Kami Mengucapkan Terimakasih kepada Semua Pihak yang telah membantu Menyukseskan Perhelatan Akbar
Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2009

di Jakarta 3 s.d. 9 Agustus 2009

Sampai Ketemu di OSN Tahun 2010 di Medan, Sumatera Utara

Headline News

NATIONAL NEWS

Translate Here

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini

Minggu, Juli 19, 2009

Bom Mega Kuningan Mirip Bom di Bali dan Cilacap


Sabtu, 18 Juli 2009 | 20:48 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com-Bom yang meledak di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, Jumat ( 17/7 ), mirip bom yang meledak di Bali dan ditemukan di Cilacap baru-baru ini. Namun, polisi belum dapat mengaitkan apakah pelakunya berasal dari jaringan teroris yang sama.

"Ada indikasi beberapa kesamaan bom di Cilacap dan pemboman di Bali. Itu belum bisa ada kepastian, mudah-mudahan segera dapat dipastikan jaringan yang terkait dengan kelompok ini," ujar Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Inspektur Jenderal Polisi Nanan Sukarna dalam konferensi pers di Jakarta Media Center, Sabtu (18/7).

Menurut dia, polisi saat ini fokus pada pengungkapan identitas pelaku bom bunuh diri di Marriott dan Ritz. Tim identifikasi sedang "merekayasa" wajah yang diduga sebagai pelaku bom bunuh diri. "Sekarang sedang direkayasa, agar bisa digambar. Istilah kedokteran itu direkayasa biar kembali utuh. Tolong diyakini, tim ini bisa mengaitkan dengan informasi-informasi dari masyarakat," tuturnya.


BOB

Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Satpam Sempat Sapa Pengebom Bunuh Diri


Sabtu, 18 Juli 2009 | 18:54 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com-Salah seorang satpam yang juga menjadi korban bom JW Marriott, Dikdik Ahmad Taufik, mengaku sempat menegur seorang pria yang diduga kuat sebagai pengebom bunuh diri.

Saat ditemui di Rumah Sakit Jakarta, Dikdik yang menjabat supervisor security di Marriott menuturkan, pada Jumat (17/7) pagi, dirinya sempat bertemu dengan seorang pria bertopi yang membawa tas dan menyeret koper.

"Saya sempat lihat, sempat ketemu. Saya tegur orang itu sekitar pukul 7.00 pagi lebih lah. Saya sapa dia, 'pagi pak, bisa dibantu', " tutur Dikdik, ketika ditemui di RS Jakarta, Sabtu ( 18/7 ). Menurut Dikdik, pria tersebut sempat menjawab, "Ya saya mau ketemu bos saya". Dikdik kemudian menimpali pertanyaan, "Yang mana, siapa?". Pertanyaan tersebut kembali dijawab oleh pelaku. "Ini, saya mau kasih pesanan".

Berdasarkan penuturan Dikdik, pria itu membawa koper dan tas. Dengan ciri-ciri, warga negara Indonesia, kulit berwarna sawo matang, muka bersih tanpa jenggot, tinggi sekitar 172 cm, dan usia sekitar 25 atau 28 tahun.

"Tingginya sekitar saya lah. Saya tidak ada feeling sama sekali, tidak ada firasat karena sudah di dalam. Karena kan pelakunya sudah di dalam dan sudah melewati metal detector," ujarnya.

Setelah bertemu dengan pelaku, lanjut Dikdik, dirinya langsung berbalik menuju lobi. Tidak lama berselang, terdengar bom meledak. "Kira-kira satu menit, langsung duarr," ceritanya.

Akibat kejadian tersebut, Dikdik terpaksa dirawat di kamar 359 RS Jakarta karena menderita luka bakar di bawah telinga kanan, dan excoriasi kaki, muka, dan tangan.


ANI


Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Inilah Data Korban Bom Marriott dan Ritz-Carlton


Sabtu, 18 Juli 2009 | 21:57 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com-Terdapat 62 korban ledakan bom di JW Marriott dan Ritz-Carlton di kawasan Mega Kuningan, Jakarta pada 17 Juli 2009.

Rincian korban sebagai berikut :
Meninggal dunia : 9 Orang
Luka –luka : 53 Orang
Jumlah korban : 62 Orang

Dari 53 korban luka tersebut, warga negara asing sejumlah 16 orang. Sedangkan WN Indonesia yang menjadi korban sebanyak 37 Orang.

Adapun rincian untuk korban luka WNA adalah sebagai berikut :
WN Amerika : 6 Orang
WN Australia : 1 Orang
WN Belanda : 2 Orang
WN Kanada : 2 Orang
WN India : 1 Orang
WN Korea Selatan : 2 Orang
WN Selandia Baru : 1 Orang
WN Norwegia : 1 Orang

Dari 36 warga negara Indonesia yang dirawat di rumah sakit sebanyak 19 Orang (27 sudah pulang), sedangkan dari 19 orang warga negara asing yang masih di rawat sebanyak 8 orang.

Rincian yang dirawat di rumah sakit :
RS MMC : 15 orang (7 WNA & 8 WNI)
RS Jakarta : 10 Orang
RS Pusat Pertamina : 2 orang (1 WNA & 1 WNI)

Dari sembilan korban meninggal yang sudah bisa diidentifikasi baru satu orang atas nama Timothy David Macky (60) warga Selandia Baru. Sedangkan delapan lainnya masih dalam proses identifikasi.


BOB

Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Obama Telepon SBY Pascaledakan Mega Kuningan


Minggu, 19 Juli 2009 | 07:39 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com — Presiden AS Barack Obama berbicara dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melalui telepon, Sabtu, sehari setelah Jakarta diguncang serangan bom yang menewaskan sembilan orang dan melukai 55 orang pada hari Jumat.

"Presiden Obama berbicara dengan Presiden Indonesia Yudhoyono hari ini untuk mengucapkan selamat atas terpilihnya kembali dia sebagai Presiden dan menyampaikan dukungan serta solidaritas bagi pemerintahnya dan rakyat Indonesia setelah serangan teror kemarin di Jakarta," demikian antara lain isi satu pernyataan Gedung Putih.

"Kedua Presiden menegaskan kembali kerja sama erat antara Amerika Serikat dan Indonesia dalam menghadapi ekstremisme di Asia Tenggara dan di seluruh dunia."

Seorang pemimpin garis keras Malaysia yang dicari karena beberapa serangan teror, Noordin Top, telah disebut-sebut sebagai kemungkinan dalang pengeboman bunuh diri di dua hotel mewah tersebut.

Noordin Top sudah beberapa tahun terakhir ini dicari aparat keamanan Indonesia dan dia pernah bersembunyi di Bandung. Sementara itu, Dr Azhari, seorang warga Malaysia yang juga dikenal sebagai teroris, berhasil ditewaskan aparat keamanan Indonesia beberapa tahun silam.

Obama juga memuji Indonesia, yang kebanyakan warganya pemeluk agama Islam, mengenai pemilihan umum yang dapat menjadi sumber bagi dunia Muslim. "Presiden menyatakan bahwa pemilihan umum yang berhasil di Indonesia pada 8 Juli mengingatkan dunia bahwa Islam, demokrasi, dan keragaman dapat hidup berdampingan dan berjuang bersama," katanya.

GLO
Sumber : Antara


Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Taliban Tayangkan Video Tentara AS Ketakutan


Minggu, 19 Juli 2009 | 22:21 WIB

KABUL, KOMPAS.com-Seorang prajurit Amerika Serikat yang bulan lalu ditangkap di Afganistan, telah tampil dalam video di situs internet Taliban.

Para pejabat Amerika membenarkan bahwa video itu otentik, sekaligus mengkritiknya sebagai pelanggaran hukum internasional.

Tentara yang belum disebut namanya itu tampil di video dengan kepala gundul dan mengatakan ketakutannya. "Saya takut, saya takut tak bisa pulang, saya takut menjadi tawanan. Saya punya pacar yang ingin saya nikahi. Saya punya kakek dan nenek yang saya cintai di Amerika," katanya.

Salah satu orang yang menangkapnya, memegang kalung identitasnya. Video sepanjang 28 menit itu menunjukkan sang prajurit Amerika duduk di ranjang dan kemudian makan. Peluncuran video di situs internet Taliban itu dikecam oleh angkatan bersenjata Amerika, yang berpendapat bahwa video itu melanggar hukum internasional.

Angkatan Bersenjata Amerika mengatakan mereka sedang berusaha sekuat tenaga untuk membebaskan sang prajurit. Selebaran berisi hadiah bagi pembebasan dia juga sudah ditebarkan. Tetapi masih belum jelas juga bagaimana prajurit itu ditangkap.

Di video itu sang prajurit bercerita bahwa dia tertinggal ketika berpatroli rutin. Laporan lain menyebutkan bahwa dia keluar dari pangkalannya tanpa membawa senjata.


ONO
Sumber : AP,BBC

Sumber: Kompas


Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Warga Korea Korban Bom Mega Kuningan Dipulangkan


Minggu, 19 Juli 2009 | 21:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga negara Korea, Cho Ing Sang yang menjadi korban ledakan bom Hotel JW Marriott dan Ritz-Charlton dipulangkan setelah dirawat di Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre (RS MMC) Jakarta.

Cho Ing Sang yang menggunakan kursi roda keluar dari RS MMC Jakarta, Minggu (19/7) malam, sekitar pukul 19.00 WIB. Perawat RS MMC, Tini mengatakan, selain kondisinya dinilai sudah baik, Cho Ing Sang diizinkan keluar karena ingin pulang dan melanjutkan perobatan di negaranya.

Dengan dipulangkannya Cho Ing Sang tersebut, berarti tinggal sembilan orang pasien korban ledakan bom Marriot yang dirawat di RS MMC.

Sebelumnya pada hari yang sama, dua pasien korban ledakan bom Marriott juga dipulangkan setelah dianggap mulai dianggap sehat meski harus menjalani rawat jalan. Dua pasien itu merupakan warga negara Indonesia (WNI) yang bernama Melisa dan Yoga Purwanto.

Dengan kepulangan Cho Ing Sang, Melisa dan Yoga Purwanto itu, RS MMC hanya merawat sembilan korban lagi, yang terdiri dari dua warga negara asing (WNA) dan tujuh WNI.

Dua WNA tersebut adalah Andrew Stuart Cobhan yang merupakan warga negara Kanada dan Max Boon, warga negara Belanda. Sedangkan tujuh korban lain merupakan WNI yakni, Giovanni ME. Suhardi, I Gusti Agung Ray, Marico Asmarawati, Oki Utomo, Sudargo, Yurike Martiningrum dan Yusuf Purnomo.

Sebelumnya, RS MMC merawat 36 korban ledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Charlton Jakarta yang 19 orang diantaranya telah diizinkan pulang.

Dari jumlah korban yang diizinkan pulang itu, 14 orang diantaranya adalah WNI yakni, Catur Rindu, I Gusti Ayu Darsi, Janter Rusmanto, Linda, Meliana, Noke Kiroyan, Putra, Regi Alstad, Rinaldi Damanik, Sarah, William, Yunita Kartika Sari, Melisa dan Yoga Purwanto.

Adapun WNA yang diizinkan pulang adalah Hui Bosco Keung (Hongkong), James Castle (AS), Shweta Sukhita (India), seorang WNA yang belum diketahui kewarganegaraanya, Jame Makebba dan Cho Ing Sang yang baru pulang.

Sedangkan delapan pasien lagi telah dipindahkan ke rumah sakit lain, yaitu dua WNI, yakni Adrianto yang dikirim RS Medistra Jakarta dan Dadang Hidayat ke RS Pusat Pertamina (RSPP).

Serta enam orang lain yang terdiri dari WNA yakni adalah Cindy Edward (AS), Gary Ford (AS), Kevin More (AS), Peter Van Wesel (Belanda), Scott Mirilles (Australia) dan Simon Pevral Lowes (AS) yang keseluruhannya dikirim ke RS di Singapura.

Sebelumnya, pada Jumat (17/7) sekitar pukul 07.47 WIB terjadi ledakan bom yang pertama terjadi di Hotel JW Marriott, kemudian disusul di Hotel Ritz-Carlton Jakarta.

Informasi terakhir yang didapatkan, terdapat sembilan korban tewas dan 53 orang luka-luka yang terdiri dari warga negara Indonesia (WNI) dan warga negara asing (WNA).

Para korban ledakan bom itu dibawa ke sejumlah rumah sakit antara lain RS Jakarta, RS Metropolitan Medical Center (MMC), dan RS Medistra dan RS Kramat Jati.


MBK
Sumber : Antara


Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Polisi Perketat Penjagaan Saksi Kunci Bom Kuningan


Minggu, 19 Juli 2009 | 18:47 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Untuk keperluan penyelidikan dan perlindungan terhadap saksi kunci peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton, maka pihak RS Jakarta mengeluarkan kebijakan tegas yang melarang pengunjung termasuk wartawan untuk berinterakasi langsung dengan semua pasien korban ledakan bom, yang terjadi Jumat pagi silam (17/7).

Kebijakan tersebut terpampang dalam bentuk tulisan di pintu lobi RS Jakarta. "Pengumuman, data jumlah korban yang dirawat terlampir. Untuk mendukung dan mempercepat pemulihan, mohon kerjasama semua pihak. Semua korban tidak bersedia diwawancara."

Berdasarkan informasi yang diperoleh Kompas.com pada Minggu sore (19/7), penjagaan dari pihak kepolisian terhadap para korban terutama diperketat bagi mereka yang diduga menjadi saksi kunci peristiwa tersebut.

Saat berita ini diturunkan, korban yang masih dirawat di RS Jakarta adalah Deni Purwanto (L/33) yang luka di leher kanan, Hendri H (L/39) luka ringan di kepala dan pendengaran menurun, Dikdik Achmad T (L/39) luka bakar di bawah telinga kanan, excoriasi kaki, muka dan tangan, Bambang Triyanto (L/30) masih menderita shock, Andri Tirta (L/23), menderita di kepala bagian belakang dan tangan kanan. Namun, menurut kabar, malam ini Hendri diperbolehkan pulang.


ONE

Sumber: Kompas



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Eskalasi Politik Terorisme 2009

ANDI WIDJAJANTO
Program Pascasarjana Intelijen Strategis, Universitas Indonesia

Sunday, 19 July 2009

TANGGAL17 Juli 2009 merupakan titik hitam dalam sejarah keamanan Indonesia.Serangan teror di Hotel JW Marriott dan The Ritz Carlton memberikan tamparan keras kepada kewibawaan pemerintahan SBY yang dalam empat tahun terakhir berhasil meningkatkan stabilitas keamanan di Indonesia.

Tamparan keras terutama dirasakan karena teroris berhasil kembali menyerang dengan modus operandi yang relatif sama.Target serangan mereka tetap memadukan karakter soft target, high profile, dan high impact.Mereka tetap tidak menyerang fasilitas strategis negara. Mereka menyerang sasaran yang berkonotasi dengan kepentingan Amerika Serikat (AS). Mereka melakukan serangan di wilayah bisnis strategis yang memudahkan media massa untuk secara intensif meliput aksi teror.

Pemilihan target tersebut menandakan aksi ini ditujukan untuk melakukan teror dalam rangka teror. Serangan ini dilakukan untuk menyebar ketakutan di masyarakat. Serangan ini juga merupakan tantangan langsung ke instansi keamanan yang dalam empat tahun terakhir telah memburu pelaku-pelaku teror bahkan telah melakukan eksekusi mati kepada para gembong teroris.

Modus operandi teror cenderung tidak berubah karena mereka tetap menggunakan bom rakitan yang didetonasi dengan teknik bom bunuh diri. Ini menandakan bahwa kelompok teror tetap dapat melakukan rekrutmen anggota dan masih dapat melakukan proses radikalisasi secara efektif kepada anggota kelompoknya. Modus operandi ini juga menunjukkan bahwa mekanisme sel otonom tetap dipertahankan.

Kelompok teror yang menyerang Mega Kuningan merupakan kelompok taktis yang dapat secara otonom menentukan sasaran dan waktu penyerangan. Modus operandi yang relatif sama ini menandakan bahwa kelemahan utama strategi kontraterorisme Indonesia terletak pada mekanisme peringatan dini dan metode pencegahan teror.Namun, kelemahan ini juga dirasakan dinas intelijen Israel atau dinas intelijen AS.Untuk Indonesia,jika kita asumsikan pelaku teror berjumlah 200–600 orang, bisa dibayangkan betapa sulitnya dinas intelijen kita memburu mereka yang bisa dengan mudah berbaur dengan 210 juta penduduk lainnya.

Serangan 17 Juli 2009 juga menandakan adanya eskalasi politik ancaman teror di Indonesia. Eskalasi ini terjadi karena ada kecerobohan komunikasi politik Presiden SBY yang berupaya mengaitkan aksi teror dengan politik nasional. Saat Presiden SBY melakukan konferensi pers pada pukul 14.00 WIB,kita dikejutkan dengan kompleksitas ancaman teror. Sebelum jam 14, praduga akademik tentang aksi teror dirumuskan dengan melihat modus operandi seperti yang dijabarkan di atas.

Namun, saat Presiden SBY mengaitkan aksi teror dengan pemilu, perumusan praduga akademik menjadi lebih rumit karena ada variabel-variabel baru yang harus dipertimbangkan. Pertama, bagi SBY aksi teror terkait dengan keberadaan kelompok-kelompok politik yang tidak puas dengan hasil Pemilu 2009. Jika kita mengekspresikan secara eksplisit pernyataan SBY, kita bisa menyatakan bahwa SBY menduga ada elemen-elemen radikal di kelompok Mega-Pro,JK-Wiranto, atau kelompok golongan putih yang berketetapan menggunakan metode kekerasan untuk menolak hasil Pemilu 2009.

Kedua, bagi SBY aksi teror terkait dengan keselamatan dirinya sebagai kepala negara. Penggunaan secara demonstratif gambar latihan penembakan yang menggunakan foto SBY sebagai target menunjukkan tingginya kecemasan SBY dengan keselamatan dirinya. Secara tidak langsung SBY mengkhawatirkan kualitas pengamanan berlapis yangselamainidigelarolehPasukan Pengaman Presiden (Paspampres).

Jika seorang presiden yang telah mendapat pengamanan berlapis memberi pernyataan publik bahwa ia cemas atas keselamatannya maka seluruh warga negara akan merasa tidak ada lagi perlindungan yang memadai yang dapat disediakan negara. Di sisi ini, pernyataan SBY memunculkan praduga akademis bahwa modus operandi teror telah bergeser dari penyerangan ke sasaran soft target menjadi hard target. Tiga,bagi SBY aksi teror terkait dengan kemunculan kelompok baru yang disebut sebagai “drakula politik”. Kelompok ini terutama terdiri dari para pelaku kejahatan di masa lalu yang lolos dari jeratan hukum.

Dengan kata lain,SBY memunculkan praduga akademis bahwa impunitas memunculkan suatu kelompok yang terus menerus merencanakan aksi kekerasan agar kelompok ini dapat tetap lolos dari jeratan hukum. Tiga variabel tersebut cenderung menimbulkan kompleksitas yang tidak perlu yang akan mempersulit upaya kita untuk membongkar secara tuntas aksi teror di Indonesia.

Secara teoritik, kita bisa membuat praduga bahwa (1) ada empat kelompok yang mengancam stabilitas Indonesia, yaitu kelompok teror Noordin M.Top,kelompok politik radikal, kelompok teror “hard target”, dan kelompok “drakula politik”; (2) terbentuk satu “super-terorist” yang terdiri dari perwakilan seluruh elemen dari empat kelompok. Praduga akademik ini cenderung akan melemahkan strategi kontra-teror ini karena akan membuat aparat intelijen dan kepolisian kehilangan fokus utamanya.

Praduga akademik ini juga bisa berbahaya jika kemungkinan munculnya kelompok “superterorist” dijadikan justifikasi untuk menerapkan mekanisme-mekanisme khusus yang tidak demokratif dalam rangka stabilitas keamanan nasional. Saat ini, tantangan terbuka kelompok teror terhadap stabilitas keamanan Indonesia harus ditanggapi secara terukur. Pemerintah harus dapat kembali kepada fokus utama strategi kontra-teror dengan meletakkan kaitan-kaitan politik ke kotaknya masing-masing.

Ancaman-ancaman terhadap diri SBY dan Pemilu 2009 tidak bisa diabaikan,namun juga tidak boleh dicampuradukan dengan aksi teror yang sudah menebar rasa takut di masyarakat. SBY harus bisa secara rasional menunjukkan bahwa pemerintah akan kembali mampu menggelar strategi kontra-terorisme untuk membongkar jejaring teror.Pemerintah juga akan kembali secara terpisah menekankan solusi-solusi hukum untuk menyelesaikan konflik-konflik politik.

Pemerintah harus dapat mengembalikan ketenangan publik dengan tidak lagi melemparkan suatu kompleksitas keamanan yang meningkatkan sebaran rasa takut di masyarakat. Aksi teror ini telah berhasil secara signifikan kita tekan selama empat tahun terakhir. Dukungan masyarakat yang besar akan pemerintahan II SBY harus bisa dimanfaatkan untuk membongkar jejaring kelompok teror dalam lima tahun ke depan.(*)


Sumber: Koran Sindo



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Evret Tak Bisa Menyaksikan Kelahiran Anaknya

Sunday, 19 July 2009

Ledakan bom di Hotel JW Marriott dan The Ritz Carlton Jakarta menyisakan kisah pilu bagi keluarga korban yang ditinggalkan.Peristiwa “Jumat kelabu” itu benar-benar membawa duka mendalam.

KEPEDIHAN dirasakan keluarga Evret Mongkodompis, 33, yang dinyatakan menghilang sejak peristiwa ledakan bom di JW Marriott- Ritz Carlton, Jumat (17/7) pagi. Padahal di pertengahan Juli ini, istrinya, Ratna, 30, sedang berharap- harap cemas menghadapi proses melahirkan.

Evret,operator banquet di Restoran Syailendra, Hotel JW Marriott ini terakhir dihubungi keluarga sekitar pukul 07.30 WIB pada Jumat (17/7) atau beberapa menit sebelum bom di hotel mewah di kawasan Mega Kuningan itu meledak. Saat itu pihak keluarga sudah meminta Evret untuk segera pulang guna mendampingi sang istri. Blarrr! Ledakan bom yang pertama pun terjadi di Hotel JW Marriott sekitar pukul 07.47 WIB.Setelah itu Evret sudah tidak bisa dihubungi lagi.

Keluarganya semakin cemas karena hingga Jumat siang Evret tidak kunjung memberikan kabar.Adapun pemberitaan di televisi mulai menyebutkan adanya korban jiwa. Diliputi rasa khawatir yang terus menggumpal,ayah korban,Victor Mongkodompis,70,lantas mencari ke seluruh rumah sakit (RS) rujukan korban untuk memastikan nasib anaknya. Setelah melakukan pencarian sejak Jumat sore di lima RS, barulah ada sedikit informasi yang dia dapat.

Dari sebuah foto yang dibawanya dan ditunjukkan ke manajemen Hotel JW Marriott, mereka mengenali wajah Evret dan mengatakan mungkin jenazahnya ada di RS Polri Soekanto,Kramat Jati,Jakarta Timur.“Bu Andris (dari manajemen Hotel JW Marriott) janji ketemuan dengan kami di RS Polri Kramat Jati pagi ini (kemarin),” ungkap Victor saat hendak menuju ruangan pemeriksaan di RS kemarin. Dari informasi yang dihimpun harian Seputar Indonesia setelah terkena ledakan bom tubuh korban dinyatakan masih utuh.

Namun keluarga tidak diizinkan melihat tubuh tersebut hingga proses identifikasi betul-betul selesai.Mereka hanya melakukan pencocokan barang dan ciri-ciri yang dimiliki. Evret yang telah bekerja di restoran tersebut sejak 2003 dapat dikenali melalui beberapa ciri khusus. Dia memiliki tanda di gigi kanan atas yang copot dan bekas luka bakar terkena knalpot di betis kanan. Pihak keluarga dan manajemen hotel juga yakin bahwa jenazah yang dimaksud adalah Evret setelah melihat seragam perusahaan yang dikenakan.

”Di seragam itu juga ada namanya,” ungkap Edi,43,kerabat dekat korban saat ditemui di Asrama Perawat Putri RS Soekanto Polri kemarin. Namun keluarga masih menunggu keterangan resmi dari pihak kepolisian terkait identifikasi warga Peninggilan,Tangerang,Banten,itu. Seusai dari ruang pemeriksaan, Victor Mongkodompis hanya bisa tertunduk dan tidak berbicara sedikit pun.

Pria yang mengenakan batik berwarna cokelat ini berupaya tegar menuju kendaraannya. Dia memendam duka mendalam karena Evret tidak bisa menyaksikan proses kelahiran anak keduanya kemarin siang. Kerabat korban mengatakan Ratna telah melahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki dalam keadaan sehat pukul 14.00 WIB kemarin. Ratna yang melahirkan dengan proses normal kini masih terbaring lemas di salah satu rumah sakit bersalin di kawasan Cileduk, Tangerang.

Dia masih menjalani pemulihan setelah melahirkan. Melihat kondisinya saat ini, pihak keluarga sudah sepakat untuk tidak memberikan kabar tentang suaminya dalam waktu dekat. “Kami khawatir kabar itu akan mengganggu kondisi psikologis Ratna,” ungkap Edi yang juga tetangga korban. Terlebih Ratna masih harus menjalankan tugasnya menyusui sang bayi yang belum diberi nama. Ibu korban dan anggota keluarga lain masih mengalami shock atas peristiwa ledakan bom di dua hotel mewah di kawasan Mega Kuningan.

Saat terakhir meninggalkan rumah pada Jumat (17/7) pukul 04.30 WIB, korban masih terlihat segar dan penuh semangat. Sementara itu, pemakaman Presiden Direktur PT Holcim Indonesia Tbk, Timothy D Mackay, 61, korban tewas akibat ledakan bom di Hotel JW Mariott, masih menunggu kehadiran keluarganya dari Selandia Baru. Direktur Relation Management PT Holcim Indonesia Rusli Setiawan di RS Dharmais Jakarta mengatakan, sambil menunggu kedatangan keluarga,pihaknya memberi kesempatan kepada pelayat untuk melihat jenazah korban yang disemayamkan di lantai dua.

“Kita kasih kesempatan hingga pukul 19.00 WIB malam ini,” katanya kemarin. Opsi menunggu keluarga ini,lanjut Rusli,merupakan alternatif pilihan selain dibawa langsung menuju Selandia Baru oleh perusahaan kesehatan internasional SOS. Sejumlah pelayat dari rekan dan relasi almarhum sudah tiba di lokasi jenazah disemayamkan.Para pelayat tampak memenuhi sebagian kawasan RS Dharmais.Tampak sejumlah karangan bunga antara lain dari PT Adaro Indonesia, PT Gatra Gilang Persada, dan PT Sucofindo.

Terlihat juga melayat,Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia Philip Gibsons. Dia didampingi Atase Militer Selandia Baru James Antony Hills dan Police Liaison Officer Selandia Baru Athol Soper. Mereka tiba di RS Dharmais pukul 14.30 WIB. Rombongan ini menggunakan tiga mobil berbeda. Salah seorang auditor Sucofindo, Roy yang juga teman dekat almarhum mengungkapkan duka yang sangat mendalam.“Saya sangat kehilangan teman bisnis dan sahabat yang sangat baik terutama sifatnya yang konsisten dan komitmennya pada pekerjaan,”katanya.

Saat kejadian,Timothy berada di Hotel JW Marriott untuk mengikuti pertemuan dengan sejumlah pengusaha tambang asing di Indonesia. Almarhum sebelumnya sempat dilarikan ke Rumah Sakit Medistra bersama dua pimpinan PT Freeport Indonesia, Adrianto Machribie (warga negara Indonesia) dan David R Potter (warga AS). Para keluarga korban ledakan bom di Hotel JW Marriott-Ritz Carlton mengharapkan agar pelaku perbuatan kejam itu cepat ditangkap.

“ Kami sudah sangat trauma karena anak semata wayang kami, Bambang Yulianto, 30, sudah kedua kalinya menjadi korban bom,” kata Maryanto, 56, di RS Jakarta, kemarin. Dia mengetahui bahwa anaknya menjadi korban bom di Hotel JW Marriott setelah mendapat telepon dari Bambang. Mendengar kabar melalui telepon genggam itu,dia langsung bergegas mencari tempat Bambang dirawat, sedangkan istrinya tidak bisa ikut karena lagi sakit.

Maryanto yang tinggal di Jalan Praja Dalam E RT 10 RW 5 Jakarta Selatan bisa bertemu dengan anak kesayangannya itu setelah salat Jumat. Bambang yang masih berstatus lajang dan sebagai anggota keamanan di Hotel JW Marriott itu kontan merangkul ayahnya kendati masih terbaring di tempat tidur dorong RS Jakarta. Maryanto dengan berlinang air mata terus menatap anaknya yang masih terbaring, sedangkan Bambang belum diperbolehkan dokter untuk banyak bicara.Menurut Maryanto, pada 2003 ledakan pertama bom di JW Marriott, anaknya mengalami luka bakar cukup serius.

Sekujur tubuhnya atau sekitar 40% terbakar dan kakinya bolong. Pada ledakan kedua ini Bambang hanya trauma dan terlalu banyak menghisap asap tebal bencana bom tersebut. Hingga kemarin, Bambang masih dalam perawatan intensif bersama belasan korban lainnya di RS Jakarta. (isfari hikmat/sofian dwi/okezone/ant)


Sumber: Koran Sindo



Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Noordin M Top Terlibat



Sunday, 19 July 2009

JAKARTA(SI) – Jaringan teroris Noordin M Top diduga terlibat dalam peristiwa ledakan bom di Hotel JW Marriott dan The Ritz Carlton,Mega Kuningan, Jakarta,Jumat (17/7) pagi.

Modus dan karakteristik bom yang meledak di kedua hotel tersebut memiliki kesamaan dengan peristiwa- peristiwa teror bom yang diduga dilakukan jaringan itu sebelumnya. “Dari modus yang dilancarkan, ini jelas terkait dengan Noordin M Top,” ujar Kepala Desk Antiteror Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Ansyaad Mbai di Jakarta kemarin.

Dia menuturkan, meski dalam empat tahun terakhir aksi terorisme tidak terjadi di Indonesia, Noordin M Top beserta sel-sel jaringannya terus aktif melakukan konsolidasi. Karena itu, menurutnya, upaya penangkapan terhadap Noordin M Top harus menjadi prioritas aparat keamanan. “Kejadian ini merupakan bukti bahwa mereka masih kuat dan ini yang harus menjadi prioritas, yakni menangkap si aktor, yaitu Noordin M Top.Selama aktornya belum ditangkap ya segala upaya antisipasi seperti apa pun akan sia-sia,”tandasnya.

Jaringan teroris Noordin M Top selama ini ditengarai berada di balik rangkaian teror bom yang terjadi di Indonesia.Terakhir, kelompok ini diduga merupakan aktor Bom Bali II yang terjadi pada 1 Oktober 2005.Saat itu,bom bunuh diri di tiga lokasi,yaitu RAJA’s Bar and Restaurant,KutaSquare, dan Nyoman Cafe, Jimbaran, Bali mengakibatkan 22 orang tewas dan 102 korban lainnya luka-luka.

Dalam beberapa waktu terakhir, aparat kembali gencar melakukan penyisiran dan penangkapan di beberapa daerah yang diduga sebagai tempat persembunyian dan aktivitas Noordin M Top beserta kaki tangannya seperti Cilacap (Jawa Tengah), Lampung dan Malang (Jawa Timur). Salah satu yang tertangkap adalah Saefudin Zuhri yang ditangkap di Cilacap Juni 2009. Hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) oleh Mabes Polri memperkuat sinyalemen keterlibatan jaringan Noordin M Top dalam peristiwa ledakan bom di Hotel JW Marriott dan The Ritz Carlton Jumat (17/7) lalu.

Olah TKP menunjukkan bahwa dua bom yang meledak di Hotel JW Marriott dan The Ritz Carlton memiliki kesamaan dengan bom di Cilacap,Bali dan tempat lain.“Fakta di lapangan seperti itu. Ada kesamaan dengan bom yang di Cilacap, Bali, dan sebagainya,” ujar Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna di Jakarta tadi malam. Kendati begitu, Nanan tidak memberikan keterangan terperinci apakah jaringan yang terlibat adalah jaringan internasional yang biasa melakukan teror di Indonesia.

”Semuanya masih dalam penyidikan.Nanti kalau semuanya sudah terungkap akan kita umumkan,” tegasnya. Rakitan bom yang berhasil diurai dan dijinakkan di Kamar 1808 Lantai 18 Hotel JW Marriot pada Jumat (17/7) terdiri atas beberapa komponen. Bom yang ditemukan itu diyakini sama dengan dua bom yang sebelumnya meledak. Bom di Kamar 1808 itu dikemas dalam sebuah tas laptop berukuran 20x40 cm. Di dalam laptop itu terdapat ratusan baut besi dan gotri yang berfungsi memperkuat daya ledakan. Nanan mengungkapkan, pelaku pengeboman diduga dua orang. Namun,baru satu orang yang sudah berhasil diidentifikasi.

Demi memastikan wajah pelaku, polisi sedang merekayasa agar bisa digambar dan dibuatkan sketsa.“Tim masih mengaitkan semua informasi yang diperoleh. Kami juga sedang mengembangkan apakah benar dua orang pelaku bom bunuh diri itu adalah orang asing,”ujarnya.

Gunakan Lorong

Pelaku peledakan di Hotel Ritz Carlton diduga menggunakan jalan bawah tanah untuk berpindah dari Hotel JW Marriott, tempat para pelaku menginap. Hal ini membuat pelaku bisa melewati pengamanan ekstraketat di dua hotel tersebut. Menurut sumber di kepolisian, salah satu pelaku menggunakan lorong yang menghubungkan dua hotel itu lantaran pengamanan di pintu masuk utama Hotel The Ritz Carlton sangat ketat. Dia menuturkan, sebelum melakukan aksinya, para pelaku memang sempat berkumpul di Kamar 1808 JW Marriott.

Mereka kemudian berpisah di lift.Pelaku pertama langsung turun di lobi, sedangkan pelaku lain langsung turun hingga ke lokasi lorong tersebut. Pelaku yang turun melalui lorong membawa sebuah tas jinjing, bukan tas ransel yang biasa digunakan para pelaku pengeboman. Pelaku sengaja menggunakan tas jinjing tersebut supaya tidak dicurigai petugas pengamanan. ”Jadi terlihat bahwa mereka itu memang eksekutif yang menginap di hotel tersebut,”katanya.

Dia mengatakan, tidak ada pelaku lain dalam aksi tersebut. Pelakunya murni dua orang sehingga spekulasi yang menyatakan pelakunya tiga orang tidak benar. Sementara itu, Supervisor Satuan Pengamanan (Satpam) Hotel JW Marriott, Didik Achmad Taufik, 39,yang menjadi korban ledakan bom di hotel tersebut pada Jumat (17/7) pagi sempat melakukan komunikasi dengan seseorang yang diduga pelaku peledakan bom.Ditemui di RS Jakarta,kemarin, Didik yang menderita luka di bawah telinga, kaki, tangan, dan muka tersebut mengaku sempat menegur tersangka peledakan bom beberapa menit sebelum tempatnya bekerja diledakkan.

Melihat tamu yang tampak kebingungan dan menghampiri dirinya, Didik yang baru memulai shift pagi menanyakan sesuatu kepada pria dengan jaket hitam dan bertopi tersebut.“Apakah ada yang bisa saya bantu,”kata Didik yang kemudian dijawab oleh pria berkulit sawo matang tersebut,“Saya mau ketemu bos saya”. Kemudian Didik melanjutkan pertanyaannya, “Siapa bosnya dan di mana?” Pria itu menjawab, “Ini saya mau mengantar pesanan bos saya.

” Selanjutnya, karena tamu tersebut mau mengantar pesanan,kata Didik, dirinya tidak berani bertanya lebih lanjut.Sesuai prosedur pelayanan hotel, Didik minta seorang temannya bernama Dadang untuk mengantar tamu tersebut ke tempat bosnya. Sebelum mengantar, kata dia, Dadang sempat menanyakan kepadanya siapa tamu tersebut dan diantar ke mana. Setelah itu ketiganya berpisah.Kemudian Didik pergi mengontrol ke lokasi lain. “Beberapa menit kemudian ada suara ledakan dan saya tertimpa plafon serta serpihan debu,”kata dia.

Dalam kondisi belum menyadari sepenuhnya bahwa itu bom, Didik berlari ke arah belakang dan sempat membunyikan alarm tanda bahaya. “Menurut informasi, kini Dadang menderita luka cukup parah,”kata dia. Dia juga yakin bom tersebut dirakit di dalam kamar karena setiap tamu yang masuk akan diperiksa secara saksama oleh satuan keamanan. Didik memperkirakan tamu yang menginap di Kamar 1808 tersebut membawa bom yang siap diledakkan dari kamar turun dengan lift menuju ke arah lounge.

“Saya baru sadar bahwa itu diduga tersangka bom bunuh diri setelah melihat kamera CCTV,” kata Didik sambil mengatakan ciriciri fisik yang diduga pelaku adalah berkulit sawo matang, tinggi sekitar 172 cm, dan umur sekitar 25–28 tahun. Selain Didik, Andri yang juga bekerja di JW Marriot sejak tiga tahun lalu juga mengaku melihat secara langsung orang yang diduga sebagai tersangka. Sayangnya, Andri tidak bisa ditanya lebih banyak karena kondisi pendengarannya yang belum normal sehingga tim dokter melarang wartawan untuk melakukan wawancara.

Hotel JW Marriott dan The Ritz Carlton hingga kemarin masih ditutup untuk umum. Penutupan dilakukan hingga olah TKP oleh polisi selesai. Menurut Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna,penutupan dilakukan demi memperlancar kerja tim Puslabfor dan Identifikasi dalam melakukan olah TKP.Di TKP ditengarai masih banyak serpihan bom dan bekas ledakan yang berbahaya.Penjagaan di dua lokasi tersebut juga masih sangat ketat. Selain polisi, ada beberapa pasukan TNI yang ikut berjaga.

Korban

Di bagian lain, Nanan Soekarna menuturkan, jumlah korban yang meninggal akibat ledakan bom di JW Marriott dan The Ritz Carlton bertambah satu orang.Dengan begitu, jumlah korban yang meninggal secara keseluruhan mencapai sembilan orang. Kepastian bertambahnya satu korban tewas didapat dari tim Disaster Victim Identification (DVI) yang melakukan rekonstruksi korban. ”Kepala yang ditemukan di Ritz Carlton ternyata tidak cocok dengan tubuhnya.

Jadi, kesimpulannya di Ritz Carlton bukan dua korban tewas, melainkan tiga orang,”katanya. Sebelumnya diberitakan, dua bom meledak di Hotel The Ritz Carlton dan JW Marriott Jakarta Jumat (17/7), mengakibatkan delapan orang tewas, yakni lima orang di JW Marriot, dua orang di The Ritz Carlton,dan satu orang di rumah sakit. Dia mengatakan, apabila ditambah dengan korban luka sebanyak 53 orang, total korban akibat ledakan bom di JW Marriott dan The Ritz Carlton mencapai 62 orang.

Dari jumlah itu, 16 di antaranya warga negara asing (WNA). Mereka antara lain berasal dari Amerika Serikat,Australia, Belanda,Kanada,India,Korea Selatan,dan Selandia Baru. (m yamin/helmi syarif/ okezone /ant)


Sumber: Koran Sindo





Bookmark and Share


Klik selengkapnya...

Blogger template 'Purple Mania' by Ourblogtemplates.com 2008

Jump to TOP