Kami Mengucapkan Terimakasih kepada Semua Pihak yang telah membantu Menyukseskan Perhelatan Akbar
Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2009

di Jakarta 3 s.d. 9 Agustus 2009

Sampai Ketemu di OSN Tahun 2010 di Medan, Sumatera Utara

Headline News

NATIONAL NEWS

Translate Here

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini

Minggu, Oktober 04, 2009

Kemarau Panjang, Warga Cirebon kembali Makan Nasi Aking

Minggu, 04 Oktober 2009 16:04 WIB
Penulis : Nurul Hidayah

CIREBON--MI: Akibat kekeringan, membuat warga terpaksa kembali makan nasi aking. Mereka berharap musim kemarau cepat berlalu sehingga bisa menjadi buruh tanam padi lagi.

Seperti diungkapkan Dasuki, warga RT 02 RW 03 Desa Pegagan Kidul, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon. "Keluarga kami kembali makan nasi aking," katanya. Nasi aking adalah nasi bekas yang kemudian dikeringkan lalu dimasak kembali. Nasi ini biasanya digunakan untuk pakan ternak seperti pakan itik atau bebek.

Dijelaskan Dasuki, musim kemarau membuat sawah menjadi tidak lagi bisa ditanami. "Biasanya saya dan istri bekerja sebagai buruh tani," katanya. Upah menjadi buruh tani bagi mereka berdua lumayan. Untuk laki-laki mendapatkan Rp 25 ribu sehari sedangkan untuk perempuan mendapatkan Rp 15 ribu sehari. Namun seiring dengan sawah yang mengering, mereka berdua pun tidak lagi
memiliki pekerjaan. Dasuki pun akhirnya menarik becak agar dapur bisa tetap mengepul.

Pendapatan menarik becak tidaklah besar. Menurut Dasuki sehari menarik becak di Kota Cirebon ia bisa mendapatkan Rp20 ribu. Namun uang sebesar itu harus dibagi-bagi. Rp4 ribu disetorkan ke pemilik becak, Rp4 ribu untuk ongkos naik angkot, untuk makan digunakan Rp5 ribu.

"Jadi uang yang dibawa pulang ke rumah paling hanya Rp6 hingga Rp7 ribu," katanya. Uang sebesar itu, lanjut Dasuki tentu tidak cukup untuk membeli beras. "Harga beras sekarang Rp5 ribu/kg. Dalam sehari kami butuh hingga 2 kg beras," kata bapak dari 4 anak ini.

Karena itu, akhirnya Dasuki dan istri mengambil jalan tengah. Pada siang hari makan nasi aking sedangkan pada malam hari mereka makan pakai nasi biasa. "Rasa nasi aking memang tidak enak, tapi mau bagaimana lagi yang penting kita sekeluarga makan," katanya.

Dasuki mendapatkan nasi bekas secara gratis. "Kebetulan saya mangkal di dekat sebuah restoran. Jadi sisa-sisa nasi diberikan gratis," katanya. Setelah dibersihkan, nasi bekas yang sudah bersih itu pun dijemur hingga kering. Setelah itu kembali dimasak untuk makan.

Ketua RT 01 RW 02, Casila mengungkapkan di wilayahnya terdapat 120 kepala keluarga (KK). "Sebagian besar memang tergolong miskin," katanya. Bahkan sebanyak 13 KK saat ini masih tinggal di gubug reot beralaskan tanah. Kebanyakan warga, lanjut Casila memang bekerja sebagai buruh tani. "Jika kemarau, dipastikan sebagian besar diantara mereka akan makan nasi aking karena penghasilan yang minim," katanya. (UL/OL-02)








Bookmark and Share


Berita terkait:



0 komentar:

Blogger template 'Purple Mania' by Ourblogtemplates.com 2008

Jump to TOP