghitungan suara dilakukan, seorang pria (40) yang merupakan caleg dari partai tertentu, terlihat frustasi saat mengatahui kalah dalam perolehan suara.

Dia merangkak di pinggir jalan dengan membawa-bawa cangkir sambil meminta-minta uang kepada orang yang berlalu lalang, katanya kembalikan uang saya, kata caleg itu.

“Ia diketahui kalah dalam perolehan suara, namanya ada di daftar pemilih tapi kalah dalam pemilihan,” kata salah seorang petugas KPPS Tedi, sabtu 11 April 2009.

Tedi mengatakan, caleg ini mengalami stres yang berlebihan, hingga mengalami depresi. Sebab tingkah lakunya sudah seperti orang gila, dengan rambut yang masih klimis, dan hanya mengenakan celana pendek, bahkan menjadi bahan ejek anak-anak.

Warga yang menyaksikan ulah caleg aneh itu, tidak ada yang berani mendekat dan hanya melihat dari jarak kejauhan saja. “Bahkan sesekali ia melempari warga dengan cangkir sambil marah-marah,” tuturnya.

“Saya tidak perlu sebut nama dan partainya tidak enak mas, yang jelas nama dia masuk daftar caleg,” ujar Tedi.

Mengetahui hal itu, keluarga langsung membawanya pulang dan meminta maaf kepada warga karena telah terganggu ketenangannya. “Keluarganya datang membawanya pergi, setelah kami beritahu,” tambah Tedi.(VIVAnews)

Sumber gambar: noticias0
Sumber: SyamSyah

Klik selengkapnya...

Gubernur DKI Jakarta Yakin Tidak Ada Kecurangan

FOKUS
Ujian Nasional SMA

indosiar.com, Jakarta - Terkait ujian nasional tingkat SMA tahun ajaran 2008/2009, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo Senin (20/4/09), meninjau langsung pelaksanaan ujian ke beberapa sekolah. Peninjauan ini untuk memastikan kelancaran pelaksanaan ujian sekaligus memastikan penegakan aturan dalam ujian nasional.

Pelaksanaan ujian nasional yang ditinjau Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, adalah SMA Negeri 73 Cilincing, Jakarta Utara, Madrasah Aliyah Negeri 5 dan SMK Negeri 4 Marunda, Jakarta Utara. Gubernur DKI Jakarta memantau langsung pelaksanaan ujian nasional termasuk memastikan seluruh tim pengawas dan juga pelajar mematuhi semua peraturan.

Seperti tidak membawa telepon genggam saat ujian, memakai identitas dan tidak ada guru pengajar yang ikut mengawasi siswa dari sekolah bersangkutan. Usai meninjau proses ujian nasional Fauzi Bowo menjamin tidak ada kecurangan, termasuk adanya guru diwilayah DKI Jakarta yang membocorkan soal.

Kendati rata - rata penilaian minimal untuk lulusan menjadi 5,5, Gubernur Fauzi Bowo, optimis tingkat kelulusan tahun ini meningkat dibandingkan tahun lalu yang mencapai 92 persen. Senada dengan Fauzi Bowo Anggota Standarisasi Pendidikan Nasional, Seto Mulyadi mengaku optimis atas kemampuan murid.

Pada hari pertama ujian nasional ini mata pelajaran yang diujikan, adalah Bahasa Indonesia dan mata pelajaran jurusan. Ujian akan berlangsung hingga hari Jum'at dan siswa menghadapi 6 mata pelajaran. (Gustav Roberto/Andri Nugroho/Dv).

Sumber: Indosiar

Klik selengkapnya...

Diikuti Sekitar 2,2 Juta Siswa

FOKUS
Ujian Nasional SMA

indosiar.com, Jakarta - Senin (20/4/09) sekitar 2,2 juta siswa SMA dan sederajat diseluruh Indonesia mulai melaksanakan ujian nasional. Siswa diminta menjawab soal dengan nilai rata - rata minimal 5,5 sebagai standar kelulusan.

Ujian nasional yang mulai berlangsung hari ini umumnya berjalan lancar di DKI Jakarta. Di Sekolah Menengah favorit di Jakarta Selatan SMA Negeri 112, sebanyak 268 siswa IPA dan IPS mengikuti ujian Bahasa Indonesia pukul 8 pagi tadi.

Ujian dilaksanakan dibawah pengawasan guru sekolah lain, pengawas dari Dinas Pendidikan dan juga pengawas dari Perguruan Tinggi. Ujian untuk tiap mata pelajaran berlangsung selama 2 jam. Jumlah soal yang diuji untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia sebanyak 50 soal dengan bentuk pilihan ganda.

Ujian nasional ini diikuti sebanyak 2, 2 juta siswa diseluruh Indonesia. Ujian sendiri akan berlangsung hingga Jum'at mendatang. Sedangkan dihari pertama ini siswa diuji dengan soal Bahasa Indonesia serta mata pelajaran kejurusan, yaitu Biologi untuk kelas IPA dan Sosiologi untuk kelas IPS. (Sisca Tiur Gurning/Kiki Suhartono/Dv).

Sumber: Indosiar

Klik selengkapnya...

Diwarnai Kekurangan Soal Ujian

FOKUS
Ujian Nasional SMA

indosiar.com, Purwakarta - Pelaksanaan ujian nasional SMA dan Sederajat yang berlangsung serentak di seluruh Indonesia Senin (29/04/09) umumnya berlangsung lancar, namun pelaksanaan ujian di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat diwarnai kekurangan soal ujian disebuah sekolah, kendati tak sampai menganggu jalannya ujian nasional.

Ujian nasional tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat diikuti 7067 siswa yang terdiri dari SMA, SMK dan Madrasah Aliyah. Selain distribusi soal ujian dijaga ketat sebelum mengikuti ujian, siswa juga diperiksa pengawas dan tidak diperkenankan membawa telpon genggam.

Sayangnya di hari pertama pelaksanaan ujian diwarnai adanya kekurangan soal ujian di SMA 2 Purwakarta sebanyak 86 lembar. Namun hal itu tidak sampai membuat pelaksanaan ujian tertunda karena lembar soal yang kurang segera ditambah.

Secara umum ujian nasional yang mulai berlangsung sejak pukul 08.00 WIB, berjalan lancar. Ujian nasional untuk SMA akan berlangsung selama 5 hari hingga Jumat, 24 April mendatang, sementara untuk SMK dan Madrasah Aliyah akan berlangsung selama 3 hari. (Zaenal Arifin/Sup)


Sumber: Indosiar

Klik selengkapnya...

Blogger template 'Purple Mania' by Ourblogtemplates.com 2008

Jump to TOP