Kami Mengucapkan Terimakasih kepada Semua Pihak yang telah membantu Menyukseskan Perhelatan Akbar
Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2009

di Jakarta 3 s.d. 9 Agustus 2009

Sampai Ketemu di OSN Tahun 2010 di Medan, Sumatera Utara

Headline News

NATIONAL NEWS

Translate Here

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini

Jumat, Mei 08, 2009

Status Wiliardi Wizar Tunggu Putusan Pengadilan

Selasa, 5 Mei 2009 | 12:21 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Status mantan Kapolres Jakarta Selatan, Kombes Pol Wiliardi Wizar, yang menjadi tersangka kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PBR), Nasrudin Zulkarnaen, menunggu putusan pengadilan.

"Tunggu proses pengadilan," kata Kepala Divisi Humas (Kadiv Humas) Mabes Polri Irjen Abubakar Nataprawira di Jakarta, Selasa (5/5).

Mantan Kapolres Jaksel tersebut telah ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan Dirut PT PRB. Penetapan itu bersama sembilan tersangka lainnya, termasuk Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) non-aktif, Antasari Azhar.

Ketika ditanya keterlibatan perwira menengah di kepolisian itu terhadap kasus pembunuhan tersebut, ia belum bisa memberikan keterangan. "Saat ini pemeriksaannya sudah diserahkan dari Propam Mabes Polri ke Reserse Kriminal (Reskrim) Polda Metro Jaya," katanya.

Sementara itu, keterangan diperoleh dari para tersangka yaitu D (eksekutor), HS (joki motor), FT alias AM (pemantau lapangan di dalam mobil), HKW (pemberi order), Edo alias AN (penerima order), Jeri alias J penghubung dengan WW, SHW sebagai penyandang dana, WW penghubung ke AA.

Pelaku pembunuhan menggunakan senjata api sembari bersepeda motor. Kasus pembunuhan itu terjadi pada 14 Maret 2009, di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang.

Pembunuhan dilakukan setelah korban bermain golf di padang golf Modernland, Tangerang. Korban saat itu menggunakan mobil BMW metalik yang melintas di sekitar Restoran Telaga Seafood. Korban terkena tembakan di pelipis kiri pada posisi duduk korban di kursi belakang. Nama Antasari Azhar disebut-sebut sebagai salah satu aktor intelektual.

MBK
Sumber : Antara

Sumber: Kompas


Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Polisi Hebat Itu Diduga Terlibat Pembunuhan Berencana


Selasa, 5 Mei 2009 | 16:07 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Nama Komisaris Besar Polisi Wiliardi Wizar seolah tenggelam di tengah dahsyatnya pemberitaan penangkapan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar. Padahal, tak kalah besar dari Antasari, Willy—demikian ia biasa disapa—adalah seorang penegak hukum yang sempat menjabat sebagai Kepala Kepolisian Resor Jakarta Selatan (2005-2007).

Sama seperti Antasari, ia pun seorang penegak hukum, yang kali ini harus berhadapan dengan masalah hukum yang begitu besar. Pembunuhan berencana!

Sebagai seorang perwira polisi, Willy adalah kader yang berprestasi. Jika saja ia tak tersandung kasus ini, pada bulan Juli nanti jabatan direktur di Mabes Polri sudah menantinya. Setelah tamat menempuh pendidikan di Sekolah Staf Perwira Tinggi Mabes Polri akhir tahun lalu, ia segera menyandang pangkat brigadir jenderal untuk jabatan tadi.

Karier manis Willy ini terus memuncak pasca-keberhasilannya mengungkap pabrik pembuat pil ekstasi terbesar di Indonesia, bulan April 2002. Kala itu, ia menjabat sebagai Kapolres Metro Tangerang, tempat pabrik itu berlokasi.

Di mata anak buahnya pun, lulusan Akpol tahun 1984 ini dikenal sebagai pemimpin yang baik. "Waktu Pak Willy bertugas di sini, dia menjabat dengan baik dan memerhatikan para bawahannya. Tidak pernah ada pemotongan insentif lagi, biasanya pada pimpinan sebelumnya ada saja pemotongan dari insentif yang turun," kata Ridho (nama samaran), seorang perwira yang kini masih bertugas di Polres Jaksel.

Selain itu, Willy juga tidak pandang bulu dalam bergaul. Mulai dari para perwira sampai polisi yang pangkatnya masih rendah pasti di-"rangkul" olehnya. "Pak Willy baik dengan bawahannya, pernah waktu itu kami semua makan nasi bungkus bersama-sama, Pak Willy pun ikut gabung, dia enggak ngerasa risih," kenang Ridho.

Kepada Kompas.com, Ridho juga menuturkan, saat menjabat, Willy memberikan banyak kelonggaran kepada jajarannya. Ia memberikan contoh kecil, pintu di dekat pelayanan SIM biasanya tertutup dan tidak boleh dilewati oleh siapa pun. Namun, pada saat Willy menjabat, pintu tersebut dibuka sehingga pelayanan bagi warga lebih mudah.

Tak hanya itu, Willy juga tidak pernah melakukan intervensi kepada bawahannya. Ia lebih menekankan pada pelayanan masyarakat. Saat apel pagi pun Willy tidak pernah berlama-lama memberikan arahan kepada bawahannya. "Jika pemimpin lain bisa melakukan apel itu paling tidak setengah jam, kalau Pak Willy paling lama hanya 15 menit. Apelnya pun tidak setiap hari, seminggu tiga kali saja," ujar Ridho lagi.

Hal senada juga diungkapkan oleh Panji (juga nama samaran) semasa menjabat Willy memang dekat dengan bawahannya. "Hubungan Pak Willy dan bawahan, seperti anak bapak," ujar Kasat salah satu bagian di Polres Jaksel ini.

Namun, lain halnya dengan pendapat wartawan. Wiliardy dikenal sebagai sosok yang tertutup, ia hanya muncul pada kasus yang besar. Ia terakhir berbicara pada saat terjadi kasus pembunuhan dua anggota ormas kedaerahan yang terjadi di Kebayoran. Kasus-kasus lain biasanya akan dia lempar pada Helmi Santika, Kasat Reskrim pada waktu itu.

Nah, kini bersama delapan tersangka lain, Wiliardi Wizar ditangkap untuk kasus pembunuhan berencana, yang bukan lagi menjadi istilah baru bagi Willy. Akankah ini menjadi akhir perjalanan karier perwira ini? Atau kursi direktur di Mabes Polri tetap terbuka baginya?

Setidaknya, Kepala Divisi Humas (Kadiv Humas) Mabes Polri Irjen Abubakar Nataprawira masih mengatakan bahwa nasib koleganya ini baru akan ditetapkan jika sudah ada putusan pengadilan.

RDI

Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Inilah Masjid "Milik" Wiliardi Wizar...


Selasa, 5 Mei 2009 | 17:09 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Tak hanya meninggalkan kesan sebagai pemimpin yang baik, Kombes Wiliardi Wizar pun sempat meninggalkan kenang-kenangan saat menjabat sebagai Kepala Polres Jakarta Selatan. Sebuah masjid yang diberi nama Nur Abu Wizar berdiri megah di samping Polres, di Jalan Wijaya, Kebayoran Baru.

Sesuai namanya, masjid ini didirikan atas peran besar Willy. Menurut salah seorang pengurus masjid yang enggan disebutkan namanya, dulu ada satu orang tokoh masyarakat, H Abu Bakar. Ia berniat mendirikan masjid di lokasi itu. Namun, rencana itu baru bisa terwujud saat Willy menjabat sebagai kepala Polres.

Peletakan batu pertama pada masjid itu dilakukan pada 21 Juli 2006, yang dilakukan oleh Willy dengan H Abu bakar. Akhirnya, masjid Annur, yang semula hanya masjid kecil, berubah menjadi masjid megah yang diberi nama Nur Abu Wizar.

Masjid dua lantai tersebut memiliki luas 20 x 31 meter persegi. Pada bagian luarnya dicat dengan warna putih kombinasi hijau, serta diukir dengan beberapa tulisan kaligrafi. Nuansa hijau pun terlihat pada bagian dalam masjid, baik di lantai satu maupun dua. Pada bagian atas sisi timur masjid terdapat susunan keramik yang bertuliskan Abuba.

Pada saat pembangunan, Willy kerap kali menyambangi pembangunan tersebut. "Pak Willy memang suka datang, tapi saya enggak tahu apa yang diinstruksikan," kata si penjaga masjid.

Menurutnya, untuk pembangunan masjid Nur Abu Wizar tersebut, seluruh tenaga berasal dari pihak Abu, sedangkan Kapolres hanya sebatas pemantau. Sebelum pembangunan selesai, masa jabatan Willy berakhir. Namun, pembangunan masjid tersebut tetap berlangsung. "Kan dananya bukan dari Kapolres, dananya berasal dari Pak Abu dan jemaah masjid lainnya," ujar pengurus masjid tersebut.

Diperkirakan, masjid yang berdiri tegap di halaman Polres Jakarta Selatan ini pembangunannya menghabiskan dana sebesar Rp 2 miliar. Sekitar 2.000 jemaah dapat tertampung di dalamnya. Sampai saat ini, masjid tersebut masih digunakan untuk shalat bagi para jajaran kepolisian Polres Jakarta Selatan dan warga setempat.

Nama Wizar akan tetap terpatri di tembok gedung sebagai seorang yang berjasa dalam pembangunan rumah ibadah ini. Namun, bagaimana kelanjutan nama baik Wizar, tergantung pada hasil pemeriksaan polisi terhadap kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnen....

RDI

Sumber: Kompas

Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Istri Wiliardi Wizar Larang Anaknya Nonton TV dan Baca Koran


Rabu, 6 Mei 2009 | 08:01 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Tuduhan berat terlibat dalam kasus pembunuhan atas Nasrudin Zulkarnaen membuat keluarga Kombes Pol Wiliardi Wizar syok. “Saya tertekan oleh penilaian semua orang. Bagaimana, apa mungkin suami saya berbuat seperti itu,” kata Ny Nova, istri Kombes Pol Wiliardi Wizar di Jakarta, Selasa (5/5) siang.

Ny Nova mengaku sudah menemui suaminya di tahanan untuk menanyakan tuduhan dan berbagai pemberitaan seputar pembunuhan Nasrudin, Direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB). “Bapak tidak seperti itu. Pemberitaan di media menyudutkan kami. Anak-anak percaya papanya tidak seperti yang diberitakan,” ujarnya.

Sejenak menghela napas, Nova menuturkan, Wiliardi saat ini diperiksa penyidik. Kondisi fisiknya sehat, tapi psikis mulai lemah. Nova diperbolehkan menjenguk Wiliardi setiap hari bersama anak-anaknya.

Dari penuturan suaminya, Ny Nova menyebut Wiliardi merupakan korban persekongkolan dan terjebak atas nama persahabatan. “Bapak terlalu percaya, tidak curiga pada teman. Solidaritasnya tinggi. Katanya, kita ambil hikmah dari cobaan ini untuk selalu hati-hati di masa depan. Ini ujian Allah, pasti ada berkah di balik ini. Saya selaku istri mohon doa agar Bapak lepas dari masalah ini,” kata Nova.

Diungkapkan, anak-anaknya tertekan karena teman-temannya di kampus sudah mengetahui statusnya sebagai anak Wiliardi dan tanya-tanya soal kasus Nasrudin. "Jujur, saya kasihan pada anak-anak. Saya tidak mau terlihat lemah di mata mereka,” lanjut Nova.

Ia mengaku tetap bertahan karena dukungan dari teman-teman, kerabat, dan sahabat yang respek terhadap suaminya. Berulang kali ia menyatakan suaminya tidak bersalah. "Pimpinan (Polri) mengizinkan istri, anak-anak, dan keluarga dekat menjenguk. Saya khawatir Bapak putus asa. Wajar kalau ia syok,” ujar Nova.

Agar anak-anaknya tidak larut dalam kesedihan dan rasa tertekan, Ny Nova minta mereka tidak menonton televisi atau membaca media cetak. "Anak saya lihat berita di televisi dan di koran, papanya disudutkan seperti itu. Saya bilang tidak usah baca koran, tidak usah nonton televisi. Kalau ada teman yang bertanya, bilang papa tidak seperti itu,” ujar Nova dengan suara bergetar. Tak banyak yang dapat dilakukannya selain berdoa dan memberi semangat pada suami untuk tetap bertahan.

Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Komjen Susno Duadji menyebut keterlibatan tersangka Kombes Pol Wiliardi Wizar dalam kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen karena ingin naik pangkat. Namun, Wiliardi mengungkapkan kepada istrinya, ia dituduh terlibat karena terlalu percaya kepada teman.

“Ia bukan merancang. Ia ikut cari-cari orang, berunding-berunding. Kan alasannya supaya naik pangkat,” ujar Susno Duadji di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (5/5). Menurut dia, Wiliardi berunding dengan tersangka lainnya, yakni Komisaris Penerbit Koran Merdeka Sigid Haryo Wibisono atas perintah langsung Ketua KPK Antasari Azhar. Namun, Susno tidak menjelaskan lebih lanjut apa yang dimaksud dengan naik pangkat tersebut. “Ya mestinya kalau polisi, yang memerintah atasannya langsung. Kalau dia diperintah orang lain,” kata Susno.


Sumber : Persda Network

Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Wiliardi Dicopot dari Jabatan


Rabu, 6 Mei 2009 | 13:56 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Sarie Febriane

JAKARTA, KOMPAS.com — Salah satu tersangka pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, Komisaris Besar Wiliardi Wizar, akhirnya dicopot dari jabatannya di Mabes Polri. Sebelumnya, Wiliardi menjabat Kepala Subbidang Pariwisata di Direktorat Pengamanan Obyek Khusus, Badan Pembinaan dan Pengamanan, Mabes Polri.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Polri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri, Rabu (6/5), seusai meresmikan Gedung Pertemuan Astagina di Mabes Polri. "Ya, sudah tidak ada," kata Kepala Polri membenarkan apakah Wiliardi telah dicopot dari jabatan.

Wiliardi tersangkut perkara pembunuhan terhadap Nasrudin karena diduga berperan sebagai penghubung dan pencari para eksekutor di lapangan untuk menembak Nasrudin.

Selasa kemarin, polisi dari Polda Metro Jaya menggeledah rumah tersangka lainnya, Sigid Haryo Wibisono, Komisaris Utama PT Pers Indonesia Merdeka, di Jalan Pati Unus, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Di rumah tersebut, ketiga tersangka, yakni Antasari Azhar, Sigid Haryo, dan Wiliardi Wizar, melakukan pertemuan.

Dalam "proyek" pembunuhan itu, Sigid berperan sebagai penyandang dana dengan menyerahkan uang Rp 500 juta kepada Wiliardi. Wiliardi diduga bersedia terlibat karena mengharapkan kariernya segera meningkat dengan naik pangkat dan jabatan. Hal itu juga dibenarkan oleh Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komisaris Jenderal Susno Duadji.


Sumber: Kompas


Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Jangan Sampai Antasari Seperti Anwar Ibrahim


Rabu, 6 Mei 2009 | 14:05 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Tim kuasa hukum Antasari Azhar berharap Pemerintah Indonesia berhati-hati terkait penahanan kliennya. Pasalnya, diduga ada konspirasi mengorbankan Antasari.

"Jangan sampai terjadi seperti di Malaysia, seorang Wakil Perdana Menteri (Anwar Ibrahim) dijatuhkan, tapi ternyata MA membebaskannya," ujar Farhat di depan rumah tahanan narkoba Polda Metro Jaya, Rabu (6/5).

Terkait surat penangguhan penahanan, Farhat mengatakan, surat tersebut sudah rampung. "Mungkin dalam satu atau dua hari akan segera diserahkan," ujarnya.

HIN

Sumber: Kompas



Bookmark and Share

Klik selengkapnya...

SBY Teken SK Pemberhentian Antasari Sore Ini


Rabu, 6 Mei 2009 | 15:16 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Staf Khusus Kepresidenan Bidang Hukum Denny Indrayana mengatakan, sore ini Presiden SBY akan menandatangani SK pemberhentian sementara Ketua KPK nonaktif, Antasari Azhar. Siang tadi Presiden menyatakan, pemberhentian sementara Antasari Azhar dari jabatan Ketua KPK harus dilakukan sesuai dengan mekanisme hukum yang berlaku, bukan berdasarkan tekanan.

Presiden yang berbicara sebelum memulai rapat dengan tiga menteri koordinator Kabinet Indonesia Bersatu di Kantor Kepresidenan, Jakarta, mengatakan, pemberhentian Antasari dari jabatan Ketua KPK harus dilakukan sesuai aturan dalam UU No 30 Tahun 2002 tentang KPK.

"Apa yang kami lakukan ini sesuai dengan sistem yang berlaku sambil menegakkan asas praduga tak bersalah. Tolong dibiasakan bekerja sesuai UU yang berlaku dan sistem, bukan karena tekanan siapa-siapa. Dengan demikian akuntabel yang kami lakukan," tutur Presiden.

Presiden mengatakan, ia telah mendapat laporan dari Menteri Sekretaris Negara Hatta Radjasa bahwa pihak kepolisian sudah mengirimkan surat pemberitahuan status Antasari sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan Direktur Utama PT Rajawali Putra Banjaran Nasrudin Zulkarnaen.

ABI
Sumber : Ant

Sumber: Kompas




Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Aib Antasari Bukan Aib KPK


Rabu, 6 Mei 2009 | 17:31 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Ditetapkannya Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) nonaktif Antasari Azhar sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan pengusaha Nasrudin Zulkarnaen memang mengejutkan. Namun, bukan berarti aib Antasari ini dapat disebut pula sebagai aibnya KPK.

Oleh karena itu, pengamat politik Bachtiar Effendi tidak setuju dengan pernyataan Indonesia Corruption Watch (ICW) yang menyebutkan bahwa tuduhan yang diberikan kepada Antasari merusak citra kolektif KPK. Bukan itu saja, justru dapat memperlemah kinerja KPK. "Saya tidak setuju dengan pernyataan ICW itu," ujar Bachtiar seusai diskusi di Gedung DPD, Rabu (6/5).

Menurut Bachtiar, masyarakat harus menggarisbawahi bahwa dalam pemberantasan korupsi, KPK tidak bekerja sendiri. KPK didukung oleh koordinasi yang baik dengan sejumlah institusi lainnya. Selain itu, sistem kepemimpinan di tubuh KPK sendiri bersifat kolegial sehingga ketika salah satu pimpinan berhalangan, kinerja KPK tidak akan mandek mendadak. "Pimpinan bisa diganti oleh pimpinan lainnya," tandas Bachtiar.

LIN


Sumber: Kompas

Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Tensi Darah Antasari Mendadak Tinggi


Rabu, 6 Mei 2009 | 18:03 WIB
Laporan wartawan KOMPAS C. Windoro AT.

JAKARTA, KOMPAS.com — Tensi darah tersangka Ketua KPK nonaktif Antasari Azhar mendadak tinggi. Ia dilaporkan mengalami trauma melihat puluhan wartawan dari balik ruang pemeriksaan di Polda Metro Jaya, Rabu (6/5) sore. Akibatnya, pemeriksaan terhadap Antasari untuk sementara dihentikan.

Menurut sumber Kompas di Polda Metro Jaya, kepada penyidik, Antasari mengatakan tidak ingin dirawat di rumah sakit karena takut menghadapi wartawan. Antasari minta agar, jika terjadi sesuatu terkait dengan kesehatannya, ia minta dirawat di ruang tahanan Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya.

Pengamatan Kompas, sampai sore ini belum tampak kendaraan ambulans disiapkan. Meski demikian, sejumlah dokter dan perawat sudah ada di ruang tahanan Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya.


Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Rani Pernah Bujuk Antasari

Rabu, 6 Mei 2009 | 18:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — M Assegaf, salah satu kuasa hukum tersangka kasus pembunuhan terhadap Antasari Azhar, yang juga mantan ketua KPK, mengakui bahwa Rani Juliani (22) pernah menemui kliennya di Hotel Mahakam, Jakarta, tiga tahun lalu. Saat itu, Antasari tengah menunggu dua orang tamunya, yang tidak dirinci Assegaf.

"Waktu itu Rani meminta Antasari untuk bergabung lagi menjadi member di tempatnya bekerja," ujar Assegaf di depan rumah tahanan narkoba Polda Metro Jaya, Rabu (6/5).

Tidak lama setelah Rani datang, Nasrudin pun menyusul. Menurut Assegaf, waktu itu Antasari dan Nasrudin hanya membicarakan beberapa kasus yang tengah ditangani. Tidak jelas berapa lama mereka bertemu hotel yang terletak di kawasan Jakarta Selatan tersebut.

Sebelumnya, Rani, yang berprofesi sebagai caddy di Lapangan Golf Modernland, Tangerang, disebut-sebut sebagai istri ketiga Nasrudin. Nasrudin menikahi Rani secara siri.

HIN

Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Kamis, Mei 07, 2009

Rani Juliani di Mata Ny Antasari


Kamis, 7 Mei 2009 | 09:15 WIB

KEHADIRAN Rani Juliani, caddy (pemandu golf) Padang Golf Modernland, dalam kehidupan Ketua KPK nonaktif, Antasari Azhar, baru diketahui istrinya, Ny Ida Laksmiwati, ketika berita mengenai pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen ramai diberitakan media massa.

“Awalnya saya melihat berita di televisi. Kemudian saya bertanya kepada Bapak mengenai kebenaran berita itu. Bapak bilang tidak terlibat. Saya percaya pada penjelasan Bapak dan tidak tanya-tanya lagi,” kata Ida di Jakarta, Rabu (6/5).

Kedua anak Antasari bersekolah di Australia, dan mereka mengetahui persoalan yang menimpa ayahnya dari pemberitaan di internet. “Saya berusaha menjelaskan kepada mereka bahwa papa tidak mungkin melakukan perbuatan seperti itu. Mereka percaya karena tahu persis bagaimana ayahnya,” tambah Ny Ida.

Ia juga mengaku mengetahui hobi Antasari bermain golf. ”Saya tidak pernah melarang atau keberatan terhadap hobi Bapak main golf karena beliau juga tidak pernah menghalangi aktivitas saya,” katanya.

Saat nama Rani disebut dalam kasus itu, Ny Ida sempat menanyakan kepada Antasari. “Bapak mengatakan, dia (Rani) adalah pegawai golf. Beliau memang kenal. Wajar kan kalau pemain kenal dengan pegawai golf. Saya tak punya prasangka buruk pada Bapak,” ungkapnya.

Karena percaya betul dengan sang suami, Ny Ida tidak menanyakan lebih lanjut mengenai Rani Juliani. “Setelah dijelaskan dan saya memahami, saya tidak bertanya lagi. Pernyataan dan penjelasan Bapak membuat saya percaya,” kata Ny Ida.

Di mata perempuan tersebut, Antasari bukan tipe pria romantis. “Biasa-biasa saja. Beliau hanya mencium saya pada saat ulang tahun perkawinan, ulang tahun saya, atau momen khusus lainnya,” ujarnya tersenyum.

Apa kebiasaan Antasari yang selalu diingat Ny Ida? Menurutnya, begitu bangun di pagi hari, Antasari lebih dulu mencari koran. “Begitu bangun, yang dicari lebih dulu adalah koran, bukan cari saya. Mungkin beliau lebih cinta koran daripada saya,” ujar Ny Ida berseloroh.

Apa tidak cemburu? “Memang kesukaan Bapak setiap bangun pagi itu baca koran. Kalau koran belum diantar, Bapak selalu tanya-tanya, mana ini korannya kok belum datang. Saya cemburu pada koran,” katanya sambil tersenyum.

Setelah Antasari menghuni sel tahanan Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya mulai Senin (4/5) lalu, Ny Ida mengaku tidak kesepian. “Di malam hari, Bapak biasa tidur lebih dulu, sedangkan saya belakangan. Jadi kalau sekarang Bapak tidak bisa tidur di rumah, ya tidak jadi masalah buat saya,” katanya.

Hanya saja, ada sedikit perbedaan yang dirasakannya, yaitu tidak ada lagi orang yang menyalaminya ketika hendak berangkat ke kantor. “Setiap kali hendak berangkat ke kantor, Bapak selalu menyalami saya,” katanya.

Menjawab pertanyaan apa yang membuat Ny Ida tertarik pada sosok Antasari di masa muda, ia menceritakan pria berkumis tebal itu berani meminang dirinya di kantor orangtuanya. “Bapak saya waktu itu bilang, kalau ingin meminang harus berani datang ke kantor beliau. Itu yang kemudian dilakukan Pak Antasari,” katanya mengenang.

Ny Ida mengaku, setelah Antasari ditahan banyak ucapan, baik melalui telepon maupun SMS, bernada simpati kepada dirinya. “Keluarga, kenalan, dan handai taulan, semua memberi dukungan simpati kepada keluarga kami,” katanya. (persda network/feb)

Sumber : Persda Network

Sumber: Kompas




Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Rani Memang Biasa Layani Jaksa


Kamis, 7 Mei 2009 | 09:21 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Rani Juliani yang namanya disebut-sebut sebagai istri ketiga Direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PBR) Nasrudin Zulkarnaen biasa melayani para jaksa yang bermain golf. Termasuk Antasari Azhar.

"Caddy di Modernland melayani jaksa yang bermain golf di sana, termasuk Antasari Azhar," kata kuasa hukum Ketua KPK nonaktif, Antasari Azhar, M Assegaf, seusai mendampingi pemeriksaan kliennya di rumah tahanan (rutan) Narkoba Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (6/5) malam.

Menurut Assegaf, sejak Antasari Azhar menjadi anggota KPK, dia tidak lagi bermain golf di Modernland, sementara Rani Juliani berhenti menjadi caddy dan melanjutkan kuliah.

ABI
Sumber : Ant

Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Rani Kirim SMS ke Antasari

Kamis, 7 Mei 2009 | 09:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Menurut pengacara Antasari Azhar, M Assegaf, selain meneruskan kuliah, Rani Juliani juga menjadi petugas pemasaran di Lapangan Golf Modernland. Rani menawarkan kepada Antasari untuk menjadi anggota lagi di lapangan golf tersebut.

"Rani Juliani minta Antasari Azhar untuk memperpanjang keanggotaan (Modernland)," katanya. Dalam penawaran tersebut, Rani mengirimkan pesan singkat (SMS) kepada Antasari Azhar, termasuk menerima SMS dari Direktur PT PBR Nasrudin Zulkarnaen yang menyebutkan kasus-kasus korupsi.

Kemudian, kata dia, Antasari Azhar menyuruh keduanya bertemu di Hotel Grand Mahakam, Jakarta Selatan, karena dirinya juga sedang menunggu ustadz atau gurunya. "Antasari Azhar (di Hotel Grand Mahakam) tengah menunggu gurunya," katanya.

Sebelumnya dilaporkan, Direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB) Nasrudin Zulkarnaen menyerahkan berkas korupsi di BUMN kepada Antasari Azhar di Hotel Grand Mahakam, Jakarta Selatan. Demikian dikatakan kuasa hukum Antasari, Juniver Girsang, seusai mengikuti pemeriksaan terhadap kliennya di Rumah Tahanan (Rutan) Narkoba Polda Metro Jaya, Rabu.

"Pertemuan di Grand Mahakam menyerahkan dokumen yang ada informasi dengan dugaan korupsi di BUMN," katanya. Saat ditanya korupsi BUMN itu soal RNI atau impor gula, ia enggan menjawabnya.

Nasrudin Zulkarnaen menjadi korban penembakan setelah bermain golf di Modernland pada 14 Maret 2009. Dalam kasus itu, Polda Metro Jaya menetapkan sembilan tersangka, di antaranya, mantan Kapolres Jakarta Selatan Kombes Pol Wiliardi Wizar, Antasari Azhar, dan bos salah satu surat kabar, Sigid Haryo Wibisono.

Polda Metro Jaya sampai sekarang belum menjelaskan motif perbuatan Antasari Azhar hingga harus ditetapkan sebagai tersangka.

ABI
Sumber : Ant

Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Rani-Nasrudin Menikah Siri pada Juni 2007

Kamis, 7 Mei 2009 | 13:39 WIB

TANGERANG, KOMPAS.com — Salah satu tetangga Rani Juliani, Parno Sonjaya (54), mengatakan, keluarga istri ketiga Nasrudin Zulkarnaen tersebut tidak berpamitan saat meninggalkan rumahnya di Jalan Kyai Maja RT 01 RW 04, Kampung Kosong, Kelurahan Panunggangan, Pinang, Tangerang.

"Tetangga tidak ada yang tahu ketika keluarga Rani meninggalkan rumahnya," kata Parno di Tangerang, Kamis (7/5).

Padahal, menurut Parno, kedua orangtua Rani, yakni Endang M Hasan dan Engkus, termasuk keluarga yang senang bergaul dengan tetangga dan sering mengikuti kegiatan pengajian di sekitar rumahnya.

Parno mengatakan, keluarga Rani meninggalkan rumahnya sekitar tiga hari setelah kejadian penembakan yang menewaskan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen pada 14 Maret.

Ia menuturkan, tetangga tidak ada yang pernah memergoki salah satu keluarga Rani berkunjung ke rumahnya tersebut. Parno merupakan tokoh agama di kampungnya sehingga pernah diminta untuk menyaksikan pernikahan siri antara Rani dan Nasrudin sekitar Juni 2007.

Ia mengungkapkan, pernikahan siri Rani tersebut disaksikan keluarga besar orangtua Rani dan Nasrudin.

ABI
Sumber : Ant


Sumber: Kompas


Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Gula-gula Rani

Kamis, 7 Mei 2009 | 20:56 WIB

KOMPAS.com — SAAT Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen (50) tewas, muncul banyak sangkaan. Maklum, ada tiga nama besar yang terseret menjadi tersangka. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi nonaktif Antasari Azhar, Komisaris Utama PT Pers Indonesia Merdeka Sigid Haryo Wibisono, serta Mantan Kapolres Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Wiliardi Wizar. Kasus pun dihubung-hubungkan dan dibedah dengan teori konspirasi.

Cara dan lokasi pembunuhan dianggap justru ingin menunjukkan kepada publik bahwa ada hal yang lebih besar ketimbang pembunuhan itu sendiri.

Aneh bahwa pelaku tidak mengubah nomor polisi sepeda motor dengan yang palsu sehingga kasus mudah terbongkar. Aneh bahwa pelaku menggunakan senjata api dan bukan senjata tajam. Bukankah dampak beritanya justru menjadi lebih besar saat pelaku membunuh dengan senjata api?

Aneh bahwa pelaku membunuh saat korban berada di mobil mewahnya. Mengapa bukan saat pelaku tidak dengan mobilnya? Aneh juga bila ini semua cuma dianggap para pelaku dan perancang pembunuhan teledor.

Saat Kapolri Bambang Hendarso Danuri mengumumkan ada sembilan tersangka, spekulasi berbasis teori konspirasi kian berkembang. Ada dugaan saling memeras dan bersekongkol di antara Nasrudin, Antasari, Sigid, dan Wiliardi.

Dari hasil penyelidikan sementara, polisi menduga, Antasari minta bantuan Sigid untuk membereskan Nasrudin. Sigid lalu menghubungi Wiliardi dan menyerahkan uang Rp 500 juta.

Wiliardi lalu melibatkan dua perantara lain, Jr dan Ed. Ed lalu menyerahkan uang dan meminta empat pelaku membunuh Nasrudin. Tuduhan polisi tentu saja dibantah para pengacara tersangka.

Rani Juliani
Saat kisah-kisah yang diwarnai teori konspirasi surut. Media massa mulai menyajikan berbagai pemberitaan Rani Juliani (22). Maklum, buat publik, tokoh ini menggoda buat diikuti.

Buat media massa, ia bisa masuk berita infotainment, politik dan hukum, maupun berita kriminal. Perempuan kelahiran Tangerang, 1 Juli 1986, ini bisa menjadi pergunjingan elok di antara ibu rumah tangga, kalangan politisi, bahkan para pengusaha.

Sosok Rani ber-rating tinggi. Bisa diolah dengan berbagai resep. Asmara, darah, petualangan, air mata, dan perselingkuhan.

Rani adalah anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Endang M Hasan (45) dan Kuswati (40). Mereka tinggal di lingkungan RT 1 RW 4 Kampung Kosong, Kelurahan Penanggungan Utara, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang.

Rani mengenal Antasari dan Nasrudin di lapangan golf saat ia menjadi caddy (pemandu golf). ”Statusnya (sebagai caddy) freelance. Sebab, kami menggunakan jasa pihak ketiga untuk penyediaan caddy. Begitu juga saat dia menjadi marketing, juga tidak berstatus sebagai karyawan,” kata General Manager Eksternal Modernland Herman Halim.

Sambil bekerja, Rani kuliah di Sekolah Tinggi Manajemen Ilmu Komputer. Ia mengambil diploma tiga jurusan manajemen informatika dengan konsentrasi sistem informasi manajemen.

Menurut Endang dan ketua RT, M Sidik, Rani menikah di bawah tangan dengan Nasrudin tahun 2007. Keduanya menikah di depan penghulu Amil Sanjaya, dengan wali, Endang.

Meski sudah menikah, Nasrudin dalam sepekan hanya sesekali mampir, dan tak pernah menginap. Parmin, sopir Nasrudin, pun hanya mengenal Rani sebagai anak angkat Nasrudin.

Dalam kasus pembunuhan Nasrudin, Rani kemudian dicitrakan sebagai pemicu konflik antara Antasari dan Nasrudin. Rani menjadi motif kasus dan dijadikan saksi kunci oleh polisi. Ia harus dilindungi dan disembunyikan.

Tetapi benarkah? Terasa berlebihan bila Antasari, Sigid, dan Wiliardi mempertaruhkan dirinya hanya demi seorang caddy. Publik akhirnya akan kembali tertarik menunggu skenario besar tentang dugaan saling memanfaatkan dan konflik di antara Nasrudin, Antasari, Wiliardi, dan Sigid.

Lebih-lebih setelah pengacara Sigid mengatakan, Sigid ”menitipkan” Wiliardi kepada Antasari yang diminta membujuk Kapolri memberikan bintang di pundak kepada Wiliardi.

Jika demikian, Rani menjadi sekadar gula-gula kasus pembunuhan Nasrudin. Sekadar pengalih perhatian media massa. (WINDORO ADI)

Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Tato Kupu di Pinggang Rani Juliani

Kamis, 7 Mei 2009 | 22:49 WIB
Laporan wartawan Persda Network Muhammad Ismunadi

KOMPAS.com — Rani Juliani mengidolakan kupu-kupu. Di pinggang seksinya, sebuah tato bergambar kupu-kupu terkadang menyembul dari balik kaus pendek yang dipakai Rani. Halaman depan blog milik Rani juga dipasang logo kupu-kupu besar warna biru.

Kupu-kupu ini identik dengan logo kelompok Slank yang getol mendukung KPK dalam memberantas korupsi. Bahkan, dua kali Slank tampil di KPK untuk memberi suport bagi Ketua KPK Antasari Azhar dkk dalam melawan koruptor.

Dikenal sebagai seorang caddy primadona di Padang Golf Modernland, Rani sadar dirinya memiliki postur tubuh ideal. Selain parasnya yang cantik, perempuan yang diduga terlibat cinta segitiga dengan Ketua KPK nonaktif Antasari Azhar dan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen itu, juga dikenal paling jago mendekati player atau pemain golf.

Sejak menikah siri dengan Nasrudin pun, Rani terlihat makin aduhai. Dia kerap mengenakan pakaian-pakaian seksi yang mempertontonkan keindahan tubuhnya. "Setelah menikah dia sering pake baju-baju seksi. Yang you can see lah atau celana pendek yang segini (sembari menunjuk paha)," ungkap seorang tetangga Rani, yang ditemui Persda Network di depan rumah Rani di Jalan Kampung Kosong, Panunggangan, Tangerang, Banten.

Penampilan seksi bukan satu-satunya hal yang menjadi perhatian warga di sekitar tempat tinggal Rani. Ada sebuah tato di bagian pinggang belakang Rani yang juga menjadi sorotan. Tato bergambar kupu-kupu terlihat saat warga melihat Rani mengenakan pakaian yang sedikit minim.

"Pokoknya setelah menikah, penampilannya berubah. Tambah bahenol. Soal tato juga itu bener ada di bagian (pinggang) belakangnya," kata perempuan yang enggan menyebutkan namanya itu.

Informasi yang beredar, tato kupu-kupu milik Rani merupakan suatu ekspresi kekagumannya terhadap Ketua KPK nonaktif Antasari Azhar. Mengapa kupu-kupu? Binatang itu identik dengan grup musik Slank yang menjadi ikon KPK. Dan pada saat itu KPK dipimpin Antasari, Slank sudah dua kali manggung di Gedung KPK.

Gambar kupu-kupu juga menjadi gambar yang paling menonjol di blog pribadi Rani. Membuka blog yang terdaftar di blogspot.com tersebut maka akan terlihat sebuah kupu-kupu di bagian atasnya. Gambar kupu-kupu itu cukup besar sehingga menarik perhatian. Apalagi dengan warna biru yang terpadu begitu indah.

Kakak tertua Rani, Erwin Budi Riansyah, mengatakan, kalau Rani terlebih dahulu mengenal Antasari sebelum akhirnya menikah siri dengan Nasrudin. Rani kenal Nasrudin di lapangan golf di Padang Golf Modernland Tangerang. Sayangnya, Erwin masih enggan memberikan keterangan lebih jauh tentang adiknya. Kepada wartawan, Erwin menjanjikan konferensi pers pada Minggu (10/5) di kediaman orangtuanya di Jalan Kampung Kosong, Panunggangan, Tangerang.

Sumber : Persda Network

Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Polisi Akan Datangkan Saksi Ahli Untuk Buka Server Sigid

Kamis, 07/05/2009 00:40 WIB
Penembakan Direktur PRB

E Mei Amelia R - detikNews

Jakarta - Polda Metro Jaya telah menyita satu unit server yang berisi rekaman CCTV dari rumah tersangka pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB) Nasrudin Zulkarnaen, Sigid Haryo Wibisono. Untuk mengetahui apa saja yang ada dalam server tersebut, polisi akan mendatangkan saksi ahli.

"Belum ada hasilnya. Kita akan pakai saksi ahli," ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Muhammad Iriawan kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jalan Sudirman, Jakarta Selatan, Rabu (6/5/2009).

Iriawan mengatakan, pihaknya akan mendatangkan saksi ahli bidang IT untuk membuka server tersebut dari luar instansi Polda Metro. Menurutnya, upaya tersebut dilakukan agar polisi tetap bersikap obyektif dalam kasus tersebut.

"Kalau dari kita nggak objektif," katanya.

Pada Selasa (5/5/2009) sore polisi menggeledah kediaman Sigid di Jalan Pati Unus, Jakarta Selatan. Penggeledahan kemudian berlanjut hingga malam ke kantornya di Jalan Ampera Raya No 6 Kemang, Jakarta Selatan.

Dari rumah Sigid, polisi menyita satu unit server yang diduga berisi rekaman CCTV yang merekam pertemuan antara Sigid dengan Antasari Azhar dan Kombes Wiliardi Wizar di rumahnya itu. Namun, hingga kini polisi belum membuka server tersebut. (mei/sho)


Sumber: detikNews



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Nama Antasari Disebut Rani

02/05/2009 13:02 - Kasus Pembunuhan

Liputan6.com, Jakarta: Polisi menetapkan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Antasari Azhar sebagai tersangka pelaku pembunuhan berencana terhadap Nasrudin Zulkarnain. Dalam surat pemberitahuan penetapan status yang diterima Kejaksaan Agung, Jumat (1/5) malam, Antasari disebutkan sebagai otak pelaku perencana pembunuhan yang dapat diancam hukuman mati.

Menurut sumber SCTV, munculnya nama Antasari pertama kali diungkapkan seorang saksi wanita yang telah diperiksa polisi. Saksi tersebut bernama Rani. Wanita ini diduga mempunyai hubungan dekat dengan Antasari. Bahkan, Rani yang masih berstatus mahasiswi ini adalah istri ketiga korban yang telah dinikahi secara siri. Antasari direncanakan diperiksa Kepolisian Daerah Metro Jaya pada Senin (4/5) mendatang [baca: Ketua KPK Diduga Mengetahui Pembunuhan Nasrudin].

Nama Antasari memang dikenal kontroversial. Akhir tahun 2007, walau menuai pro dan kontra, Antasari lolos dalam seleksi yang dilakukan DPR untuk menjadi Ketua KPK. Padahal, rekam jejak Antasari sebagai jaksa dinilai kurang bersih. Namun, dia menjawabnya dengan kerja nyata.

Tidak pandang bulu, beberapa anggota DPR tertangkap tangan melakukan korupsi. Bahkan, besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Aulia Pohan, akhirnya ditahan karena skandal dana Bank Indonesia yang diusut KPK. Tak sampai di situ, mantan rekan sejawatnya di korps kejaksaan yang terlibat kasus korupsi juga ikut dipenjarakan. Sayang, karier cemerlang itu akhirnya menemui batu sandungan.

Sementara itu, keluarga besar Nasruddin di Makassar, Sulawesi Selatan, mengaku bersyukur karena teka-teki pembunuh kerabat mereka mulai terungkap. Meski demikian, keluarga korban tidak mengetahui jika kematian Nasruddin karena dipicu persoalan asmara. Sebelum terjadi peristiwa penembakan, korban hanya berkeluh kesah kepada keluarganya sering mendapat teror dari orang-orang yang tak dikenal.(ADO/Tim Liputan 6 SCTV)


Sumber: Liputan6



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Eksekutor Nasrudin Mengaku Emban Misi Negara

04/05/2009 14:54 - Kasus Pembunuhan

Liputan6.com, Jakarta: Lima dari sembilan tersangka yang menjadi eksekutor pembunuhan Nasrudin Zulkarnain, Direktur PT Putra Rajawali Banjaran, mengaku mendapat perintah WW dan JK. "Mereka adalah korban operasi intelejen yang menyesatkan," jelas MBS Situmorang, kuasa hukum para tersangka, di Jakarta, Senin (4/5). "Informasi yang diterima tersangka, mereka menjalankan misi negara." Kelima tersangka adalah EN, DD, HS, HK, dan Fr.

Sejauh ini, belum ada konfirmasi hasil sementara dari pemeriksaan terhadap para tersangka dan saksi. Rencana konfrensi pers yang seharusnya dilakukan pukul 14.00 WIB, hingga kini belum dilaksanakan. Selain kelima eksekutor, Kepolisian Daerah Metro Jaya juga memeriksa Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi nonaktif Antasari Azhar [baca: Antasari Azhar Diperiksa Polda Metro Jaya].(OMI/Asti Megasari)


Sumber: Liputan6



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Antasari Azhar Jadi Tersangka Kasus Pembunuhan Nasrudin

Kasus Pembunuhan

01/05/2009 20:14 -

Liputan6.com, Jakarta: Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnain. Pemberitahuan status Antasari itu diterima Kejaksaan Agung dari Mabes Polri.

Menurut Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung M Jasman Panjaitan, Jumat (1/5), surat dari Mabes Polri ditandatangani Kepala Bagian Reserse dan Kriminal Komisaris Jenderal Sisno Duadji. Dalam surat itu disebutkan, untuk kelancaran penyidikan kasusnya diberitahukan kepada Jaksa Agung dan pimpinan KPK bahwa Polri akan melakukan pemanggilan paksa. Surat itu juga menyebutkan Antasari dikenai pasal 340 Kitab Undang-undang Hukum Pidana tentang pembunuhan berencana. Antasari berperan sebagai otak pelakunya [baca: Ketua KPK Diduga Mengetahui Pembunuhan Nasrudin].

Menanggapi kasus ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui juru bicaranya Andi Mallarangeng menyatakan menyerahkan sepenuhnya kasus ini kepada kepolisian. Menurut sumber SCTV, munculnya nama Antasari pertama kali diungkapkan seorang saksi wanita yang telah diperiksa polisi. Kemudian sejumlah tersangka lainnya juga menyebutkan nama Ketua KPK tersebut.(IAN/Isa Ansyori)


Sumber: Liputan6

Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Pascanikah, Nasrudin Kunjungi Rhani 1-2 Minggu Sekali

Penembakan Direktur PRB

Kamis, 07/05/2009 01:01 WIB
Didi Syafirdi - detikNews

Jakarta - Setelah menikahi Rhani Juliani, Nasrudin Zulkarnaen tidak setiap hari mengunjungi istri barunya itu. Direktur PT Putra Rajawali Banjaran itu mengunjungi Rhani 1-2 minggu sekali.

"Setelah nikah, Nasrudin yang dikenal sebagai pilot dan biasa dipanggil Om Zul paling datang seminggu atau 2 minggu sekali. Setahu saya dia tidak pernah menginap. Kalaupun datang agak malam pasti malamnya pulang," ujar salah seorang tetangga Rhani yang menjadi saksi pernikahan siri keduanya, Haji Parno Sanjaya.

Hal itu dia katakan kepada detikcom saat ditemui di rumahnya di RT 03/RW 04, Kampung Kosong, Panunggangan Utara, Kecmatan Pinang, Tangerang, Rabu (6/5/2009).

Sementara itu, menurut Ketua RT 01/RW 04 Kampung Kosong, penembakan Nasrudin sempat membuat geger warga di sekitar rumah Rhani. Mereka baru tahu peristiwa tersebut sehari setelah penembakan, yakni Minggu 15 Maret.

"Setelah ada kejadian penembakan, warga sekitar pada geger dan tidak menyangka kalau yang jadi korban itu suaminya Rhani," tutur Sidik.

Hari itu juga warga melihat rumah Rhani kedatangan tamu yang membawa mobil Toyota Avanza. Sekitar pukul 10.00 WIB, Rhani beserta bapak dan ibunya dijemput oleh tamu tersebut.

"Tapi tidak tahu orang itu siapa dan (Rhani) dibawa kemana. Sampai saat ini juga tidak ada kabar beritanya dia kemana," tutup Sidik. (sho/nvc)


Sumber: detikNews



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Kenapa Saya Dituduh Membunuh?

Rabu, 6 Mei 2009 02:59 WIB

SEMANGGI (Pos Kota) – Sehari ditahan di penjara Narkoba Polda Metro Jaya, wajah Ketua KPK non aktif Antasari Azhar, tampak kusut. Namun ia tetap tegar. Dari sorot matanya terpancar kalau ia shock dituduh terlibat pembunuhan berencana terhadap Nasrudin Zulkarnain. Selain itu, pria yang getol memberantas korupsi ini diancam hukuman mati.

Pukul 12:30, Pos Kota berhasil mewawancarai secara khusus dengan Antasari Azhar. Didampingi pengacaranya, Juniver Girsang SH, tersangka bersikeras tidak terlibat peristiwa pembunuhan yang menghebohkan itu, keluar dari dari tempat ia ditahan di ruang A 10. Langkah kakinya tampak berat, sehingga jalannya tersendat.

Hanya mengenakan celana pendek putih dan baju kaos berkerah, juga warna putih, Antasari mengambil tempat duduk di pojok ruangan tempat keluarga tahanan biasa berkumpul. Selain Juniver Girsang, tersangka pembunuh ini didampingi seorang keluarganya dan dua polisi yang mengawalnya secara khusus. “ Selamat siang Pak. Kenalkan ini wartawan Pos Kota yang hendak bertemu Bapak, “ kata Juniver Girsang.

“ Oh… ya. Alhamdullilah, kita bisa bertemu di sini, “ jawab Antasari, sambil menyodorkan tangan untuk bersalaman.

Saat itu, wajah Antasari sedikit berubah cerah. Sambil senyum, Antasari mengeluarkan secarik kertas dari saku celana pendeknya. “ Tadi malam, di kertas ini saya tulis apa yang saya alami, “ ujar pria ganteng berkumis lebat itu membuka pembicaraan.

SAYA DIDZOLIMI

Kepada Pos Kota, Antasari menjelaskan usai salat tahajud, ia merenung di ruang tempat ia ditahan meminta petunjuk dari Allah . “ Dari renungan itu, saya mengambil kesimpulan kalau saya dizolimi, “ katanya.

“ Apakah Bapak terlibat pembunuhan Nasrudin? “ tanya Pos Kota.
“ Saya tidak mengerti samasekali, kenapa saya dituduh membunuh. Yang saya tahu, saya pernah bercerita masalah pribadi saya dengan orang lain, “ kata Antasari, yang menyebut nama orang lain itu dengan inisial S.

Lebih jauh Antasari menjelaskan, “ Tapi saya tidak pernah menyuruh orang lain melakukan pembunuhan. Tolong jelaskan, di mana keterlibatan saya dalam kasus ini, “ tegas Antasari sedikit emosi.

TUNGGU MUKJIZAT
“ Soal uang Rp500 juta untuk membayar pembunuh bayaran itu bagaimana, “ kejar Pos Kota.
“ Demi Tuhan, saya tidak tahu uang itu berasal darimana. Bagaimana saya bisa dituduh sebagai orang yang mendalangi pembunuhan itu, “ jawabnya.
Saat wawancara di ruang rapat tahanan yang dilengkapi dengan AC itu, Antasari tiba-tiba menundukkan kepalanya. “ Saya boleh merokok, “ pinta Antasari kepada petugas jaga. “ Silahkan saja, “ kata petugas.

Dari saku kiri celananya, Antasari mengambil sebungkus rokok Sampoerna Mild. Tanpa canggung, ia menyulut sebatang rokok. Dalam waktu singkat, asap rokok mengepul di ruangan tersebut. “ Menghadapi masalah ini, saya hanya bisa pasrah. Saya mengharapkan akan ada mukjizat dari Allah. Saya yakin, kebenaran akan muncul, “ ujarnya.

Ketika ditanya tentang latar belakang tugasnya sebagai Ketua KPK yang banyak memberantas korupsi, Antasari mengatakan, pasti banyak orang yang tidak suka kepadanya. “ Pasti banyak juga orang yang ingin dekat dengan saya untuk mendapatkan keuntungan. Jika dekat dengan saya, orang tersebut merasa memiliki jasa“ katanya.

“ Saya tidak bisa berbuat apa-apa. Saya patuh dengan proses hukum, “ ujar Antasari menutup pembicaraan.

PENANGGUHAN PENAHANAN
Menghadapi kasus yang menimpa kliennya ini, Juniver Girsang mengatakan, sangat tidak mungkin kalau Antasari terlibat perencanaan pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkaenain. “ Alasan polisi Antasari terlibat pembunuhan sulit dibuktikan secara hukum, “ kata Girsang.

Menurut Girsang, dalam waktu dekat pihaknya akan membuat surat penangguhan penahanan kepada Kapolda Metro Jaya Irjen Pol. Drs. Wahyono. “ Saya berharap Pak Antasari bisa ditahan luar, “ tegasnya.

Ditanya soal Rani, pengacara muda ini mengatakan, Antasari memang kenal dengan Rani sejak 3 tahun lalu. “ Semua pemain golf di Modernland pasti kenal dengan Rani yang bertugas sebagai caddy, “ ujar Girsang.

RANI DIJAGA KETAT
Situasi Aparteman Bidakara, di kawasan Jakarta Selatan, tempat Rani dan keluarganya diamankan, penjagaan terlihat mencolok. Rani, saksi kunci kasus pembunuhan Zulkarnain yang melibatkan Ketua KPK, politisi, perwira polisi, dan tokoh pemuda itu, diawasi keselamatan jiwanya.

Selain Rani, di lantai satu apartemen tersebut, juga diamankan Fahmi, sopir pribadi Nasrudin. Sopir ini juga akan jadi saksi kunci. Tidak sembarang orang bisa masuk ke lantai satu, tempat kedua saksi ini menginap.

Di pintu masuk apartemen, sejumlah satpam berjaga-jaga. Sesekali tampak polisi keluar dari ruangan tersebut. Indri, penghuni apartemen mengatakan, ia tidak melihat ada kesibukan di lantai satu. “Saya nggak lihat apa-apa Mas, karena di ruangan itu jarang ada yang keluar masuk,” ujar Indri yang kamarnya tak jauh dari lokasi Rani dan Fahmi diamankan.

Sedangkan pantauan dari depan apartemen, nampak petugas satpam menjaga ketat pintu masuk dan keluar. (edi/wandi/r)


Sumber: Poskota Online



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Selasa, Mei 05, 2009

Penembakan Direktur PRB Antasari Cs Terancam Hukuman Mati

Senin, 04/05/2009 16:56 WIB

E Mei Amelia R - detikNews

Jakarta - Seluruh tersangka kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, mulai dari eksekutor hingga Antasari Azhar terancam hukuman mati. Pasal yang dikenakan yakni 340 KUHP tentang pembunuhan berencana.

"Semua dijerat pasal 340 tentang pembunuhan berencana," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Wahyono di Mapolda Metro Jaya, Jl Sudirman, Jakarta, Senin (4/5/2009).

Menurut Wahyono penerapan pasal itu sudah berdasarkan hasil penyelidikan, dan ditemukan bukti-bukti kuat.

"Sudah dipertimbangkan penyidik, berdasarkan keterangan yang sudah digali dari saksi," jelasnya.

Dalam kesempatan jumpa pers itu, polisi juga menampilkan sejumlah barang bukti yakni senjata api jenis revelover, puluhan uang lembaran Rp 50 ribu, motor Scorpio, proyektil 6 buah, dan 2 selongsong peluru, helm dan beberapa buah handphone.


Sumber: detikNews
Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Tersangka Pembunuhan Nasrudin Kombes Wiliardi Wizar Mencuat Berkat Mayangsari

Senin, 04/05/2009 16:40 WIB

Nala Edwin - detikNews

Jakarta - Pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen menyeret sejumlah orang top sebagai tersangka, termasuk Kombes Wiliardi Wizar yang pernah menjabat Kapolres Jakarta Selatan.

Salah satu kasus yang cukup menonjol di era kepemimpinan Wiliardi di Polres Jaksel adalah penyerangan rumah Mayangsari di daerah Simprug Golf. Pengerusakan yang terjadi pada 2006 lalu diduga dilakukan Halimah dan dua anaknya, Panji dan Gendis.

Wiliardi pun jadi incaran pers yang ingin mengetahui isu hot sosialita Indonesia itu.

Selain kasus Mayangsari, Wiliardi juga menangani kasus pengerusakan kantor majalah Playboy oleh massa FPI pada April 2006. Kala itu massa FPI memrotes penerbitan majalah itu.

Wiliardi adalah perwira kelahiran Sibolga 22 Maret 1960. Usai berkarier sebagai Kapolres Jaksel, pria kelahiran Sibolga 22 Maret 1960 ini melanjutkan pendidikan di sekolah untuk calon perwira tinggi di Sespati Bandung. Jabatan baru di Mabes Polri menantinya dengan pangkat brigjen.

Dalam kasus pembunuhan Nasrudin, peran Wiliardi adalah sebagai penghubung dan pemberi perintah kepada Edo untuk mencari eksekutor lapangan.

Dalam kasus ini, sejumlah orang Flores, NTT, diciduk sebagai pelaku lapangan. Wiliardi sendiri pernah menjabat sebagai Kapolres Kupang, NTT, pada tahun 2001. (nal/nrl)

Sumber: detikNews

Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Penembakan Direktur PRB = Kapolda: Rani Meminta Perlindungan

Senin, 04/05/2009 16:46 WIB

E Mei Amelia R - detikNews

Jakarta - Rani Juliani alias Tika keberadaannya misterius. Wanita yang disebut-sebut menjadi pangkal persoalan kasus Nasrudin Zulkarnaen ini kini berada di tempat yang aman di bawah perlindungan polisi.

"Yang bersangkutan minta perlindungan," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Wahyono di Mapolda Metro Jaya, Jl Sudirman, Jakarta, Senin (4/5/2009).

Rani, di persidangan nanti akan menjadi saksi kunci. Keterangannya pun akan sangat berkaitan dengan Antasari Azhar.

"Berdasarkan keterangan-keterangan memang ada yang mengkait ke sana," jelas Wahyono.
(ndr/iy)

Sumber: detikNews


Bookmark and Share

Klik selengkapnya...

Kronologi Lengkap Pengungkapan Kasus Pembunuhan Nasrudin

Senin, 04/05/2009 16:41 WIB

Didit Tri Kertapati, E Mei Amelia R - detikNews

Jakarta - Dalam waktu sekitar satu setengah bulan, polisi berhasil mengungkap tabir di balik kasus pembunuhan Direktur PT PRB Nasrudin Zulkarnaen Iskandar. Pengungkapan kasus ini berawal dari kesaksian para saksi di lokasi penembakan, kemudian polisi menemukan motor Yamaha Scorpio yang digunakan pelaku penembakan.

Setelah itu, polisi kemudian menangkap Heri Santosa, pengemudi Yamaha Scorpio itu di kawasan Menteng Atas, Setiabudi, Jakarta Selatan. Dari pengakuan Heri, kemudian nama para tersangka lainnya terungkap. Kombes Pol Wiliardi Wizar dan Komisaris PT Pers Indonesia Merdeka (PIM) Sigid Haryo Wibisnono kemudian juga ditangkap.

Dalam jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Senin (4/5/2009), Kapolda menjelaskan kronologi pengungkapan kasus pembunuhan Nasrudin ini. Namun, Kapolda menjelaskan kronologi ini dengan menyebut para tersangka dengan inisial-inisial.

Kapolda juga tidak menyebutkan motif pembunuhan terhadap Nasrudin. Kapolda juga belum menyebut peran Antasari Azhar secara jelas dalam kasus ini.

Penjelasan Kapolda tentang ini sama dengan data kronologi pengungkapan kasus Nasrudin yang diterima detikcom. Bahkan, data tersebut sudah mengungkap motif pembunuhan dan peran Antasari. Berikut kronologi lengkap yang didapatkan detikcom:

1. Dari hasil olah TKP yang dilakukan Tim Labfor Mabes Polri dan hasil analisa dari keterangan saksi yang ada di TKP diperoleh informasi bahwa pelaku menggunakan sepeda motor Yamaha Scorpio warna biru dan dibuatkan sketsa wajah pelaku dari keterangan saksi Sarwin yang berada di dekat TKP. Sarwin merupakan saksi yang saat kejadian penembakan, berada hanya 5 meter dari mobil Nasrudin.

2. Selanjutnya dilakukan penyelidikan dan diperoleh informasi adanya seseorang yang memiliki kendaraan roda dua dengan ciri-ciri seperti yang di TKP dengan pemilik bernama Heri Santosa, beralamat di Menteng Atas Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan. Setelah dilakukan pengecekan ke alamat tersebut, ditemukan sebuah sepeda motor Yamaha Scorpio warna biru no pol B 6862 SNY dan selanjutnya dilakukan penangkapan terhadap tersangka Heri Santosa. Heri Santosa mengaku sebagai pengemudi sepeda motor (pilot) dalam penembakan terhadap korban Nasrudin.

3. Heri Santosa mengaku saat kejadian dia mengendarai kendaraan tersebut bersama-sama dengan Daniel yang melakukan penembakan sebanyak dua kali terhadap korban dari arah sisi kiri kendaraan BMW B 191 E warna silver di Jalan Hartono Raya Kompleks Modern Land, sekitar 900 meter dari lapangan Golf Modern Land Tangerang pada Sabtu, 14 Maret 2009 sekitar pukul 14.00 WIB, sesaat setelah korban selesai bermain golf. Dalam pemeriksaan, diperoleh keterangan bahwa Heri Santosa dan Daniel mendapatkan pesanan untuk melakukan pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen dari Hendrikus Kia Walen.

4. Selanjutnya dilakukan penangkapan terhadap Hendrikus Kia Walen di Menteng Dalam Atas Jakarta Pusat. Rumah Hendrikus hanya berjarak sekitar 50 meter dari rumah Heri Santosa. Pengakuan Hendrikus, di lokasi penembakan saat itu adalah Heri Santosa (sebagai pilot), Daniel (sebagai eksekutor) dengan menggunakan sepeda motor Yamaha Scorpio warna biru, sementara Fransiskus Alias Ansidan sdr SEI (sebagai pengawas) dengan menggunakan kendaraan Avanza B 8870 NP. Hendrikus Kia Walen sebagai penerima dan pemberi order. Dari keterangan Hendrikus diketahui bahwa Hedrikus menerima uang sebesar Rp 400 juta dari Edo, dengan perincian: dibagikan ke masing-masing Heri Santoso Rp 70 juta, Daniel Rp 70 juta, Amsi Rp 30 juta, Sei Rp 20 juta, dan sisanya untuk Hendrikus serta biaya operasional sebesar Rp 100 juta.

5. Dari hasil pemeriksaan terhadap Hendrikus diketahui bahwa senjata api yang digunakan jenis Revolver kaliber 38 berikut peluru 6 butir yang masih ada di dalam silinder, dua sudah ditembakkan dan empat masih belum ditembakkan yang ditanam di halaman rumah di Tebet Jakarta Selatan. Selanjutnya senjata api itu disita dan dilakukan uji balistik Labfor Mabes Polri. Hasilnya, peluru itu identik dengan anak peluru yang ditemukan di tubuh Nasrudin.

6. Dari pengakuan Hendrikus, diperoleh keterangan tentang keberadaan Fransiskus. Polisi akhirnya menangkap Fransiskus alias Amsi di Batu Ceper Kali Deres Jakarta Barat. Saat diperiksa, Amsi mendapat uang Rp 30 juta, kemudian Hendrikus memberi dana operasional kepada Fransiskus sebesar Rp 15 juta untuk membeli senjata api dan sebesar Rp 5 juta untuk menyewa kendaraan Avanza.

7. Dari hasil peneriksaan Heri Santosa, dilakukan penangkapan terhadap Daniel (penembak/eksekutor) di Pelabuhan Tanjung Priok sewaktu pulang dari Flores dengan menggunakan kapal laut Silimau. Saat diperiksa, Daniel mengaku mendapatkan pesanan penembakan terhadap Nasrudin dengan mendapat imbalan uang Rp 70 juta.

8. Kepada polisi, Hendrikus mendapat pesanan penembakan terhadap Nasrudin dari Eduardus Ndopo Mbete alias Edo. Kemudian polisi menangkap Edo di rumahnya di Jalan Jati Asih Bekasi. Edo mengakui dan membenarkan pengakuan Hendrikus. Kemudian dilakukan pendalaman terhadap Edo untuk mengetahui motif dan siapa yang menyuruh Edo untuk melakukan penembakan terhadap Nasrudin.

9. Saat diperiksa, Edo mengaku mendapat perintah untuk membunuh korban dari Wiliardi Wizar (Kombes Polisi). Edo bisa bertemu Wiliardi atas prakarsa Jerry. Sebelumnya Wiliardi meminta Jerry untuk mencari orang yang dapat melakukan pembunuhan terhadap Nasrudin. Untuk itu, Jerry kemudian mengatur pertemuan Wiliardi dengan Edo di Halai Bowling Ancol. Selanjutnya dilakukan penangkapan terhadap Jerry di Perumahan Permata Buana Jakarta Barat.

10. Jerry mengaku bahwa Wiliardi bertemu dirinya di Halai Bowling Ancol untuk mencari orang yang dapat melakukan pembunuhan terhadap Nasrudin. Saat itu, dia mempertemukan Wiliardi dengan Edo. Saat itu, Edo dijanjikan imbalan Rp 500 juta. Pada pertemuan itu, diserahkan foto korban dan foto mobil yang biasa digunakan korban kepada Edo.

11. Kepada polisi, Edo mengaku menerima uang sebesar Rp 500 juta dari Wiliardi di lapangan parkir Citos (Cilandak Town Square) Jakarta Selatan. Berdasarkan keterangan Edo dan Jerry, selanjutnya dilakukan penangkapan terhadap Wiliardi Wizar di Taman Ubud Lippo Karawaci Tangerang.

12. Dari pemeriksaan Wiliardi, diperoleh keterangan bahwa uang yang diserahkan kepada Edo berasal dari Sigid Haryo Wibisono dan atas sepengetahuan Antasari. Sebab, saat Sigid memberikan Rp 500 juta kepada Wiliardi, Sigid menelepon Antasari untuk mengkonfirmasi penyerahan uang tersebut sebagai biaya operasional di lapangan. Maka pada hari Selasa 28 April 2009, polisi menangkap Sigid di Jalan Pati Unus 35 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

13. Dari hasil pemeriksaan Wiliardi dan Sigid diperoleh keterangan bahwa yang mempunyai keinginan untuk menghilangkan nyawa Nasrudin adalah Antasari Azhar. Sebab, Nasrudin sering meneror dan memeras Antasari dengan ancaman akan membongkar perselingkuhan Antasari dengan istri siri Nasrudin bernama Rani yang terjadi Hotel Grand Mahakam Kebayoran Baru Jaksel sekitar bulan Mei 2008. Karena ancaman tersebut dirasakan sudah sangat mengganggu baik diri pribadi maupun istri dari Antasari, maka Sigid menghubungi Wiliardi untuk meminta bantuan pembunuhan terhadap Nasrudin. (asy/nrl)


Sumber: detikNews

Bookmark and Share

Klik selengkapnya...

Blogger template 'Purple Mania' by Ourblogtemplates.com 2008

Jump to TOP