Kami Mengucapkan Terimakasih kepada Semua Pihak yang telah membantu Menyukseskan Perhelatan Akbar
Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2009

di Jakarta 3 s.d. 9 Agustus 2009

Sampai Ketemu di OSN Tahun 2010 di Medan, Sumatera Utara

Headline News

NATIONAL NEWS

Translate Here

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini

Jumat, April 10, 2009

Situ Gintung

Sabtu, 04 April 2009 | 23:36 WIB

Toriq Hadad

WARTAWAN TEMPO

Apa hubungan lempar cakram dan lempar lembing dengan lempar tanggung jawab? Kalau dituntut jawaban "akademis", ya, jelas tak ada hubungannya. Tapi, kalau mau dicari-cari, ada benang merah di antara tiga kata itu.

Saya jelas tak tahu siapa pencipta istilah lempar tanggung jawab itu. Tapi barangkali sang pencipta terinspirasi oleh dua cabang olahraga atletik itu. Dan pasti ada alasan khusus mengapa tak dipakai istilah "tolak tanggung jawab", untuk mengambil analogi cabang atletik tolak peluru.

Lempar cakram dan lempar lembing adalah olahraga dengan melontarkan besi pipih bundar dan tombak kayu. Pemenangnya adalah yang mampu melempar paling jauh. Selama ini rekor lemparan cakram dan lembing selalu lebih jauh dibandingkan tolakan peluru. Sekarang ini rekor dunia lempar cakram pria sekitar 55 meter, rekor lempar lembing sekitar 80 meter. Sedangkan rekor dunia tolak peluru hanya 5,7 meter.

Di sinilah benang merah itu. "Lempar tanggung jawab" agaknya sengaja diciptakan untuk menunjuk keadaan di mana tanggung jawab--yang dalam kamus berarti keadaan wajib menanggung segala sesuatunya--dipisahkan sejauh mungkin dari pelaku. Mengapa tak dipakai istilah "tolak tanggung jawab"? Hasil tolakan kurang jauh memindahkan peluru dari si pelempar. Karena kurang jauh memisahkan peluru dari pelaku, bisa-bisa sang pelaku dengan mudah ditunjuk hidungnya.

Sudah lama tak ada atlet Indonesia yang memecahkan rekor lempar cakram dan lempar lembing di tingkat Asia Tenggara sekalipun. Tapi, kalau ada lomba lempar tanggung jawab, Indonesia tak boleh diremehkan. Kasus Situ Gintung merupakan satu contohnya.

Begitu waduk bobol, sekitar dua juta kubik air melabrak rumah, masjid, dan merenggut lebih seratus nyawa, tapi syukurlah, semua pihak masih berpikir sehat: bagaimana membantu korban. Begitu air mulai surut, korban tewas mulai dihitung, para pejabat mulai sibuk saling lempar tanggung jawab. Petugas kelurahan bilang, pintu air waduk rusak dan kerusakan sudah dilaporkan ke instansi berwenang di provinsi dua tahun lalu. Pejabat di provinsi bilang, waduk sudah dicek dengan saksama setiap tahun dan tak ada masalah. Sang pejabat melempar "bola" ke aparat pemerintah daerah yang mengizinkan rakyat membangun rumah di sekitar waduk. Ada yang menyalahkan pembangunan jogging track di seputar waduk.

Saling lempar kian seru. Akhirnya ide "cerdas" muncul, perlu dicari satu penyebab yang tidak menyinggung siapa-siapa. Aha, ternyata ada: malam itu hujan luar biasa deras, debit air naik tak terkendali. Karena debit air naik drastis, dinding waduk yang menyempit tak kuat menahan beban. Sekian ribu kubik tanah rontok ke dasar waduk, menekan air yang ada di dasar, lalu "luberan"-nya melabrak ke mana-mana. Itu yang disebut orang malam itu sebagai tsunami di Situ Gintung.

Kelihatannya alasan hujan ini sejenak bisa meredakan lempar-melempar tanggung jawab. Saya risau benar. Di Jabodetabek, ada 193 situ, danau, dan telaga yang jangan-jangan kondisinya juga gawat. Kalau alasan hujan ini "laku", saya takut aparat yang seharusnya bertanggung jawab atas danau tidak bekerja maksimal. Padahal dua dari 193 danau itu ada di dekat rumah saya.

Ketakutan itu saya buang jauh-jauh. Masak sih semua yang seharusnya bertanggung jawab tak lagi punya hati setelah lebih dari seratus orang tewas di Situ Gintung.

Malam itu hujan deras. Saya tidur sangat pulas. Entah mengapa kenangan lama itu datang lewat mimpi: saya bersama senior saya, Putu Setia, berenang di kolam renang Situ Gintung--yang entah bagaimana nasibnya sekarang. Bah celaka itu datang. Kami nyaris celaka, ketika air mulai naik. Saya megap-megap ketika air memasuki hidung, dan itu membangunkan tidur. Sialan, genting bocor lagi, airnya menetes tepat di lubang hidung.


Berita terkait:



0 komentar:

Blogger template 'Purple Mania' by Ourblogtemplates.com 2008

Jump to TOP