Kami Mengucapkan Terimakasih kepada Semua Pihak yang telah membantu Menyukseskan Perhelatan Akbar
Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2009

di Jakarta 3 s.d. 9 Agustus 2009

Sampai Ketemu di OSN Tahun 2010 di Medan, Sumatera Utara

Headline News

NATIONAL NEWS

Translate Here

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini

Minggu, Mei 31, 2009

Pembinaan Kesiswaan Perlu Mendapat Perhatian Serius


Kondisi siswa Sekolah Menengah Atas saat ini perlu mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan globalisasi, beragam budaya yang diterima oleh mereka tak bisa dibendung lagi. Budaya hedonis yang mengarah pada kenikmatan sesaat, dikhawatirkan dapat membuat siswa bertindak pada hal-hal yang negatif, seperti narkoba, pergaulan bebas, tawuran, dan lain sebagainya.

Menyikapi demikian besarnya pengaruh globalisasi di kehidupan remaja Indonesia, pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional semakin gencar melakukan berbagai penyuluhan dengan berbagai metode yang disusun oleh pihak-pihak pemerhati pendidikan.

Mengacu pada Peraturan Menteri (Permen) No. 39, Tahun 2008 menurut Drs. Muchlis Catio M.Ed, Kasubdit Kesiswaan Direktorat Pembinaan SMA, pembinaan kesiswaan mencakup 3 hal yaitu, kondisi siswa saat ini, strategi yang akan dijalankan, dan kondisi siswa yang diharapkan. Sedangkan sekarang ini, Direktorat Kesiswaan memiliki beragam kegiatan yang berkaitan erat dengan siswa. Hal ini disebabkan karena kondisi yang ada sekarang dan tingkat kepedulian siswa terhadap lingkungan masyarakat sekitar, serta rasa sosial, dan nasionalitas mereka mulai berkurang. “Mereka asyik dengan diri sendiri. Di samping itu, pengaruh tayangan di televisi dan internet juga punya pengaruh yang kuat terhadap mereka, ” tegas Mukhlis Catio.

Kegiatan Ekstra Kurikuler
Perilaku menyimpang dalam diri siswa yang muncul saat ini sangat memprihatinkan. Masalah yang dianggap sepele menjadi pemicu terjadinya berbagai penyimpangan dalam kehidupan siswa se hari-hari. “Salah satunya, bisa disebabkan oleh kurangnya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Sekolah tidak memiliki lapangan yang luas sehingga ruang gerak mereka menjadi terbatas. Dengan keterbatasan ruang untuk melakukan eskul, siswa mencari kegiatan di luar sekolah untuk mengaktualisasikan diri. Keadaan seperti ini bisa berbuntut panjang, bisa berubah menjadi tawuran dan tindakan menyimpang lainnya. Keadaan ini juga membuat siswa kurang disiplin.” Ungkap Mukhlis.

Jadi, menurut Mukhlis kembali, kondisi sekolah pegang peranan penting. Sekolah dengan lahan terbatas, membuat ekspresi jiwa siswa terbendung, mereka tidak memiliki tempat untuk menuangkan kemampuannya. Hal itu sangat berpengaruh pada kepribadian mereka. Perkelahian, pengrusakan, perampasan, pembunuhan, narkoba, coret-coret, kebut-kebutan, bergadang dan perkosaan, adalah salah satu contoh yang muncul dari keterbatasan sarana yang ada di sekolah. Rumah dan lingkungan tempat tinggal juga memiliki peranan penting dalam membentuk karakter siswa. Rumah dengan halaman sempit, terletak di lingkungan kumuh, dan tidak sehat, juga bisa menjadi salah satu unsur yang dapat memicu berbagai tindakan negatif siswa.

Menurut Mukhlis Catio kembali, jika aktivitas dilakukan di luar, atau di jalanan, diprediksi akan menimbulkan perilaku menyimpang. Selain itu, ia melihat generasi muda sekarang terlihat apatis, pasif, dan kurang kreatif. Keapatisan mereka kadang ditimbulkan oleh banyak hal. “Kadang-kadang mereka masa bodoh dengan keadaan sekitar. Hal ini mencerminkan mereka tidak mempunyai masa depan, seolah-olah tidak punya cita-cita. Mereka juga banyak yang frustasi, baik yang disebabkan oleh ekonomi, keluarga serta kehidupan keagamaan dan keimanan yang kurang kuat,” tambahnya.

Tidak Ada Idola
Dalam pandangannya, Mukhlis menjelaskan, siswa di era globalisasi ini, jarang yang memiliki idola. Padahal dengan memiliki idola merupakan bentuk dari ekspresi diri untuk mewujudkan apa yang dicita-citakannya, sekaligus dapat memberikan motivasi bagi diri mereka secara pribadi. Di samping itu, mereka juga cepat marah dan emosional. Yang jelas, dengan tidak adanya motivasi, akan membuat masa depan mereka suram, sebab tidak ada tantangan. Mereka ingin yang serba instant, dan serba cepat, dengan demikian kemandirian dan daya juang mereka menjadi berkurang. Melihat keadaan seperti itu, jika tidak segera diantisipasi, akan sangat riskan apabila mereka lulus sekolah kelak.

Guna menghadapi itu semua, harus ada strategi dalam menyikapinya. Peran orangtua merupakan pilar utama untuk membentuk kepribadian anak-anaknya. Pengaruh sekolah juga memiliki peranan penting. Sekolah dengan mutu yang baik akan memberikan dampak yang baik pula bagi siswa-siswanya. Sedangkan sekolah dengan mutu dan kualitas yang buruk akan membentuk karakter siswa sama seperti kondisi sekolah tersebut. Mukhlis juga merasa miris dengan budaya hedonis yang saat ini melanda siswa Indonesia. Menurutnya, dunia dugem kehidupan malam dapat memberikan pengaruh negatif pada mereka. “Apa jadinya jika siswa yang berasal dari lingkungan tidak mampu masuk ke dalam kehidupan seperti itu?” tukasnya.

Selain peran orangtua, kondisi sekolah, budaya hedonis, pengaruh politik, korupsi dan keadaan masyarakat yang tidak kondusif juga memiliki peran besar dalam kehidupan siswa. “Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah, perlu orientasi dan pelatihan serta aktualisasi. Contohnya seperti pelatihan OSIS, pelatihan menulis essay. Lomba membaca puisi, lomba menyanyi, menari, dan lomba lainnya yang sesuai dengan bakat dan minat para siswa tersebut. Dampaknya akan berpengaruh pada kehidupan para remaja serta stabilitas dan masa depan bangsa.” Jelas Mukhlis.

Abila tidak diantisipasi secepat mungkin, sepuluh tahun lagi bangsa akan merugi karena merosotnya kualitas generasi muda. Terlebih lagi jika hal itu dikaitkan dengan narkoba, maka akan ditakutkan kelak terjadi lost generation. Itu sebabnya, salah satu solusi yang diharapkan bisa memberikan jalan keluar adalah dengan membuat Undang-Undang Pendidikan. Tujuan UU pendidikan akan membentuk manusia yang bertaqwa, beriman, dan siswa memiliki pengetahuan, serta skill yang dapat membantu kehidupan mereka di masa datang.

Kegiatan Kesiswaan
Pemerintah melalui Diknas, khususnya Direktorat Pendidikan, SMA, selama ini telah melakukan berbagai kegiatan-kegiatan kesiswaan yang sifatnya akademik dan non akademik. Kegiatan akademik mencakup lomba fisika, kimia, biologi, dll, dan non akademik, berupa lomba-lomba seni, olahraga dll. Di samping itu, baru-baru ini, bertempat di Bandung, Direktorat Pendidikan SMA juga mengadakan pertemuan dengan 36 perguruan tinggi seluruh Indonesia. “Kita membentuk tim di tingkat provinsi yang akan menjadi jembatan dalam melakukan kegiatan-kegiatan dan implementasi mengenai kegiatan kesiswaan di provinsi. Kegiatan ini akan direalisasikan, disahkan, serta di SK-kan untuk dicetuskan dan diintervensi.” Tambahnya.

Pertemuan dengan 36 perguruan tinggi seluruh Indonesia ini, merupakan tindaklanjut dan kerjasama dengan perguruan tinggi, khususnya dalam bidang akademik. Kegiatan selanjutnya mengadakan workshop tentang pembinaan kesiswan. Pada workshop ini akan hadir Kasi Kesiswaan SMA dari seluruh provinsi, serta Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, dan guru BK (Bimbingan Konseling). Dari gambaran yang ada, menurut Muchlis kembali, jalur yang ditempuh pemerintah solusinya jelas. “Dengan adanya lomba-lomba, otomatis siswa-siswa akan sibuk. Selain itu, mereka juga memperoleh dorongan dari sekolah, kabupaten, dan provinsi untuk berdiskusi. Dengan demikian sekolah, bupati dan walikota akan bangga bila siswa-siswa mereka berhasil maju ke tingkat nasional dan memperoleh medali emas. Saya kira bila budaya kompetitif dan budaya lomba-lomba kerap diadakan, ini sangat positif,” ujar Drs. Mukhlis Catio M.Ed. (Fanny)


Sumber: POTENSI



Bookmark and Share


Berita terkait:



0 komentar:

Blogger template 'Purple Mania' by Ourblogtemplates.com 2008

Jump to TOP