Kami Mengucapkan Terimakasih kepada Semua Pihak yang telah membantu Menyukseskan Perhelatan Akbar
Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2009

di Jakarta 3 s.d. 9 Agustus 2009

Sampai Ketemu di OSN Tahun 2010 di Medan, Sumatera Utara

Headline News

NATIONAL NEWS

Translate Here

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini

Jumat, Mei 22, 2009

Kerjasama dengan Perguruan Tinggi


Drs. Mukhlis Catio, M.Ed


Pada penutupan Trainer of Trainer Pengembangan Program Jaringan Kerja Perguruan Tinggi 5 Maret 2009 di Hotel Grand Aquila, Bandung, Drs. Mukhlis Catio, M.Ed yang mewakili Dr. Sungkowo M, menjelaskan bahwa Direktur SMA menginginkan pembentukan tim pengembangan kesiswaan di provinsi bisa terwujud. Jika sudah ada tim di tingkat provinsi, juga harus ada tim di tingkat kabupaten. Tujuannya agar pemerataan pendidikan bisa dilakukan. Kerjasama dengan perguruan tinggi ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan di Indonesia yang juga kian meningkat.

“Tim ini merupakan wakil kita nanti di daerah, atau di provinsi. Dengan adanya tim, jelas berpengaruh pada anggaran. Asal program dan kerjanya jelas, pada tahun 2010, anggaran itu akan diperjuangkan.” Ujar Mukhlis Catio.

Pemerataan pendidikan yang diadakan melalui kegiatan TOT ini harus dilaksanakan dengan serius. Menurut Mukhlis Catio, sesuai dengan kriteria yang disepakati bersama, para peserta yang ikut kegiatan ini harus punya komitmen dan harus bisa menyediakan waktu. Diharapkan melalui kegiatan ini bisa dibentuk pemerataan pendidikan. Itu sebabnya, dalam kegiatan ini komitmen yang tinggi sangat dibutuhkan.

.”Tanpa adanya komitmen dan kerjasama, tanpa bantuan Bapak dan Ibu sebagai narasumber, sebagai orang yang ahli dan tahu di bidangnya, kita tidak akan berhasil.” Demikian Mukhlis Catio.

Kegiatan yang sarat dengan masukan-masukan positif bagi dunia pendidikan, khususnya SMA ini, telah dibuatkan SK yang ditandatangani oleh Dirjen. SK tersebut khusus diberikan untuk tim pembina tingkat pusat.. Saat ini tinggal menunggu respon dari perguruan tinggi, bila bentuknya telah disusun, bisa dikembangkan sesuai dengan kondisi provinsi-provinsi masing-masing, sesuai juga juga dengan situasi dan kebutuhan.

Andai pun nantinya sekolah-sekolah itu tidak mempunyai fasilitas, diharapkan perguruan tinggi bisa membantu menyediakan fasilitas untuk guru, maupun siswa. Contohnya seperti laboratorium dan lain sebagainya. “Saya rasa pekerjaan ini merupakan amanah dan terpuji. Jika kita bisa melakukan ini, maka hasilnya harus diperhitungkan. Sebab sampai menargetkan anak kita bisa dapat medali hingga tingkat internasional, hal itu tidak main-main. Ini adalah salah satu cara kita mengabdi, ya mengabdi sebagai manusia, sebagai umat maupun sebagai pemimpin. Oleh sebab itu kita harus bersungguh-sungguh melakukannya. Untuk melaksanakan semua itu, jangan pernah kita ragu-ragu. Sebab, jika kita ragu-ragu maka hasilnya akan fatal. Mudah-mudahan ini akan terwujud. Mari kita bersama-sama mewujudkan pekerjaan mulia ini. Di samping itu, ajang ini merupakan silaturahmi peserta yang satu dengan yang lainnya agar lebih saling mengenal. “

Dengan adanya jaringan seperti ini, dapat diperoleh hikmah dan manfaatnya. Hasil TOT diharapkan bisa dimanfaatkan oleh kabupaten kota dalam rangka melakukan koreksi. Mukhlis menambahkan, dana tidak menjadi masalah asal program yang dilaksanakan jelas. Apabila program, dasar dan payung hukumnya kuat, dana akan datang dengan sendirinya. “Mengenai pendanaan ini sudah ada di Permen No. 34. Pertemuan ini sengaja untuk mendapatkan hasil yang bisa dipertanggungjawabkan. Atas sumbangan pikiran Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu, kami ucapkan terimakasih dan mari kita fokuskan bersama untuk menindaklanjutinya.” Ujar Drs. Mukhlis Catio M.Pd. Fanny

TOT Jembatan Program Program Direktorat Pembinaan SMA

Kegiatan TOT yang berlangsung 3-5 Maret di Bandung, dirasakan banyak manfaatnya oleh para dosen yang hadir di sana. Selaku ketua panitia dan pembina TOFI ( Tim Olimpiade Fisika Indonesia ) Dr.Kamsul Abraha mengungkapkan, kegiatan ini merupakan kelanjutan dari workshop yang diadakan di Yogyakarta. Tanggungjawab dari kegiatan ini adalah mempersipakan perangkat apa yang perlu dijadikan bahan acuan bersama.

Menurut Dr. Kamsul Abraha yang juga menjadi ketua TOT Bandung, kegiatan TOT lebih bersifat umum. “Kebetulan pada acara ini yang diundang dari kalangan perguruan tinggi, jadi sekaligus bisa menjadi jembatan program-program di direktorat dengan teman-teman di perguruan tinggi. Nampaknya pada kegiatan ini antusiasme para peserta, baik dari perguruan tinggi maupun dari teman-teman dinas pendidikan provinsi yang diundang, cukup besar. Terbukti selama ini acara berlangsung, secara mayoritas tidak ada yang beringsut dari tempat duduk mereka, mereka sangat serius membicarakan persiapan-persiapan apa kira-kira yang bisa dilakukan di daerah, khususnya dalam rangka mempersiapkan jaringan kerja.” Ujar Kamsul. “Pada TOT Bandung ini diundang beberapa provinsi yang sudah berpengalaman melaksanakan kegiatan OSN, seperti Jawa Tengah, DKI, Bali, dan DIY. Mereka menjadi nara sumber dalam diskusi-diskusi dengan teman-teman dari provinsi lain. Dari hasil diskusi tersebut, beragam hasil yang bisa diperoleh, bahkan kita sudah melahirkan enam dokumen yang dibutuhkan untuk menindaklanjuti pertemuan selanjutnya. Enam dokumen tersebut di antaranya berkaitan dengan masalah anggaran, seperti, bagaimana anggaran pemerintah daerah bisa keluar. Yang lebih menarik lagi, pertemuan ini berhasil merumuskan beberapa rekomendasi untuk ditindaklanjuti pemerintah daerah nanti.” Imbuhnya.

Dr. Kamsul Abraha juga menambahkan pada kegiatan tersebut, para dosen dari berbagai perguruan tinggi yang ikut serta, mendiskusikan pola pelatihan seperti apa yang efektif, formatnya bukan dosen melatih dosen, akan tetapi lebih ke sharing pendapat. Tim pembina pusat saling bekerjasama dengan pembina dari daerah. “Meski tim pembina pusat memberikan contoh-contoh bahan yang akan dibicarakan, tim daerah juga menawarkan buku-buku yang bisa dipakai untuk menjadi bahan acuan. Akhirnya, kami saling memperkaya bahan-bahan untuk pelatihan nantinya. Memang, ada beberapa peserta yang belum berpengalaman, terutama saat bagaimana mempersiapkan tim Indonesia ke tingkat internasional.” Katanya.

Pada kegiatan tersebut, Kamsul berharap setelah tim pembina provinsi itu terbentuk, bisa dibentuk pula tim pembina di tingkat kabupaten kota, dengan begitu jaringannya semakin luas dan guru pun sudah bisa ditangani secara langsung.

Sedangkan Riwandi Sihombing PhD Dr. dari Departemen Kimia F-MIPA Universitas Indonesia mengungkapkan kegiatan TOT pada prinsipnya untuk menyamakan visi dari silabus-silabus yang ada. Jadi silabus olimpiade internasional kemudian diturunkan menjadi olimpiade sains nasional di situ ada beberapa subyek pokok yang harus diberikan ke siswa, guru, dst.

Di situ ada beberapa klasifikasi kelas silabus, ada kelas satu, dua dan tiga. Kelas satu dan dua terutama untuk level A internasional. Sedangkan untuk menuju ke olimpiade sains internasional atau nasional, minimal level satu dan dua dari silabus ini harus dikuasai oleh siswa. “Nah, ini yang kita samakan, apakah itu satu, atau dua, pendalamannya sejauhmana dan seterusnya. Diharapkan para trainer yang ada di sini nantinya bisa menurunkan atau menyampaikan konsep ini kepada para pembina yang akan ditunjuk atau diajak serta membina di daerah, apakah itu di tingkat provinsi atau kabupaten.” Ujarnya.

Penyamaan silabus bukan berpatokan penuh pada kurikulum nasional, tapi untuk tingkat kabupaten, digunakan Kurikulum Nasional (Kurnas) yang plus minusnya berkisar permasalahan di sekitar Kurnas, sebab yang mau dituju adalah olimpiade internasional. Jadi dasar-dasarnya ilmunya harus ditanamkan sejak dari awal.

Pada kesempatan yang sama, Syamsudin dosen Fisika dari Universitas Mataram (Unram) berharap dengan mengikuti TOT ada nilai tambah yang diperolehnya. Melalui bidang studi fisika yang digelutinya, ia berharap bisa mengkoordinir rekan-rekannya di Unram untuk menjadi pembina di provinsi. “Saya perlu mengajak teman-teman yang lain, sebab setiap bidang ilmu ada sub-subnya lagi.” Ujarnya.

Melalui TOT, menurut Bambang Suprihatin dosen matematika Universitas Sriwijaya, Palembang, kualitas pendidikan di Indonesia semakin meningkat. Dengan dilibatkannya universitas untuk mengawasi Ujian Nasional, hal itu menandakan pemerintah sangat serius memikirkan seperti apa metode pelatihan yang akan diberikan pada para guru, khususnya guru-guru di daerah-daerah terpencil.


Sedangkan Sherly J.Sekewael S.Si, M.Si, dosen kimia dari FMIPA Universitas Pattimura, Ambon, berpendapat, kalau untuk pengembangan jaringan kerja, selaku pembina OSN bidang studi kimia, kualitas silabusnya meningkat. “Sejak SMP, anak-anak sudah diajarkan mata pelajaran kimia. Jadi saat masuk SMA, mereka sudah biasa. Apalagi dari hasil UN nilai pelajaran sains untuk para siswa SMA di Ambon sudah bagus. Anak-anak banyak yang unggul di bidang itu.” Ujarnya.

Menurut Drs. Sukamto, M.Kom dosen matematika dari universitas Riau, TOT yang berlangsung saat ini jika dihubungkan dengan OSN, dapat tercipta koordinasi yang erat antara Pemda dengan perguruan tinggi. “Sebelum dilaksanakan olimpiade sains, kami berharap diambil tenaga-tenaga dari universitas setempat. Sebab, SDM ang bisa dipakai dari universitas Riau banyak. Yang jelas, sekarang yang perlu ditingkatkan adalah kualitasnya,” tegas Sukamto.

Penyelenggaraan TOT di Bandung ini, bagi Budi Pratikno, M.Sc, dosen matematika dari Unsoed Purwokerto, adalah sesuatu yang positif untuk sains. “Sebab, setelah itu kita akan sharing dengan teman-teman sesama dosen di kampus. Khususnya membahas mengenai OSN. Hasil dari TOT kami ampu membina di daerah masing-masing.” Jelasnya.

Sedangkan I Wayan Sukarjita dan Pius D.Ola dari Universitas Nusa Cendana berharap, dengan kehadiran mereka di TOT Bandung kali ini, mungkin bisa lebih berperan aktif di dalam pembinaan olimpiade sains di tingkat provinsi NTT. Menurut ke duanya, siswa-siswi SMA punya potensi untuk sains. Dengan mengikuti pelatihan seperti ini, mereka berharap bisa diaplikasikan ke siswa-siswi NTT agar mereka dapat terjun di OSN dengan membawa nama NTT.

“Saat ini, teknologi pembelajaran sudah bukan hal yang baru lagi di NTT. Saya melihat guru-guru di sana sudah mengarahkan pembelajaran ke multimedia. Mereka membuat bahan ajar dengan animasi power point. Kebetulan saya juga sempat mendapingi guru-gurub di SMAN 3 Kupang. “ terang I Wayan Sukarjita.

Beberapa dosen berpendapat senada dengan dosen-dosen yang telah disebutkan namanya di atas. TOT menumbuhkan iklim yang positif mulai dari tingkat kabupaten kota hingga provinsi. Melalui TOT akan membuat siswa belajar semakin baik. Bagaimana pun juga, tidak mungkin Indonesia mengirimkan tim olimpade yang diikuti siswa-siswa SMA untuk bidang-bidang ilmu tertentu, begitu saja tanpa ada suatu penjaringan dari bawah. Sebab dari daerah pun banyak yang memiliki potensi. Dengan adanya kegiatan seperti ini, hubungan tiap dinas di provinsi, terutama dengan perguruan tinggi ada jejaring yang erat. Sehingga setiap perguruan tinggi yang ada di suatu provinsi dapat dilibatkan untuk membina para siswa. (Fanny)

Sumber: Potensi


Bookmark and Share


Berita terkait:



0 komentar:

Blogger template 'Purple Mania' by Ourblogtemplates.com 2008

Jump to TOP