Kami Mengucapkan Terimakasih kepada Semua Pihak yang telah membantu Menyukseskan Perhelatan Akbar
Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2009

di Jakarta 3 s.d. 9 Agustus 2009

Sampai Ketemu di OSN Tahun 2010 di Medan, Sumatera Utara

Headline News

NATIONAL NEWS

Translate Here

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini

Jumat, Mei 22, 2009

Prof. Suyanto, Ph.D, : "TOT Hajatan Untuk Membangun Sistem Pembinaan Olimpiade Sains"



Training of Trainer (TOT) Pengembangan Program Jaringan Kerja Perguruan Tinggi yang berlangsung 3-5 Maret 2009 di Bandung, berakhir sudah. Kegiatan yang bertujuan untuk menyamakan visi pemangku kepentingan pendidikan dalam melakukan pembinaan bidang bakat dan keilmuan pada tingkat Sekolah Menengah Atas ini, diharapkan dapat memberikan hasil yang maksimal, dimana ada kesamaan visi, peningkatan komitmen, transfer knowledge, tersedianya Pembina Olimpiade Sains tingkat provinsi, serta terciptanya kondisi kolaboratif antara Dinas Pendidikan Provinsi dan Perguruan Tinggi setempat.

Di acara pembukaan, Prof. Suyanto, Ph.D, Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas, menjelaskan, kegiatan TOT merupakan hajatan untuk membangun system pembinaan olimpiade sains bagi siswa-siswa seluruh Indonesia. Dengan demikian, pembinaan ini harus serius. Pada tahun 2008 sudah banyak prestasi yang didulang, dimana dalam kurun waktu satu tahun, direktorat jenderal sudah mendapatkan 106 medali emas. “Dalam kerangka ini kami berharap tahun 2009, kalau trend-nya masih tetap begitu, diharapkan bisa memperoleh 200 medali.”

Itu sebabnya, menurut dirjen, para dosen dipanggil dan diundang mengikuti TOT untuk membicarakan kualitas siswa sehingga meraka bisa meningkatkan perolehan medali di Olimpiade Sains Nasional nanti. “Karena kita pada saat ini sudah sampai pada pilar peningkatan kualitas inovasi dan sains, dimana pilar itu sangat relevan, sangat signifikan buat Direktorat Pembinaan SMA dan juga sekolah-sekolah SMA, mengingat SMA itu memang anak-anaknya didisain supaya masuk ke perguruan tinggi, studi lanjut mereka.”

Lesson Learn
Pada acara tersebut, Dirjen kembali berujar bahwa kualitas merupakan suatu konsep yang sangat dinamik dan tidak pernah berhenti. Kualitas merupakan benchmark. Dengan adanya olimpiade, benchmark tersebut tentu tidak diragukan lagi karena dengan demikian, para siswa bisa bersaing dengan Negara-negara lain dan mereka bisa berkompetisi di situ. Dirjen juga berharap Olimpiade Sains dilaksanakan melalui seleksi-seleksi yang berjenjang. Calon-calon dari berbagai daerah menjadi semakin banyak, dan semakin baik. “Karena yang namanya kepandaian, jika didistribusikan secara normal maka Indonesia dengan penduduknya yang besar tidak kesulitan untuk menemukan calon-calon yang potensial dari generasi muda.” Jelas Dirjen.


Pembinaan program olimpiade ke depan, menurutnya harus belajar pada pengalaman yang sudah lalu. “Kita punya lesson learn yang luar biasa. Pembinaan aspek intelektualitas dan kognitif, ada dalam kecerdasan matematika, sedangkan dalam bidang kuantitatif saya kira metodenya sudah relative mapan. Tapi untuk anak-anak yang pintar ini, agar mereka lebih luwes, metodologinya harus kita cari,” tambahnya.

Prof. Suyanto, Ph.D kembali menegaskan agar para peserta olimpiade sains memiliki social skill yang memadai. Ketika anak-anak yang pintar itu tidak memiliki kemampuan untuk berkomunikasi, ini merupakan kerugian yang besar. Diknas juga ingin melahirkan pemimpin yang pintar, yang bisa berkomunikasi. Betapapun pintarnya seseorang, jika paketnya untuk menjual konsep dan meyakinkan orang untuk mendengarkan pendapatnya tidak ada, maka orang tersebut akan kehilangan pengikut. “Seorang pemimpin harus bisa membuat program, membuat materi, supaya anak-anak yang pintar itu bisa bercerita, bisa tertawa, bernyanyi, dan berolahraga,” imbuh Dirjen.

Dirjen juga menghimbau agar Dinas Pendidikan yang ada di daerah-daerah, memperhatikan Permen No. 34 tahun 2006. Ia berharap melalui Permen tersebut, anak-anak yang sudah mendapatkan medali, tidak terlantar di daerahnya masing-masing, terlantar dalam artian akademik. Mereka yang mendapatkan medali dari proses kompetisi berjenjang itu, harus tidak memiliki hambatan untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya. Mereka harus diterima tanpa test.

Dirjen berharap, siswa-siswa yang memperoleh medali di ajang olimpiade sains, harus diterima di jurusan apa saja, asal menurut seleksi administrasinya masih relevan. “Mereka harus diakomodasi, bahkan sudah dipersiapkan Perpres untuk menjamin anak-anak yang mempunyai medali di tingkat internasional, supaya mendapatkan beasiswa di perguruan tinggi di dunia di mana pun dia mau. Kalau emas sampai Ph.D, perak S2, perunggu sampai S1. Ini kan merupakan upaya pemerintah dalam menyiapkan SDM yang handal. Sebab melihat track record dari Negara maju, yang berhasil itu ditentukan oleh beberapa factor. Pertama factor inovasi dan kreativitas dari SDM yang dimiliki, yang kedua ada networking, ketiga knowledge and technology, dan keempat recources,” ujarnya.

Dalam konteks inilah, menurut Dirjen, akan dicari orang-orang yang ada di seluruh tanah air ini untuk dipersiapkan menjadi SDM-SDM yang kreatif, inovatif, karena sebagai bangsa yang besar sudah selayaknya generasi muda Indonesia bisa berbicara di tingkat dunia. Jika Indonesia sudah hebat, diharapkan Bahasa Indonesia akan menjadi bahasa dunia. “Sedih rasanya melihat bahasa kita dibicarakan orang banyak, tetapi belum menjadi bahasa dunia. Saya kira ini akibat dari teknologi, bahasa identik dengan teknologi. Teknologinya hebat, tentu bahsanya akan dipakai oleh banyak orang,” tukasnya. (fanny)


Sumber: Potensi





Bookmark and Share


Berita terkait:



0 komentar:

Blogger template 'Purple Mania' by Ourblogtemplates.com 2008

Jump to TOP