Kami Mengucapkan Terimakasih kepada Semua Pihak yang telah membantu Menyukseskan Perhelatan Akbar
Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2009

di Jakarta 3 s.d. 9 Agustus 2009

Sampai Ketemu di OSN Tahun 2010 di Medan, Sumatera Utara

Headline News

NATIONAL NEWS

Translate Here

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini

Sabtu, April 18, 2009

Jika Warga Baduy Mencontreng


KOMPAS.com - Pagi-pagi sekali, puluhan warga Baduy Luar berduyun-duyun menuju rumah Jaro Dainah, Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. Hari Kamis (9/4) itu, mereka akan ikut mencontreng di tempat pemungutan suara khusus di belakang rumah Jaro Dainah.

Setelah mereka menunggu lebih dari setengah jam, tempat pemungutan suara (TPS) khusus di Kampung Kadu Ketug itu pun dibuka. Ratusan warga Baduy sudah berdesakan di pintu masuk TPS, dan ratusan lainnya duduk-duduk menunggu di rumah Jaro Dainah.

Acara pencontrengan diawali ceramah Jaro Dainah dan penyuluhan dari Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Sapin, yang juga Sekretaris Desa (Carik) Kanekes. ”Santai, yang tenang memilihnya, dan yang penting tepat sasaran. Sesuaikan dengan kesepakatan adat, pilih yang dekat,” kata Jaro Dainah, dalam bahasa campuran Indonesia dan Sunda dialek Baduy.

Sapin lalu kembali mengingatkan warga Baduy tentang cara pemilihan, dari mengambil surat suara, cara mencontreng, hingga memasukkan surat suara ke kotak.

Meski sudah diterangkan dengan jelas, banyak warga Baduy kebingungan saat berada di bilik suara. Tak sedikit warga yang saling bertanya setelah membuka surat suara. Bahkan beberapa di antara mereka meminta diajari, atau sekadar melihat contrengan di surat suara temannya.

Hampir semua warga Baduy mengaku tidak mengenal banyak calon anggota legislatif. Satu-satunya caleg yang mereka kenal adalah Haji Kasmin, warga Baduy yang mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Provinsi Banten dari Partai Golkar. Haji Kasmin adalah warga Baduy yang memilih keluar dari komunitas adat Baduy karena ingin bersekolah, dan kini menjadi pengusaha.

Karena itulah, kebanyakan warga Baduy berniat memilih Haji Kasmin. Namun, mereka khawatir salah contreng karena umumnya mereka tak bisa membaca. ”Anu apal ngan Haji Kasmin, nu lain mah teu kararenal. Ngan teu nyaho, bener apa hemteu milihna (Yang kenal cuma Haji Kasmin, kalau yang lain tidak ada yang kenal. Tetapi tidak tahu benar atau tidak mencontrengnya),” tutur Kidang, warga Kampung Kadu Ketug.

Pada pemilu kali ini, warga Baduy memutuskan untuk membuka dua TPS khusus di Kampung Kadu Ketug dan Cikakal Girang. Jaro Dainah sebagai wakil masyarakat adat Baduy di pemerintahan membagikan surat panggilan memilih kepada 6.321 warga di 49 kampung di Baduy Luar dan tiga kampung di Baduy Dalam.

Hingga Kamis sore, 1.363 warga Baduy menggunakan hak pilihnya. Sebanyak 978 orang di antara mereka mencontreng di TPS Kadu Ketug, dan 385 lainnya di Cikakal Girang.

Warga tetap antusias mendatangi TPS meski saat itu mereka harus mengikuti upacara kawalu, yakni upacara menyambut bulan kawalu yang dianggap sebagai bulan suci. ”Kawalu eta wajib, lamun pemilu eta sunahna (kalau kawalu itu kewajiban, sedangkan pemilu itu sunah),” ujar Jaro Dainah saat berbicara di depan warga.

Karena itulah, sebagian besar warga Baduy Luar memilih untuk mencontreng terlebih dahulu sebelum berangkat ke Baduy Dalam untuk mengikuti upacara adat kawalu. Hampir semua warga Baduy Dalam yang tinggal di Kampung Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik memilih tidak mencontreng karena tak ingin upacara kawalu terganggu.

Saat penghitungan, diketahui 800 warga Baduy memilih Haji Kasmin, caleg DPRD Banten.

Ciptagelar

Berbeda dengan warga Baduy, warga Kasepuhan Ciptagelar Kesatuan Adat Banten Kidul, yang masuk dalam wilayah Sukabumi, Jawa Barat, bingung menentukan pilihan.

Ikah (50), misalnya. Setelah berhasil membuka surat suara, ia tak berhasil menemukan dan memutuskan lambang parpol apa yang akan dicontrengnya. Ikah lalu memanggil salah seorang anggota KPPS, Kiyanda (30). Setelah mendapatkan penjelasan, Ikah lalu memilih salah satu lambang partai politik, bukan calon anggota legislatif.

Namun, Ikah tetap bingung ketika menghadapi dua surat suara lain, yakni untuk DPRD Jawa Barat dan DPRD Kabupaten Sukabumi. Ikah lalu sesukanya menandai lambang partai politik lain, baik untuk DPRD Jawa Barat maupun DPRD Kabupaten Sukabumi.

Ketika sampai waktunya menandai foto pada surat suara untuk calon anggota Dewan Perwakilan Daerah, Ikah semakin bingung dan kembali memanggil Kiyanda. Setelah mendapat penjelasan dari petugas KPPS itu, Ikah berujar, ”Nu kasep waelah. Lieur (yang ganteng sajalah. Bingung).”

Di luar TPS di gedung SD Ciptagelar itu, sejumlah lelaki warga adat duduk melingkar sambil mengobrol. Suryani (40), salah satu di antara mereka, mengaku belum memiliki pilihan. ”Banyak sekali partainya. Saya juga tidak kenal calonnya.”

Ikah dan Suryani adalah gambaran nyata banyaknya warga adat Kasepuhan Ciptagelar yang tidak memiliki bekal pengetahuan, partai apa atau siapa calon yang akan mereka pilih ketika hendak memberikan suaranya. ”Pemilu ayeuna mah ngalilieur nu lieur (Pemilu sekarang makin membingungkan orang-orang yang sudah bingung),” kata Aki Karma, anggota Baris Sepuh Kasepuhan Ciptagelar.

Sesepuh Girang (Ketua) Kasepuhan Ciptagelar Abah Ugi Sugriwa mengakui, sebagian besar warganya memang bingung menentukan pilihan. ”Banyak yang bertanya kepada Abah, siapa yang harus dipilih. Abah tidak berani mengarahkan memilih yang mana,” katanya.

Kasepuhan Ciptagelar terletak di belantara hutan Gunung Halimun, Sukabumi, yang amat sulit dijangkau. Di tengah berbagai keterbatasan akses, tingginya animo masyarakat adat itu tentu harus dihargai.

(Anita Yossihara/Agustinus Handoko)


Sumber: Kompas

Berita terkait:



0 komentar:

Blogger template 'Purple Mania' by Ourblogtemplates.com 2008

Jump to TOP